Share

Luka Sagar

Pria itu ingin sekali menepis tangan Bella seperti yang tadi ia lakukan. Namun, tenaganya sudah habis hanya untuk membuatnya tetap berdiri dan tidak kehilangan kesadarannya. Maka dari itu, Sagar membiarkan tangan sejuk Bella menyentuh kulitnya.

“Kamu harus segera diobati. Ayo, kembali ke kamarmu!” ajak Bella. Wanita itu dengan sabar membawa Sagar yang menopang setengah berat tubuh pada dirinya.

Meski keberatan, tetapi Bella tetap membawa Sagar kembali ke kasurnya.

Tubuh berat Sagar sudah kembali berbaring di atas kasurnya. Ternyata, cukup lelah juga membopong badan pria kekar meski hanya beberapa meter saja. Atasan kaos Bella sudah basah dengan keringatnya.

“Ha … us …,” lirih Sagar. Tujuan awalnya ke dapur adalah untuk minum, tetapi ia justru mendapatkan semburan air dingin di wajahnya.

“Tunggu sebentar!” Bella segera berlari kecil ke dapur dan mengambil satu teko penuh berisi air hangat dengan madu dan lemon, juga segelas air putih jika Sagar membutuhkannya.

Sagar meminumnya dibantu dengan Bella. Wanita itu bahkan mengganti atasan Sagar yang basah, entah karena keringat maupun bekas air semburannya. Napas Bella tertahan saat ia mendapati betapa banyaknya luka lebam yang ada di tubuh Sagar. Bella mengoleskan obat pereda nyeri pada bagian tubuh yang lebam itu, lalu membantu Sagar memakai piyamanya yang baru.

Napas Sagar terdengar sangat berat dan menderu. Matanya terpejam sangat erat dengan alisnya yang mengerut. Meski terlihat seperti tertidur, Sagar tampak tidak nyaman.

“P-papa … Mama ....”

Gerakan tangan Bella terhenti saat mendengar Sagar mengigau. Ia menatap pria yang bergerak dengan gelisah itu. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Keringat sebesar biji jagung menghiasi dahi Sagar meski berulang kali Bella mengusapnya dengan kompres air hangat.

“Ku-kumohon … jangan … per … gi.”

Rasa iba datang menghampiri Bella. Yang wanita itu tahu, Sagar memang sejak kecil dirawat bersama dengan Kakek Zoku karena kedua orang tuanya yang meninggal dikala Sagar masih belia. Meski saat ini Sagar berusia 30 tahun, tetapi pasti masih ada sisi di mana pria ini merindukan kasih sayang dari orang tuanya.

Igauan Sagar semakin parah dan terlihat sekali jika pria itu sedang bermimpi buruk. Berulang kali Bella menggoyangkan bahu Sagar agar pria itu tersadar, tetapi Sagar tidak kunjung membuka matanya.

“Apa yang harus aku lakukan?” tanya Bella pada dirinya sendiri.

Sebuah ide terlintas dalam benak pikirnya. Dengan ragu-ragu, Bella menggerakkan tangannya untuk menggenggam tangan Sagar, sementara tangannya yang satu lagi mengusap pelan kepala pria itu.

“Tuan … Tuan …,” panggil Bella dengan suara lembut. Ajaib, gerakan Sagar yang awalnya tidak tenang berangsur-angsur tenang. “Tidak apa-apa, sekarang ada aku di sini ....”

Entah keberanian apa yang sedang merasuki Bella saat ini hingga membuatnya berani melakukan hal ini pada pria yang sangat membencinya itu. Yang ada di pikiran Bella hanyalah bagaimana membuat Sagar tertidur dengan tenang.

“Sekarang kamu tidak sendirian,” hibur Bella sekali lagi. Tangannya tidak berhenti menenangkan Sagar.

“Aku … tidak sendirian?” Mata jelaga itu terbuka sedikit, menatap Bella yang terkejut karena Sagar yang terbangun. Mata yang biasanya menatapnya dingin itu kini berkaca-kaca seperti halnya anak kecil yang ingin menangis.

“Iya … Tuan Sagar tidak sendirian. Ada Kakek Zoku, Bibi Hana, dan … aku di sisimu,” ucap Bella.

“Benarkah?” tanya Sagar dengan suara parau. Kini, Bella yakin jika Sagar sedang mengigau dan tidak seratus persen sadar. Bella mengangguk menjawabnya. “Apa buktinya kalau kamu ada di sini?”

Bella mengernyit, tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh pria itu. Tatapan mata Sagar menatap kedua mata Bella tanpa berkedip dan berhasil membuat sang pemilik kelabakan–salah tingkah.

Tiba-tiba, tangan Bella dengan cepat melingkar di badan Sagar. “Ini buktinya. Kalau Tuan Sagar merasa kesepian, saya akan selalu berada di sisi Anda dan terus memeluk Anda seperti ini sampai Anda tidak lagi merasa kesepian!”

Tidak ada jawaban dari Sagar. Pria itu tampak melamun, menatap jauh entah ke mana. Perlahan, mata itu kembali terpejam dan kini suara deru napasnya mulai beraturan.

Cukup lama Bella dalam posisi mendekap pria itu sembari menunggu Sagar benar-benar terlelap. Bella takut gerakan kecil bisa membuat Sagar terbangun. Namun sebenarnya, yang lebih Bella pusingkan saat ini adalah detak jantungnya yang kacau dan membuat wajahnya terasa panas.

Belum selesai dengan itu, tangan kekar Sagar bergerak membalas pelukan Bella, membuat Bella semakin tidak bisa bergerak ke mana-mana.

***

“Apa yang terjadi semalam?” bisik Sagar entah pada siapa.

Pria itu terbangun dengan rasa pusing, tetapi badannya terasa lebih baik daripada semalam. Rasanya, demam tinggi itu mulai menghilang meski belum benar-benar pergi.

Sebuah tangan ramping melingkar di pinggang Sagar. Pantas saja Sagar merasa ada beban yang tidak biasa. Ternyata itu adalah istrinya yang sedang tertidur dengan memeluknya.

“Hah?” Akhirnya Sagar tersadar sepenuhnya. Sagar pikir penglihatannya sedang terganggu, tetapi saat tangannya menyentuh wajah damai Bella, Sagar jadi yakin jika Bella memang tidur di sampingnya, memeluknya.

“Hei, bang–”

“Nggh, sebentar saja,” racau Bella dengan mengambil tangan Sagar yang menyentuh bahunya.

Pria itu terdiam dan hanya bisa menghela napas panjang. Badannya masih terasa sakit dan kekuatannya belum kembali seratus persen. Ia ingin menggeser tubuh Bella, tetapi melihat betapa nyenyaknya tidur Bella membuat pria itu mengurungkan niatnya. Matanya diam-diam mencuri pandang ke arah istrinya.

Wajah Bella itu cantik, enak dipandang, dan Sagar baru menyadari hal itu sekarang. Deru napas Bella yang tenang entah mengapa memberikan sensasi tersendiri bagi Sagar.

Tanpa sadar, seulas senyum tipis tercipta di bibir Sagar. Tangannya perlahan berusaha melepaskan diri dari genggaman Bella dan bergerak menyentuh wajah wanita itu, menyingkirkan anak rambut yang menghalangi pandangan Sagar pada wajah Bella.

“Nggh.” Satu keluhan lagi-lagi tercipta dari Bella. Sagar segera menarik tangannya yang dengan jahil menjelajahi setiap inchi wajah Bella. Mata itu perlahan-lahan bergerak, menandakan jika Bella akan segera tersadar.

Kepanikan melanda Sagar. Tanpa berpikir panjang, ia segera merebahkan badannya dan memejamkan mata, berpura-pura masih tertidur.

Tebakan Sagar ternyata benar. Kasur yang bergoyang pelan menandakan jika Bella sudah bangun dari tidurnya. Sama seperti Sagar yang terkejut dengan keberadaan Bella di sampingnya, Bella pun demikian. Wajah wanita itu memerah seperti tomat saat ia berusaha menarik tangannya yang dengan lancang memeluk Sagar. Ia semakin terkejut saat melihat ternyata Sagar juga balas memeluknya.

Diam-diam Bella melirik Sagar yang ia kira masih tertidur. Wajah tampan suaminya dengan rambut acak-acakan benar-benar seksi, dan Bella mengakui hal itu. Tidak mau terlarut dalam detak jantungnya yang berisik, Bella berusaha melepaskan diri dari Sagar.

'Apa sih yang aku lakukan semalam?' rutuk Bella pada dirinya sendiri. Ia memegangi wajahnya yang panas dan segera keluar dari kamar Sagar. Tak lupa, ia meminta Bibi

Diana untuk menyiapkan makanan yang mudah ditelan dan obat pereda sakit untuk Sagar.

***

Beberapa hari setelahnya, Sagar sudah bisa bergerak dengan bebas. Demamnya sudah turun dan lebam-lebam di badannya mulai berkurang hampir sepenuhnya. Sagar juga sudah mulai kembali bekerja dan bersikap seperti biasa.

Akan tetapi di sisi lain, Bella justru merasakan sebaliknya. Ia sering mengeluh mual dan sering merasa pusing. Pernah suatu hari ia terpaksa tidak masuk kerja karena badannya yang terasa lemah.

Tak hanya itu, perasaan Bella juga suka naik-turun, tidak jauh beda dengan roller-coaster. Pagi hari dia akan sangat senang, lalu siang hari ia akan berubah sedih. Ia sering menangis diam-siam saat melihat hal sepele seperti kucing yang terlantar atau kesal karena mengingat gosip Sagar dan Laura.

Ting!

Notifikasi dalam ponsel Bella menarik perhatian wanita itu. Terlihat kalimat yang memberitahukan jika jadwal datang bulannya tidak juga datang dan mengingatkannya untuk segera mengecek badannya.

“Ternyata sudah terlambat sampai berminggu-minggu,” gumam Bella yang baru menyadarinya.

Malam di mana Bella menghabiskan waktunya dengan Sagar segera muncul dalam benaknya. Bella segera menggelengkan kepala saat membayangkan sesuatu.

'Tidak, tidak mungkin aku hamil, kan?!' batin Bella tidak percaya.

Bella memberanikan diri untuk mencoba testpack yang ia beli sepulang dari kerja. Pikiran Bella mendadak kosong saat melihat hasil yang tertera di sana.

Ada dua garis merah samar-samar menunjukkan keberadaan janin dalam kandungan Bella.

"Ini, tidak mungkin ...."

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status