Share

4. Satu Putaran Lainnya (4)

"Aku mengerti, jadi kau juga tidak mengenalnya?"

Bella terlihat bersalah. “Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari tahu tentang manusia serigala perak itu! Mendengar dia memiliki warna bulu yang tidak biasa di kerajaan ini, saya rasa saya akan segera menemukannya, Yang Mulia!”

Aku terkekeh pahit. "Tidak perlu, Bels. Sekarang, aku ingin tidur sendiri."

"Itu... Yang Mulia, saya mohon... tolong jangan diambil hati bisikan dari orang-orang itu."

Aku tersenyum pada Bella. Tapi senyumku sepertinya tidak membuatnya lega.

Aku menatap langit-langit kamarku yang terasa akrab. Orang mengira aku sudah keluar kamarku selama empat bulan lamanya, tapi itu keliru. Sampai empat hari yang lalu, aku masih menatap langit-langit kamarku ini, sebelum diseret untuk diinterogasi di ruang bawah tanah, lalu dihukum mati.

Aku lelah. Aku tidak ingin berusaha kali ini.

Hari-hari berlalu. Jermaine sama sekali tidak mengunjungiku sejak hari kepulanganku itu. Para pelayan dan dayang menghiburku dengan mengatakan bahwa Jermaine terlalu sibuk urusan negara.

“Kerajaan saat ini sedang mengalami agresi militer dengan Kerajaan Northern atas kepemilikan wilayah netral. Itulah sebabnya Yang Mulia Raja Alpha belum sempat mengunjungi Anda, Yang Mulia Ratu."

"Benar. Beliau sibuk mengunjungi pasukan di luar Ibukota. Saya yakin dia juga ingin berada di sisi Anda."

Sungguh menggemaskan mendengarkan mereka mencoba menghiburku dengan fakta yang aku tahu lebih baik daripada mereka.

"Hm, aku tahu." Aku meneguk jus mangga yang disuguhkan kepadaku, seraya menatap kosong ke depan.

Aku sangat lelah. Bahkan ketika malas-malasan begini, aku tetap lelah. Tapi aku tidak bisa mengakhiri hidupku sendiri. Aku tetap harus mengikuti alur yang sudah ditetapkan ini. Aku mengetahui hal itu karena aku pernah mencobanya di beberapa kehidupan yang sebelumnya.

Seminggu berlalu. Kali ini, Jermaine mengunjungiku.

.

.

.

Kerajaan manusia serigala yang pernah menguasai satu kepulauan besar, dipisahkan dari kerajaan manusia oleh perbatasan laut, kini terbagi menjadi dua wilayah, Southern Olf, dan Kerajaan Northern. Wilayah keduanya dipisahkan oleh tembok besar yang membentang luas.

Di Kerajaan Southern Olf, kami tidak lagi percaya pada takdir atau aturan yang diturunkan oleh Dewi Bulan. Kami menganggap ajaran primitif ini sebagai bentuk pengekangan oleh orang-orang terdahulu. Terutama dalam memilih pasangan hidup.

Berbeda dengan Southern Olf, Kerajaan Northern masih menganut ajaran Dewi Bulan, sehingga terkesan kuno. Kerajaan Northern juga merupakan kerajaan yang tertutup bagi orang luar, terutama bagi manusia.

Kerajaan tempat tinggalku, Southern Olf, dan Kerajaan Northern sudah lama bermusuhan, meski mereka adalah berasal dari satu nenek moyang.

"Masuklah, Jermaine."

"Aku sangat sibuk mengurus kepentingan Negara selama seminggu terakhir ini."

"… Aku tahu."

Bukan itu saja kan yang membuatmu sibuk, Jermaine. Dan hari ini kau hendak mengungkapkannya kepadaku, bukan?

Aku bersandar di headboard, sementara Jermaine menyeret kursi ke samping ranjangku, setelah menungguku bangun dari tempat tidur. Dia pasti mengira aku akan menyambutnya untuk kemudian duduk di sofa, tapi tidak. Aku terlalu tersakiti untuk melakukannya.

Ngomong-ngomong, kami Southern Olf tidak percaya pada fenomena 'jodoh yang ditakdirkan' yang katanya diberkati oleh Dewi Bulan. Kami memandang fenomena ini sebagai bentuk pengekangan dan fenomena yang menjijikkan. Mengapa? Karena seluruh konsep ‘jodoh yang ditakdirkan’ hanyalah hasrat.

Kita adalah makhluk yang lebih baik dari itu, yaitu makhluk yang memiliki logika dan ego yang bisa digunakan untuk mempertahankan diri dari nafsu. Dengan demikian, hampir tidak ada penduduk Southern Olf yang mengalami ikatan dengan fenomena insting ini. Rata-rata kita semua memilih pasangan hidup sesuai dengan logika dan hati kita.

Sayangnya, fenomena primitif yang hampir tidak terjadi di Southern Olf ini malah terjadi padaku.

Ketika aku mencapai usia dewasa, delapan belas tahun, aku merasakan ‘hasrat’ tidak terkendali untuk pertama kalinya. Itu terjadi ketika aku bertemu Jermaine Jocheved, yang saat itu adalah seorang pangeran serigala Alpha.

Feromonnya membuatku sangat mabuk sehingga sulit bagiku untuk berpikir jernih. Tidak hanya itu, sebuah tanda aneh muncul di tengkuk leherku. Bentuknya menyerupai coretan anak kecil, tapi aku yakin itu adalah tanda ikatan yang diberikan oleh Dewi Bulan.

Aku pernah membacanya di buku-buku sejarah tentang leluhur kami. Tanda itu hanya bisa dilihat olehku dan jodoh yang ditakdirkan untukku, atau gampangnya, pasangan takdirku. Ada sensasi terbakar di leherku setiap kali aku berada di dekat Jermaine.

Itu semakin membuatku yakin bahwa aku terkena dampak dari ajaran yang ‘katanya’ primitive dan sudah dibuang.

Aku, yang masih muda, khawatir jika Jermaine dan orang-orang kerajaan akan menjauhiku karena memiliki simbol primitive ini. Tapi untungnya, orang-orang tidak menyadarinya dari kelakuanku, sedangkan Jermaine yang juga memiliki tanda di lehernya persis sepertiku, juga tidak merasakan panas. Dia bahkan tidak sadar telah memiliki tanda itu untuk beberapa waktu.

Artinya, seperti yang tertulis di buku sejarah, ada kalanya pasangan tidak menyadari ikatannya dengan pasangan takdirnya.

Ini adalah ajaran primitif yang sudah lama kami buang. Tapi aku tidak bisa menyangkal bahwa ada unsur romantis di dalam fenomena ini. Sial, saat itu kupikir otakku telah dicuci oleh keperayaan jadul ini.

Awalnya, aku enggan untuk mengikuti kompetisi Putri Mahkota, tetapi aku menjadi bersemangat untuk dipilih sebagai Putri Mahkota agar bisa berada di sisi Jermaine secara bangga.

Posisi Putri Mahkota hanya akan diberikan kepada wanita yang kuat dan cerdas, yang berhasil lolos ujian Luna atau Ratu. Dari sekian banyak wanita bangsawan dan rakyat jelata yang berpartisipasi, aku berhasil menduduki posisi tiga besar. Ini semua demi bisa bersanding di sisi Jermaine.

Aku keluar sebagai salah satu dari dua kandidat terbaik dan Jermaine memilihku sebagai istrinya. Itu adalah masa-masa yang mengharukan. Semua usahaku untuk bersamanya terbayar.

Aku pikir, meskipun aku tidak menyadari kemunculan tanda ikatanku dengan Jermaine, bagaimanapun juga aku akan tetap mencintai Jermaine. Seperti bagaimana Jermaine memilihku sebagai istrinya, dibanding wanita yang menjadi lawanku.

Sejak itu, aku pikir aku mulai terobsesi dengan Jermaine. Aku mencintainya. Aku adalah istrinya. Jadi dia milikku.

Itu sebabnya, dalam semua kehidupan yang sudah kulewati, aku selalu berusaha untuk mendapatkan kembali cinta Jermaine, meskipun aku tahu dia yang selalu membunuhku di setiap kehidupan.

Karena tidak mendapatkan perhatian Jermaine, aku mengganggu Luelle. Aku pikir, jika Luelle tidak ada di kehidupan ini, maka Jermaine akan kembali kepadaku. Jadi aku mencoba membunuhnya berkali-kali tetapi digagalkan oleh Jermaine, yang akhirnya membunuhku. Bahkan saat aku tidak mencoba membunuh Luelle pun, Jermaine tetap akan membunuhku menggunakan hukum kerajaan.

Jermaine membuka mulutnya setelah beberapa saat hening.

"Bagaimana kabar kehamilanmu?" Dia bertanya.

Matanya bertemu mataku, dan aku menangkap pertanyaan lain dari tatapan itu.

"Baik-baik saja. Kau bisa menanyakan pertanyaanmu yang sebenarnya, Jermaine."

Alisnya berkedut. Dia pasti tidak menyangka aku akan menyadarinya secepat ini.

Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan sambil membuka bibirnya tanpa ragu-ragu.

"Siapakah ayah dari janin itu?"

-“Keparat ini! Janin ini adalah anakmu woy!”- Shan meraung, dan aku tidak punya pilihan lain selain untuk menidurkannya.

Dengan kepribadian Shan, bukan tidak mungkin jika dia mengambil alih kesadaranku ke permukaan, lalu menyerang Jermaine.

Tidak, sebenarnya, dia sudah pernah melakukannya di kehidupanku sebelumnya. Seperti di kehidupan keempat atau kelima, kalau tida salah.

Dan seperti di kehidupan-kehidupan sebelumnya, aku tidak pernah berbohong.

"Ini adalah milikmu. Kau adalah ayah dari anak yang sedang kukandung, Jermaine."

“Tapi kenapa usia janinmu tidak sejalan dengan waktu kepergianmu? Seharusnya—”

Aku menatapnya. Merasakan tatapanku, Jermaine mendesah malas.

“Haaa, lupakan saja. Jadi kau yakin sedang mengandung anakku, kan?"

Mendengar pertanyaan ini berkali-kali membuatku muak. Karena pada akhirnya dia tidak akan mempercayai jawabanku.

"Ya."

Sejujurnya, aku juga tidak pernah mendapatkan kesimpulan yang memuaskan terkait misteri usia kehamilanku yang tidak sesuai dengan alur waktu saat aku menghilang. Tapi aku yakin ini adalah anak Jermaine karena aku tidak pernah tidur dengan pria lain. Shan bisa menjaminnya.

Kalau saja aku bisa melahirkan anak ini, aku bisa mendapatkan bantuan medis untuk membuktikan pernyataanku tentang identitasnya. Tapi selama sepuluh kehidupan yang sudah kulewati, aku selalu mati saat masih hamil tua.

'Sungguh ibu yang buruk.'

“Seluruh situasi ini menempatkanku di kursi yang sulit, ratu. Pejabat pemerintah mulai mempertanyakan kondisi kehamilanmu. Apakah kau tahu apa yang mereka katakan?"

"Aku tahu."

"Apa?" Dia terkejut.

“Mereka pasti mengatakan bahwa aku membawa darah kotor para bajingan yang menodaiku di dalam perutku ini. Juga, bahwa aku tidak pantas menduduki posisiku sekarang."

Jermaine mengerutkan kening. "... Jadi kau sudah dengar?"

Karena itu yang sering aku dengar selama mengulang kehidupan. Dan di setiap kalinya, tanggapanku tidak sesantai kali ini. Sampai dua kehidupan sebelumnya, aku selalu berusaha mati-matian untuk merobek mulut para pejabat dan orang-orang yang menyebarkan omong kosong.

Sekarang… aku tidak peduli lagi.

"Bagaimana denganmu? Apa menurutmu aku juga mengandung anak pria lain?"

Jermaine terdiam. Tidak ada penyangkalan palsu untuk menghibur istrinya. Sungguh pria yang dingin.

Kulirik lehernya, masih samar-samar terlihat tanda ikatan kami.

Menurut buku sejarah, tanda ikatan hanya akan hilang jika pasangan saling menggigit leher dan memasukkan feromonnya melalui gigitan. Tapi hamper selama enam tahun menikah, Jermaine tidak pernah mencium leherku. Aku juga begitu, karena Jermaine tidak suka aku menggoda lehernya.

"Ratu, membayangkan dirimu  ditiduri oleh pria lain... fuuh, benar-benar membuatku geram."

-“Woy bung, bagaimana dengan kamu dan Luelle ya?! Kami baru pergi selama empat bulan, tetapi kau sudah menghamili wanita lain! Terlebih dia adalah sahabatnya! Dia juga sudah hamil dua bulan sekarang! Cih!”

'Shan tenanglah. Atau aku akan menidurkanmu lagi.'

Shan merintih. Aku sudah menduga bahwa aku tidak bisa membuatnya tidur lebih lama lagi. Itu juga salahku karena melatihnya dengan keras.

Aku menarik nafas dalam-dalam. Di kehidupan sebelumnya, tanggapanku sama dengan tanggapan Shan.

Jermaine membuka mulutnya lagi. Dan setiap kali dia melakukan itu, dia hanya akan memberi menabur garam di lukaku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status