Arya POV“Berada di desa selama tujuh hari dan hidup seperti orang desa tidak akan membuat saya kehilangan nyawa. Asalkan kamu bisa memaafkan saya. Apapun pasti akan saya lakukan Ayda,” urai Arya sambil memandang foto Ayda yang terpampang jelas di belakang pintu kamarnya.Berada di kamar terpisah dengan Ayda membuatnya merasa sedikit tidak nyaman. Dengan alasan itu, ia sengaja meminta foto Ayda dan memajangnya di belakang pintu kamar. Setelah selesai mandi dan mengenakan baju yang telah disiapkan Ayda. Arya berjalan keluar kamar dan tersenyum saat melihat Lasmi sedang bersiap untuk pergi ke sawah.Saat melihat banyaknya barang yang dibawa, Arya pun bergegas untuk membantunya. Hari pertama tantangannya mendapatkan maaf dari Ayda pun dimulai. Ia tidak ingin mengecewakan Ayda dan akan membuktikan bahwa dirinya bisa tinggal tanpa fasilitas mewah.“Arya, kamu yakin bisa melakukannya?” tanya Lasmi yang sudah membawa cangkul di tangannya.Dengan cepat Arya menganggukkan kepala dan membawa ca
“Kenapa nenek harus memelihara kambing? Kenapa tidak binatang lainnya? Seperti kucing misalnya … atau kura-kura seperti kita,” ucap Arya yang terus mengoceh sepanjang perjalanan.“Nenek pelihara kambing bukan untuk dijadikan binatang peliharaan, tapi sebagai tabungan,” sahut Ayda yang berjalan di samping Arya.Sambil membawa satu ikat rumput yang terasa sangat berat, Arya menghela napas panjang. Banyak hal yang belum bisa ia pahami dari kebiasaan orang di desa. Meskipun begitu, Arya tetap berusaha mempelajari banyak hal yang ia temukan. “Cukup sulit untuk dipahami. Saya besar di kota dan baru merasakan hidup di desa. Meski awalnya merasa gugup dan takut, tapi sepertinya ini tidak terlalu buruk.”Ayda yang setia menemnai Arya pun mengembangkan senyumnya setelah mendengar jawaban polos Arya. “Kita hampir sampai. Itu kandang kambingnya,” seru Ayda sambil menunjuk ke arah kandang yang berisi dua kambing.Bentuk kandang yang sangat sederhana membuat Arya membelalakkan matanya. Pasalnya kan
Ayda POV“Hmm, saya belum memikirkannya.” Ayda meneguk saliva dalam-dalam setelah merasa kebingungan saat menjawab pertanyaan yang Arya berikan.Niatnya mengajak Arya pergi ke rumah penitipan bukan untuk membicarakan perihal anak. Meskipun tak dapat dipungkiri Ayda menginginkannya, tetapi ini bukanlah saat yang tepat.“Baiklah. Bagaimana jika dua atau empat? Saya rasa itu jumlah yang cukup,” imbuh Arya memberi saran.Dengan ragu, Ayda pun menganggukkan kepala sebagai sebuah persetujuan. “Memangnya apa yang membuat Mas Arya tiba-tiba memikirkan hal ini?” tanyanya penasaran dengan apa yang sedang Arya pikirkan.“Saya hanya ingin mempersiapkan banyak hal. Saat kamu melahirkan, saya ingin memberikan seluruh waktu saya untuk merawat anak kita. Saya tidak ingin membuat anak saya merasa kesepian karena saya sibuk bekerja. Saya ingin memberikan yang terbaik untuk anak saya agar tidak merasa sedih seperti yang Boy rasakan,” ungkap Arya yang sudah berpikir jauh ke depan.Sedangkan Ayda yang tid
***“Terima kasih sudah merawat saya tadi malam,” papar Arya sambil memandang wajah Ayda yang duduk di sampingnya.Semangkuk bubur hangat menemani pagi Ayda yang menyuapi Arya untuk sarapan. Tidak ada rasa lelah atau pun keberatan saat melakukannya. Ayda merasa senang bisa menjaga Arya ketika demam dan memastikan kondisinya baik-baik saja.Cinta memang memiliki kekuatannya tersendiri. Di saat hati terasa sakit, cinta hadir meyakinkan hati yang layak untuk jatuh cinta dan dicintai. Ketika keraguan datang dan menyebabkan perpisahan. Cinta membawa keyakinan untuk memberikan kesempatan atas cinta yang dirasakan. Seiring berjalannya waktu, Ayda telah sadar. Cintanya pada Arya bukan hanya dibalik kesepakatan.Akan tetapi, lebih dari itu yang melibatkan hati dan perasaan. “Sudah kewajiban saya untuk menjaga Mas Arya. Lagi pula saya yang menyebabkan Mas Arya jatuh sakit karena lelah bekerja,” sahutnya sambil kembali menyuapi Arya yang kondisinya sudah jauh lebih baik.Mendengar jawaban Ayda y
***“Terima kasih, Mas. Saya akan berusaha untuk mempertahankan hubungan kita,” ucap Ayda dalam hati sambil memandang Arya yang sudah tertidur pulas di atas sofa.Hari ini akan menjadi hari yang tak akan terlupakan bagi Ayda. Pengalaman berharga ia dapatkan saat menjaga Raka yang membuat hubungannya dengan Arya semakin bermakna. Hingga waktu tak terasa berjalan begitu cepat. Kini Raka telah kembali bersama neneknya dan tersisa dirinya bersama Arya.Lasmi yang mengabari tidak akan pulang mala mini membuat Ayda merasa sepi jika harus tidur sendiri. Karena itu dirinya membiarkan Arya tidur di sofa untuk menemani dirinya. Meski jarak di antara dirinya dan Arya masih terasa dalam hati, tetapi Ayda tak ingin membiarkan jarak mengubah perasaan yang ia miliki untuk Arya.Dengan perlahan, Ayda pun mengelus lembut rambut Arya. Ia terus memandangnya dengan senyum yang terpancar jelas dari wajahnya. Di sela aksi memandang Arya, tiba-tiba perutnya mengeluarkan bunyi sebagai pertanda. Ketika tering
***“Sayang? Semalam kamu pergi kemana?” tanya Arya yang baru terbangun dari tidurnya.Tanpa menatap lelaki yang berdiri di sampingnya, Ayda lebih memilih untuk fokus pada pakaian yang sedang ia jemur di bawah terik matahari. “Saya pergi untuk membeli makanan,” jawabnya dengan nada dingin.“Hmm, kenapa tidak membangunkan saya?” Arya kembali mengajukan pertanyaan.Namun, Ayda yang merasa malas untuk menjawabnya pun membalikkan badan dan menghela napas gusar. “Saya bisa pergi sendiri,” paparnya dan langsung berlalu pergi.Hari baru kembali dimulai. Ayda meletakkan ember di kamar mandi dan berjalan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Tanpa sadar ada lelaki yang terus memperhatikan setiap gerak-geriknya, Ayda berusaha fokus dengan tugasnya di pagi hari.Meskipun tanpa bantuan dari Lasmi yang akan pulang siang hari, Ayda bisa melakukan semua tugasnya dengan baik. Sebagai wanita yang telah ditinggal oleh ibu, Ayda sudah terbiasa untuk bersikap mandiri dan melakukan apa yang seharusnya ia
Arya POV“Tidak. Kamu pasti bisa, tujuh hari akan segera berlalu Arya. Percayalah,” gumam Arya dalam hati saat dirinya merasa sangat lelah. Hampir seharian, Arya terus bekerja membantu petani lain di sawah. Hati yang terasa sakit membuatnya lebih memilih untuk terus bekerja.Bahkan ketika Ayda datang dan membawakan makan siang, Arya sengaja bersembunyi dengan pergi ke kandang kambing. Perdebatan yang terjadi di pagi hari benar-benar membuat hati Arya hancur. Ia tidak menyangka Ayda akan meragukan cinta dan karakternya hanya karena perkataan Adam, lelaki yang baru dikenal.Meskipun Arya menyadari dirinya melakukan banyak kesalahan di masa lalu, tetapi ia sudah bertekad dan berjuang untuk berubah. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan Ayda yang mengubah hidupnya. Namun, ketika perjuangan yang ia lakukan diragukan. Arya merasa kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri.Sampai akhirnya, tak terasa hari pun mulai gelap. Semua pekerja di sawah sudah bersiap untuk pulang. Sedangkan Arya masi
Arabella POV“Saya bisa menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya Ayda. Saya mohon beri saya kesempatan untuk menjelaskan,” ujar Arya sambil berusaha menahan kepergian Ayda setelah melihat perkelahiannya dengan Adam.Dengan wajah menahan tangis, Ayda melepaskan genggaman Arya pada tangannya. Ketika melihat lelaki yang sangat ia khawatirkan sejak pagi sedang berkelahi. Ayda sangat kecewa dan merasa dihancurkan harapannya pada Arya yang tak pernah berubah.Tanpa menghiraukan perkataan Arya, ia tetap bersikeras untuk pergi dari sana. Sudah cukup apa yang ia lihat, penjelasan Arya tak merubah rasa sakit yang ia rasakan. Setelah melihat Adam terbaring lemah penuh luka, Ayda merasa sangat terkejut dengan apa yang Arya lakukan ketika emosi membara.“Saya mohon Ayda. Jangan pergi dengan cara seperti ini,” imbuh Arya yang langsung berdiri di hadapan Ayda. Segala cara sudah ia lakukan untuk memberi penjelasan. Rasa kecewa yang terlihat jelas di wajah Ayda membuatnya tak bisa dengan mudah membiark