Setelah melewati malam pengantin yang penuh gairah, pagi ini Nathan masih memandang wajah Rachel yang masih tidur dengan nyenyak. Rachel memimpin permainan dengan sangat agresif dan liar. Nathan tidak pernah melihat Rachel menjadi wanita yang seperti itu selama hidupnya. Tentu saja saat ini dia lelah dan butuh waktu tidur tambahan. Mengingat, mereka melakukannya berulang-ulang kali semalam suntuk.
"Kau sangat cantik, bahkan saat sedang tidur tanpa busana sekali pun, Sayang." Nathan bermonolg.
Nathan sudah bangun lebih dari dua jam, namun ia tak berniat turun dari ranjang. Karena Rachel tidur dengan tangan mengalung pada tubuhnya. Nathan takut gerakannya akan membangunkan Rachel. Sebesar itu lah cinta yang Nathan punya untuk Rachel.
Nathan kembali mengingat dan membayangkan tahun demi tahun yang telah wanita dalam pelukannya ini lalui tanpa dirinya. Sendiri membawa anak dalam kandungan, sendiri berjuang di ruang bersalin, sendiri bekerja keras banting tu
Nathan telah selesai menghidangkan sarapan, yang mungkin lebih tepatnya ini makan siang. Karena, jarum jam sudah di angka sebelas. Rachel turun ke ruang makan, setelah selesai membersihkan diri dan berdandan dengan cantik dan rapi. Aroma tubuhnya membuat Nathan yang sedang asik membuatkan jus stroberi melirik dan tersenyum. Rachel mendatangi Nathan, dan memeluk tubuh kokoh itu dari belakang. "Terima Kasih, Sayang. Kau selalu menuruti apa kataku. Haruskah aku merasa bersalah karena sudah memintamu sibuk di dapur seperti ini?" Ucap Rachel sungguh-sungguh. "Tidak masalah, Sayang. Selagi aku mampu, akan kulakukan semuanya untukmu. Bahkan, jika aku sanggup akan kupindahkan Gunung Fuji ke depan mansion ini." Sahut Nathan dan membalikkan badan. "Konyol. Bagaimana itu bisa? Jangan membodohiku." Ucap Rachel menjewer telinga Nathan. "Aaaa... Sayang, kau ini laki-laki atau perempuan? Kenapa kau selalu menyiksa suamimu yang polos ini?" Nathan berdrama ria.
Mungkin, hari ini adalah hari yang tak pernah dibayangkan oleh Rachel seumur hidupnya. Lebih tepatnya setelah tujuh tahun belakangan ini.Sudah satu minggu Rachel berada di kota S karena urusan pekerjaan. Hari ini ia kembali kota D. Tapi, sesampainya di kota D, Rachel tidak langsung pulang ke rumah. Ia terpaksa harus bertemu dulu dengan salah seorang klien-nya di sebuah caffe yang tak jauh dari kantor tempatnya bekerja.Setelah hampir satu jam mendiskusikan pekerjaan, akhirnya klien merasa puas dengan kesepakatan yang di ajukan Rachel. Setelah itu, klien Rachel memutuskan untuk pergi terlebih dahulu. Tinggallah Rachel di meja itu masih merilex kan badan dan pikirannya. Sambil ditemani segelas lemon tea, Rachel memainkan ponselnya. Melihat beberapa video yang hari ini di kirim kan Putrinya "Keynara."Terlihat sesekali Rachel tersenyum manis, terdengar pula tawa yang sengaja di tahan. Rachel sangat menikmati waktunya untuk menonton semua video yang di kirim oleh K
Di sebuah perusahaan terbesar di kota D, seorang Direktur muda mengetuk-ngetuk jari ke meja kerjanya. Roy sebagai kaki tangannya tidak berani bertanya.Karena dia sangat hapal, saat ini Bosnya sedang memikirkan masalah yang sangat serius dan tidak boleh ada suara sebelum Boss memberi perintah."Roy, kau cari tau gadis bernama Rachel Willona." Ia tau nama lengkap Rachel pada saat membantu membereskan barang-barang Rachel tadi, dia dengan sengaja membaca nama gadis itu pada kartu pengenalnya."Baik, Boss. Dalam lima belas menit anda akan menerima semua detail informasinya." sahut sekretaris si boss besar."Sebaiknya kau lakukan lebih cepat, karena untuk hal ini aku tak ingin menunggu terlalu lama.""Baik, Boss. Aku permisi." lalu Roy pun keluar ruangan."Bagaimana mungkin aku merasa seperti sangat mengenal gadis itu? Aku merasa tidak asing dengan tatapannya. Dan lagi pula, gadis kecil dalam foto itu terlihat sangat mirip denganku. Apakah merek
"Racheeell, aku sangat rindu padamu." tiba-tiba Bella meloncat kepelukan Rachel."Ya ampun, apa-apaan ini? Lihat lah betapa lebaynya dirimu itu, Key saja bertemu denganku tidak separah ini ekspresinya." ledek Rachel sambil tetap memeluk sahabatnya itu.Bella adalah satu-satunya sahabat yang Rachel punya dari dulu. bahkan dia pindah ke kota D ini karena Bella lah yang memaksa. Bella tau semua yang dialami sahabatnya itu."Itu mungkin karena dia lebih dekat pada Jihan dari padamu." Bella menyindir sambil berjalan ke kulkas mengambil sebotol minuman soda."Yah terus, aku harus gimana beb? Pekerjaanku sekarang mengharuskanku bolak-balik kota D dan S. Aku belum siap jika harus membawa Key pulang kesana. Aku tidak tau reaksi apa yang orang-orang disana akan berikan untuk kami nanti." ucap Rachel dalam."Raa... Itu sudah lama sekali. Sudah tujuh tahun berlalu dan tidak akan ada yang bertanya tujuh tahun lalu kau kemana, kenapa pindah dan bla-bla." c
Di sebuah Mall.Ditengah hiruk-pikuknya manusia, Nathan diam-diam memperhatikan semua hal yang Rachel lakukan bersama Key dan Bella.Tadi saat berhenti dilampu merah, Nathan yang sedang dalam perjalanan ke kantor melihat Key sedang bernyanyi riang di atap sebuah mobil.Meski hanya terlihat separuh badannya saja. Hal itu membuat hati Nathan menjadi hangat.Key sangat lucu.Ia segera menyuruh Roy mengikuti kemana arah mobil itu pergi.Dan di sini lah mereka sekarang. Nathan bahkan tak peduli jika kini dirinya sudah mirip dengan seorang penguntit."Boss, apa tidak sebaiknya kita datangi saja ?" Tanya Roy pada Boss-nya itu."Apa kau ingin membuatnya takut ?" Jawab si Boss."Tapi kita bisa pakai cara jitu Boss, seolah-olah pertemuan ini hanya sebuah kebetulan." saran sang ajudan kepercayaan itu lalu membisikkan sesuatu pada sang Boss."Tumben kau pintar. Tunggu saja disini, dan cukup awasi aku dari jauh. Aku akan coba
Nathan dan Rachel sedang menikmati secangkir capucino dingin di sebuah caffe didalam mall.Sambil terus mengawasi Key yang tengah asyik bermain.Awalnya agak canggung. Tapi dengan sedikit gugup, akhirnya Rachel memulai pembicaraan."Jadi, apa maksudmu menemuiku? Melihat bagaimana kejadian tadi, aku jadi berfikir bahwa pertemuan tempo hari juga bukan lah suatu kebetulan." tanya Rachel panjang lebar."Aku memang tidak mengenalmu saat ini, tapi mungkin dulu aku mengenalmu." jawab Nathan sambil menyesap sedikit minumannya. Hanya sekedar membasahi kerongkongan. Karna jujur saja, dia juga sangat gugup saat ini. Ia tak habis pikir, saat ini bisa ada disini bersama wanita yang tak ia kenal."Apa maksudmu? Katakan langsung dengan jelas, jangan membuatku menerka-nerka kemana arah pembicaraanmu itu." Rachel masih saja berbicara dengan nada ketus."Aku tidak tau secara pasti. Tapi aku mengalami kecelakaan mobil tujuh tahun lalu, yang mengakibatkan
"Boss, ini kiriman dokumen dari Dokter Bram." ujar Roy sambil menyerahkan amplop coklat pada Nathan."Mari kita lihat, apa saja yang mereka lakukan padaku tujug tahun belakangan ini." sahut Nathan sambil mengeluarkan kerta putih itu dan mulai membacanya.Setelah meninggalkan Rumah Sakit malam itu, Nathan kembali menghubungi Dokter Bram. Ia meminta semua dokumen riwayat pengobatannya sejak pertama pasca kecelakaan itu.Ia sangat yakin ada yang tidak beres dalam pengobatannya yang selalu di tangani oleh Arnold dan Celline.Terlihat dengan jelas, urat-urat leher Nathan menegang. Lalu ia meremas kertas itu dan melemparnya ke tong sampah disamping meja kerjanya."Sialan! Beraninya kau mempermainkanku. Dasar jalang! " Nathan berkata dengan geram."Tunda semua rapat dan pertemuan klien hari ini! Aku ingin pulang dan beristirahat." perintah Nathan pada Roy."Baik, Boss." sahut Roy.Ia tau suasana hati boss-nya sedang tidak baik saat in
Setelah 2 pekan berlalu.Rachel dan Keynara menjalani hidup seperti biasanya. Nathan tidak pernah lagi datang mengganggu ketenangan ibu dan anak ini."Kak, hari ini Key pengambilan raport kenaikan kelas. Orang tua di haruskan hadir." Jihan menyampaikan pesan guru Key kemarin saat menjemputnya pulang sekolah."Astaga, benarkah ? Tapi aku ada rapat penting pagi ini. Lalu jam 10 aku harus langsung berangkat ke kota S untuk menemui klien. Apa tidak bisa kamu saja yang mewakiliku Jihan?" Pinta Rachel tulus."Tapi kak, Guru Key bilang itu harus orang tuanya." Jihan menjawab dengan sedih."Kak, tidak masalah. Kemarin Key sudah izin sama Bu Misca, kalau Momy tidak bisa hadir. Untuk Key, kan selalu ada toleransi dari Bu Misca." Key tiba - tiba datang sambil mengedipkan sebelah mata kepada Jihan.Jihan faham, Key sedang berbohong.Mungkin dia juga tidak tega jika ibunya ini gagal pergi bertugas. Ia tau ibunya bekerja keras demi kehidupannya.