Mungkin, hari ini adalah hari yang tak pernah dibayangkan oleh Rachel seumur hidupnya. Lebih tepatnya setelah tujuh tahun belakangan ini.
Sudah satu minggu Rachel berada di kota S karena urusan pekerjaan. Hari ini ia kembali kota D. Tapi, sesampainya di kota D, Rachel tidak langsung pulang ke rumah. Ia terpaksa harus bertemu dulu dengan salah seorang klien-nya di sebuah caffe yang tak jauh dari kantor tempatnya bekerja.
Setelah hampir satu jam mendiskusikan pekerjaan, akhirnya klien merasa puas dengan kesepakatan yang di ajukan Rachel. Setelah itu, klien Rachel memutuskan untuk pergi terlebih dahulu. Tinggallah Rachel di meja itu masih merilex kan badan dan pikirannya. Sambil ditemani segelas lemon tea, Rachel memainkan ponselnya. Melihat beberapa video yang hari ini di kirim kan Putrinya "Keynara."
Terlihat sesekali Rachel tersenyum manis, terdengar pula tawa yang sengaja di tahan. Rachel sangat menikmati waktunya untuk menonton semua video yang di kirim oleh Key, begitu biasanya dia memanggil Putrinya.
Karena rasanya sudah cukup lama ia di sana, Rachel beranjak dari kursi sambil terus memperhatikan ponselnya. Baru saja ia beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba saja seorang pria yang berjalan dengan sangat cepat menabrak tubuhnya yang kecil.
Bruuukkk...
Bunyi suara dua orang itu bertabrakan dan tas Rachel pun jatuh. Membuat beberapa jimat sakti perempuan yg ada di dalamnya berhamburan keluar. Seperti lipstik, bedak, parfum, make up dan sebagainya.
"Sorry, Nona. Apa kau baik-baik saja?" Tanya pria itu pada Rachel. Namun Rachel hanya diam tanpa menoleh sedikit pun. Ia terlalu sibuk mengemasi pernak-pernik yang berserakan itu.
"Sorry, aku sedang buru-buru jadi tidak memperhatikan ada orang berjalan di depanku." kata pria itu lagi sambil membantu Rachel mengemasi isi tas mungilnya yang berantakan. Namun tiba-tiba tangannya berhenti saat memegang dompet kecil yang berisi foto gadis mungil, rambut lurus, tebal dan sangat lucu. Pria ini merasa gadis di dalam foto itu sangat mirip dengannya.
"Ooh, iya. Tidak masalah, aku juga tadi tidak terlalu fokus melihat jalan." sahut Rachel sambil mengambil paksa dompet di tangan pria itu. Setelah dompet berada di tanganny, Rachel melihat ke arah wajah pria yang menabraknya itu. Mereka saling menatap. Entah perasaan apa yang muncul di hati keduanya.
Deeeggg...
Jantung Rachel berdegup sangat kencang "Dia... Dia Nathan?" Rachel bertanya dalam hatinya.
"Apakah saat ini aku sedang bermimpi? Tapi aku bahkan tidak pernah mengingatnya lagi, kenapa tiba-tiba dia hadir di depanku?" Seru Rachel lagi didalam hatinya.
"Kenapa aku merasa, wanita ini sangat tidak asing bagiku? Caranya menatapku, membuat jantungku berdebar." Pria itu pun membathin. Namun, ia bisa menyembunyikan perasaanya.
"Heeii, kenapa kau jadi melamun ? Ini tas milikmu, periksa lah lagi jika ada barang jatuh yang mungkin belum masuk ke dalamnya." ujar pria itu ramah.
Tapi Rachel masih saja terpaku melihat wajah pria yang ada di hadapannya saat ini. Sehingga membuat pria bertambah yakin, dia dan gadis ini pasti saling mengenal. Tapi sayangnya, pria ini gagal untuk bisa mengingat hal- hal yang lebih mendetail tentang Rachel.
Karena ia memang sedang terburu-buru untuk kembali ke kantornya, akhirnya pria itu berkata "Sekali lagi, aku minta maaf. Aku sedang buru-buru saat ini. Aku akan pergi terlebih dahulu, semoga harimu menyenangkan." Pria itu bersiap untuk pergi, namun baru beberapa langkah, ia kembali menoleh ke pada Rachel. "Aku yakin, kita akan segera bertemu kembali. Aku akan mentraktirmu lain kali, Nona." lanjut pria itu tersenyum manis, ia berlalu meninggalkan Rachel yang masih melamun dengan pikiran yang berkecamuk.
"Mungkin kah dia Nathan ? Tapi mana mungkin dia ada di kota ini. Dia kan penerus perusahaan ayahnya, tentu saja dia tak akan keluar dari kota S." lagi-lagi gadis ini bicara sendiri. Lalu memanggil salah satu taxi yang kebetulan lewat.
Di dalam taxi, Rachel terus melamun, memikirkan kejadian yang begitu mendadak tadi.
"Jika memang dia Nathan, mana mungkin dia tidak mengenaliku? Apakah aku banyak berubah tujuh tahun ini? Apakah aku terlihat lebih tua dan jelek semenjak sibuk bekerja dan mempunyai anak?" Lanjutnya dalam hati.
"Aaahh sudah lah, mungkin itu hanya kebetulan. Bukankah di dunia ini ada tujuh orang yang mempunya wajah serupa? mungkin yang tadi salah satunya orang yang mirip dengan pria brengsek itu." sahutnya lagi dalam hati.
Sampai di rumah, Rachel membuka pintu lalu berjalan masuk.
Tiba-tiba seorang gadis kecil berlari ke arahnya. Gadis mungil yang entah mengapa tiba-tiba Rachel merasa sangat mirip dengan pria itu "Nathan". Gadis itu berlari semakin dekat.
"Momy, kenapa Momy lama sekali pulangnya? Key kan bosan di rumah terus sama kak Jihan (pengasuh Key dari bayi)" gerutu si gadis manja itu sambil bergelayut dikaki Rachel.
"Maaf ya, sayang, Momy tadi bertemu teman lama saat perjalanan pulang." ucap Rachel pada putrinya.
"Apakah itu teman sekolah Momy ? Mungkin kah itu seorang paman ?" Selidik Key yang memang memiliki nalar tinggi dan otak cerdas menilai setiap situasinya.
"Oowh sayang Momy. Kau sangat pandai sekali sayang. Sini, biarkan Momy memelukmu. Apakah kau rindu pada Momy? Sudah satu minggu kita tidak bertemu, hem." Rachel menarik Key kedalam dekapannya sambil membelai kepala Putri kesayangannya itu.
"Walau pun setiap saat Key video call dengan Momy, Key tentu saja sangat merindukan Momy yang sesungguhnya dari pada hanya di dalam ponsel." ucap Key lembut.
"Momy juga setiap saat merindukan tuan Putri Momy ini." katanya sambil mencubit gemes pipi Key.
"Oh iyaa, Momy, mana oleh-oleh yang Key minta?" Tagih Key pada Rachel.
"Waah, Momy kira kau melupakannya, haha." Rachel tertawa lepas lalu mengeluarkan satu paket mainan baby doll. Ya begitu lah, apa lagi yang akan di senangi anak-anak seusia Keynara selain boneka dan barbie.
"Thank You Momy, Momy the best. Key tak perlu punya Papi seperti teman-teman lain. Key punya Momy saja sudah sangat bahagia." lalu dia mengecup pipi Rachel dan memeluk Ibunya dengan erat.
Seketika ada rasa getir di hati Rachel, saat mendengar Key mengucapkan kata- kata itu. Rachel terdiam di tempatnya duduk dengan eksperi wajah yang tak bisa di gambar kan.
"Key, yuukk kita main di kamar. Biar kan Momy istirahat dulu. Momy kan baru pulang dari perjalanan jauh." ajak Jihan seolah mengerti keadaan canggung ini.
"Baik. Ayo kak, kita main saja di kamar Key. Daaa Mom, selamat beristirahat." lambai Key sambil berjalan ke kamarnya.
"Aku sudah buatkan Jeruk hangat kak. Silahkan di minum dulu biar kakak tetap fit." ujar Jihan sambil tersenyum.
Memang dari awal Rachel tidak mengizinkan Jihan memanggilnya Nyonya. Ia ingin Jihan merasa nyaman tinggal bersamanya.
Hati Rachel rasanya seperti ter iris-iris setiap kali Key membahas tentang sosok seorang Papi. Rachel selalu merasa iba pada putrinya.
Sekaligus juga mengutuk dengan keras di dalam hati kepada pria brengsek yang meninggalkannya dulu. Tanpa pernah tau bahwa didalam rahimnya telah hadir Key, buah cinta mereka.
Meski itu tanpa pernikahan, Key tidak salah apa-apa. Key tidak berdosa. Mereka yang salah,tapi teganya dia menghilang tanpa jejak. Meninggalkan Rachel bersama kandunganya. Rachel sampai harus pindah dari kota S ke kota D saat itu.
Agar orang orang tidak tau tentang kehamilannya yang tanpa suami. Agar kelak saat anaknya lahir, itu tidak menjadikan bahan olok-olok orang sekitarnya.
Setelah tahun-tahun menyakitkan yang mereka lalui berdua, Rachel akan melakukan segala macam cara agar putrinya itu bahagia, tidak kekurangan cinta dan materi.
Itu sebabnya Rachel harus bekerja keras di perusahaan Property dan Furniture milik orang tua sahabatnya, Bella.
Rachel bahkan harus sering lembur atau keluar kota menemui klien. Biasanya butuh waktu tiga sampai tujuh hari hingga semua kesepakatan menjadi deal.
Tentu saja dengan kerja kerasnya itu Rachel mendapatkan gaji tinggi dan cukup banyak bonus.
Itu semua dia lakukan agar Putrinya, Keynara tidak pernah merasa kekurangan. Maklum saja, Rachel adalah single Mom. Dia harus berjuang sendiri demi kehidupannya dan Key.
Dia juga harus membayar gaji Jihan sebagai seorang baby siter yang menjaga Key saat dia harus bekerja. Jadi biaya hidup mereka tiap bulan tentu tidak sedikit.
Kehidupan yang mereka jalani selama tujuh tahun ini sangat bahagia meski hanya ada Ibu dan Anak. Tapi Rachel tau, dalam hati kecil Key ia slalu merindukan sosok seorang ayah
Dan hari-hari ke depannya tidak akan mudah lagi. Setelah tanpa sengaja ia bertemu Nathan di caffe siang ini.
Percaya atau tidak, Rachel yakin kejadian tadi bukan sekedar kebetulan semata. Tuhan pasti sedang mengujinya lagi. Kali ini Rachel harus siap secara fisik dan mental untuk menghadapi segala macam masalah yang akan datang dikemudian hari.
Terutama sekali, Rachel harus memperkuat benteng pertahanan dan keamanan putrinya. "Keynara."
Di sebuah perusahaan terbesar di kota D, seorang Direktur muda mengetuk-ngetuk jari ke meja kerjanya. Roy sebagai kaki tangannya tidak berani bertanya.Karena dia sangat hapal, saat ini Bosnya sedang memikirkan masalah yang sangat serius dan tidak boleh ada suara sebelum Boss memberi perintah."Roy, kau cari tau gadis bernama Rachel Willona." Ia tau nama lengkap Rachel pada saat membantu membereskan barang-barang Rachel tadi, dia dengan sengaja membaca nama gadis itu pada kartu pengenalnya."Baik, Boss. Dalam lima belas menit anda akan menerima semua detail informasinya." sahut sekretaris si boss besar."Sebaiknya kau lakukan lebih cepat, karena untuk hal ini aku tak ingin menunggu terlalu lama.""Baik, Boss. Aku permisi." lalu Roy pun keluar ruangan."Bagaimana mungkin aku merasa seperti sangat mengenal gadis itu? Aku merasa tidak asing dengan tatapannya. Dan lagi pula, gadis kecil dalam foto itu terlihat sangat mirip denganku. Apakah merek
"Racheeell, aku sangat rindu padamu." tiba-tiba Bella meloncat kepelukan Rachel."Ya ampun, apa-apaan ini? Lihat lah betapa lebaynya dirimu itu, Key saja bertemu denganku tidak separah ini ekspresinya." ledek Rachel sambil tetap memeluk sahabatnya itu.Bella adalah satu-satunya sahabat yang Rachel punya dari dulu. bahkan dia pindah ke kota D ini karena Bella lah yang memaksa. Bella tau semua yang dialami sahabatnya itu."Itu mungkin karena dia lebih dekat pada Jihan dari padamu." Bella menyindir sambil berjalan ke kulkas mengambil sebotol minuman soda."Yah terus, aku harus gimana beb? Pekerjaanku sekarang mengharuskanku bolak-balik kota D dan S. Aku belum siap jika harus membawa Key pulang kesana. Aku tidak tau reaksi apa yang orang-orang disana akan berikan untuk kami nanti." ucap Rachel dalam."Raa... Itu sudah lama sekali. Sudah tujuh tahun berlalu dan tidak akan ada yang bertanya tujuh tahun lalu kau kemana, kenapa pindah dan bla-bla." c
Di sebuah Mall.Ditengah hiruk-pikuknya manusia, Nathan diam-diam memperhatikan semua hal yang Rachel lakukan bersama Key dan Bella.Tadi saat berhenti dilampu merah, Nathan yang sedang dalam perjalanan ke kantor melihat Key sedang bernyanyi riang di atap sebuah mobil.Meski hanya terlihat separuh badannya saja. Hal itu membuat hati Nathan menjadi hangat.Key sangat lucu.Ia segera menyuruh Roy mengikuti kemana arah mobil itu pergi.Dan di sini lah mereka sekarang. Nathan bahkan tak peduli jika kini dirinya sudah mirip dengan seorang penguntit."Boss, apa tidak sebaiknya kita datangi saja ?" Tanya Roy pada Boss-nya itu."Apa kau ingin membuatnya takut ?" Jawab si Boss."Tapi kita bisa pakai cara jitu Boss, seolah-olah pertemuan ini hanya sebuah kebetulan." saran sang ajudan kepercayaan itu lalu membisikkan sesuatu pada sang Boss."Tumben kau pintar. Tunggu saja disini, dan cukup awasi aku dari jauh. Aku akan coba
Nathan dan Rachel sedang menikmati secangkir capucino dingin di sebuah caffe didalam mall.Sambil terus mengawasi Key yang tengah asyik bermain.Awalnya agak canggung. Tapi dengan sedikit gugup, akhirnya Rachel memulai pembicaraan."Jadi, apa maksudmu menemuiku? Melihat bagaimana kejadian tadi, aku jadi berfikir bahwa pertemuan tempo hari juga bukan lah suatu kebetulan." tanya Rachel panjang lebar."Aku memang tidak mengenalmu saat ini, tapi mungkin dulu aku mengenalmu." jawab Nathan sambil menyesap sedikit minumannya. Hanya sekedar membasahi kerongkongan. Karna jujur saja, dia juga sangat gugup saat ini. Ia tak habis pikir, saat ini bisa ada disini bersama wanita yang tak ia kenal."Apa maksudmu? Katakan langsung dengan jelas, jangan membuatku menerka-nerka kemana arah pembicaraanmu itu." Rachel masih saja berbicara dengan nada ketus."Aku tidak tau secara pasti. Tapi aku mengalami kecelakaan mobil tujuh tahun lalu, yang mengakibatkan
"Boss, ini kiriman dokumen dari Dokter Bram." ujar Roy sambil menyerahkan amplop coklat pada Nathan."Mari kita lihat, apa saja yang mereka lakukan padaku tujug tahun belakangan ini." sahut Nathan sambil mengeluarkan kerta putih itu dan mulai membacanya.Setelah meninggalkan Rumah Sakit malam itu, Nathan kembali menghubungi Dokter Bram. Ia meminta semua dokumen riwayat pengobatannya sejak pertama pasca kecelakaan itu.Ia sangat yakin ada yang tidak beres dalam pengobatannya yang selalu di tangani oleh Arnold dan Celline.Terlihat dengan jelas, urat-urat leher Nathan menegang. Lalu ia meremas kertas itu dan melemparnya ke tong sampah disamping meja kerjanya."Sialan! Beraninya kau mempermainkanku. Dasar jalang! " Nathan berkata dengan geram."Tunda semua rapat dan pertemuan klien hari ini! Aku ingin pulang dan beristirahat." perintah Nathan pada Roy."Baik, Boss." sahut Roy.Ia tau suasana hati boss-nya sedang tidak baik saat in
Setelah 2 pekan berlalu.Rachel dan Keynara menjalani hidup seperti biasanya. Nathan tidak pernah lagi datang mengganggu ketenangan ibu dan anak ini."Kak, hari ini Key pengambilan raport kenaikan kelas. Orang tua di haruskan hadir." Jihan menyampaikan pesan guru Key kemarin saat menjemputnya pulang sekolah."Astaga, benarkah ? Tapi aku ada rapat penting pagi ini. Lalu jam 10 aku harus langsung berangkat ke kota S untuk menemui klien. Apa tidak bisa kamu saja yang mewakiliku Jihan?" Pinta Rachel tulus."Tapi kak, Guru Key bilang itu harus orang tuanya." Jihan menjawab dengan sedih."Kak, tidak masalah. Kemarin Key sudah izin sama Bu Misca, kalau Momy tidak bisa hadir. Untuk Key, kan selalu ada toleransi dari Bu Misca." Key tiba - tiba datang sambil mengedipkan sebelah mata kepada Jihan.Jihan faham, Key sedang berbohong.Mungkin dia juga tidak tega jika ibunya ini gagal pergi bertugas. Ia tau ibunya bekerja keras demi kehidupannya.
Nathan salah satu anak dari deretan keluarga konglomerat di kota S, menjalin hubungan asmara dengan Rachel gadis biasa yang bekerja paruh waktu di sebuah caffe.Berita ini tentu saja menjadi topik panas dikalangan konglomerat.Berita ini juga sangat mengganggu Frans dan Jeny sebagai orang tua Nathan.Sementara mereka telah merencanakan perjodohan dengan keluarga Paul dan Lara, untuk anak semata wayang mereka Celline."Bagaimana ini Pi? Selama ini Nathan tidak pernah mau dijodohkan dengan gadis manapun, ternyata karna gadis miskin itu. Pasti dia telah mencuci otak Nathan. Orang-orang seperti mereka hanya tergila-gila pada harta." Jeny buka suara.Sementara Frans masih duduk sambil sebelah tangannya menopang dagu, sebelah lagi mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja."Piii,ngomong dong! Jangan diam aja. Mami ga akan pernah rela kalau Nathan sampai menikah dengan gadis itu. Mau simpan dimana wajah mami ini pii?." rengeknya lagi pada Frans.
Di kamar sebuah apartamen.Sepasang kekasih sedang bercumbu mesra. Tapi, selalu tak pernah lebih dari ciuman -ciuman panas saja.Meski dua tahun sudah mereka menjadi sepasang kekasih. Nathan selalu bisa menahan diri. Karena ia takut Rachel menganggapnya lelaki yang menjalin hubungan demi kepuasan birahinya saja.Tapi mungkin, hal itu tidak berlaku untuk hari ini.Nathan dengan lembut mengecup setiap inci wajah Rachel.Mata, hidung, pipi. Lalu menggigit manja telinganya. Kecupan itu turun ke leher.Rachel hanya bisa mendesah karena cumbuan yang diberikan kekasihnya itu.Kemudian kecupan itu berakhir di bibir mungilnya, dari kecupan menjadi lumatan.Mereka berciuman sangat lama, saling bertukar saliva. Seakan tak pernah puas. Seakan -akan napas mereka tak akan pernah habis.Tangan kanan Nathan telah menyelinap kebalik kemeja Rachel.Sementara satunya lagi memegang tengkuk Rachel agar ciumannya tak lepas. Rache