Share

5. Satu Putaran Lainnya (5)

"Terus terang, kau kembali dalam keadaan yang terlalu baik untuk ukuran seorang korban penculikan kelompok bajingan pemberontang."

Tawa kering keluar dari mulutku. "Keadaan baik, huh?"

Apa aku terlihat baik-baik saja di matanya?

Apakah ini alasan para pejabat itu memfitnahku dengan menyebarkan rumor bahwa aku telah berpindah haluan? Mereka menganggap mustahil bagi seseorang, terutama seorang wanita, untuk kembali utuh setelah diculik oleh sekelompok bajingan.

Apa yang berlarian liar di kepala mereka saat ini pasti adalah pemikiran bahwa aku telah diindoktrinasi atau diancam oleh para penculik untuk menghancurkan system pemerintahan dari dalam.

Mengingat situasi keamanan kerajaan saat ini sedang berubah, kepulanganku pasti sangat mencurigakan.

Aku mengerti bagaimana mereka bisa berpikir seperti itu. Jika aku berada di posisi mereka, aku juga akan mencurigai diriku sendiri.

“Selain itu, para pejabat mulai meragukan kompetensimu sebagai Lunak-ku, ratu serigala mereka. Mereka menyinggung betapa lemahnya kau meskipun berstatus tinggi, karena para bajingan itu berhasil menculikmu selama empat bulan.”

"Jadi begitu..."

Mereka menginginkan seorang ratu serigala yang kuat, dan aku mengerti itu. Makanya ada kontes Putri Mahkota untuk mencari pasangan terbaik untuk Jermaine. Bahkan setelah aku terpilih, aku selalu mengasah keterampilan dan pengaruhku dengan giat. Bahkan mereka telah melihat hasilnya selama berada di bawah kepemimpinanku bersama Jermaine.

Tetapi karena satu hal ini, kepercayaan mereka kepadaku goyah?

“Mereka bilang, jika itu adalah Ratu Serigala yang sebelumnya, penculikan itu tidak akan pernah terjadi. Mereka bahkan menyebutkan bahwa kejadian serupa hampir menimpa ibuku. Tapi ibu berhasil melawan para penculiknya.”

"Jadi begitu. Aku semakin menghormati ibu mertua, sungguh.”

Keheningan jatuh di antara kami lagi.

Di masa lalu, aku akan mencoba menyangkal semua kata-kata yang melukai harga diriku sebagai Ratu, tetapi kali ini, aku tahu itu tidak akan mengubah apa pun.

Aku menatap matanya, tak tergoyahkan. Tanpa air mata, tanpa emosi.

Jermaine berkedip perlahan. Mungkin dia mulai merasakan keanehan dari reaksi datarku, jadi dia berdehem.

Dia membuka mulutnya perlahan. “… Kau juga pasti punya banyak pertanyaan untukku. Jadi, tanyakan saja."

'Pertanyaan, ya?'

Di kehidupan-kehidupan terdahulu, pertanyaanku tidak dapat dipisahkan dari; [‘apa yang terjadi antara kau dan Luelle?!’]

Pertanyaan itu selalu kuludahkan dengan kemarahan, menangis, atau tindakan histeris lainnya, sesuai dengan julukan wanita gila yang melekat padaku saat itu. Sebaliknya, Jermaine menjawabnya dengan enteng, seperti sedang menyampaikan waktu pada hari itu.

Pengakuan bahwa dia telah menghamili Luelle saat aku menghilang selama empat bulan. Dan setelah pengakuannya yang ringan, dia selalu membenarkan tindakannya.

“Itu karena kau menghilang, dan aku selalu gagal menemukanmu. Kerajaan kita juga sedang dalam masa krisis karena konflik dengan Northern. Tahukah kau bahwa karena kepergianmu, moral rakyat melemah, urusan internal istana kerajaan terbengkalai, dan aku sangat… kesepian?”

Sebuah kuncup bunga tumbuh di hatiku Ketika mendengar dia kesepian saat aku tidak berada di sisinya.

“Saat itulah Luelle mengulurkan tangannya kepadaku. Kau harusnya berterima kasih padanya karena telah membantuku melewati masa-masa itu.”

"…Apa?"

Kuncup bunga yang belum sempat mekar, hancur berkeping-keping.

Aku, pada kehidupan kali itu, mendengus tak percaya. “Oh tolong, katakan dengan benar. Dia tidak hanya mengulurkan tangannya padamu, tapi juga tubuh bagian bawahnya!”

"RATU!"

"APA?!"

Aku menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata saat mengingat kembali apa yang telah kulakukan di kehidupanku yang lalu. 'Haaaa.'

Yah, itu hanya cerita lama. Aku tidak perlu mengulanginya sekarang.

Pertanyaanku untuk saat ini adalah...

"Kau dan Luelle ... apa yang perlu aku lakukan untuk kalian berdua?"

"… Apa?" Mata biru Jermaine melebar dan bergetar. Seperti ombak besar yang sedang bergulung di lautan biru, menabrak bebatuan.

Aku akan mengulangi pertanyaanku kalau-kalau dia tidak menangkapnya dengan jelas. Tapi Jermaine mendahuluiku.

"Kau, ha," Jermaine melemparkan helaan nafas pendek. Dia mengerutkan alisnya sambil terus menatapku dengan heran.

Mungkin, karena merasakan keseriusan dari pertanyaanku, dia menjawabnya tanpa basa-basi dan bahkan seperti menantangku.

“Aku ingin kau secara resmi menunjuk Luelle sebagai selirku.”

Deg. Deg. Deg.

Aku sudah menunggu ucapan ini keluar dari mulutnya. Selama sepuluh kali di masa kehidupanku yang berulang, dia menanyakan hal yang persis sama. Ia memintaku untuk secara resmi menyambut Luelle sebagai selir kerajaan.

Dia menatapku dengan menelaah. Melihat bahwa aku masih tidak mengubah ekspresiku sama sekali, wajah Jermaine mengeras. "Kau tidak bisa melakukan itu, kan?"

"Tidak,"

"Ha, seperti yang sudah kuduga." Dia tampak lega untuk beberapa alasan yang aneh.

Dia melanjutkan dengan senyuman bengkoknya. “Aku tahu kau tidak akan mau melakukan itu. Tapi pikirkan, kau berperan dalam menyebabkan semua ini terjadi. Atas nama Keluarga Kerajaan yang suci, kau harus-”

"Tidak, dengar dulu. Maksudku adalah, aku akan melakukannya."

"Kau akan ... apa?"

"Aku akan melakukannya untukmu."

"Kau akan? Kau?" Dia menekan pertanyaan terakhirnya.

Aku mengangguk.

Jermaine kehilangan kata-kata. Dia menatapku tanpa mengedipkan mata selama beberapa detik.

Dalam banyak kehidupan yang telah aku ulangi, ada dua hal yang tidak pernah berubah. Satu, cintaku pada Jermaine, dan dua, keputusanku menolak pengangkatan Luelle sebagai selir kerajaan.

Setiap kali aku mengluang kehidupanku, aku selalu mencegah Luelle menjadi selir kerajaan. Itu seperti misi hidup tersendiri bagiku. Aku melakukan berbagai hal agar Luelle tidak pernah menjadi selir Jermaine.

Tentu saja, akhir dari semua usaha itu adalah kematian.

Tapi ini berhubungan dengan harga diriku dan hak lahir bayiku. Aku tidak ingin menjadi Ratu Serigala pertama yang suaminya memiliki selir. Itu belum pernah terjadi dalam sejarah keluarga kerajaan Southern Olf sebelumnya, meskipun tidak ada hukum yang melarangnya.

Di Southern Olf, memiliki selir bukanlah hal yang tabu. Ini menjadi bukti bahwa kita tidak lagi terikat oleh takdir yang diwariskan oleh Dewi Bulan, yang menanamkan aturan satu wanita untuk satu pria saja.

Mempelajari masalah ini, Raja Alpha pada saat itu membatasi jumlah selir yang bisa dimiliki oleh seorang pria. Itu sebanyak tiga wanita saja.

Meskipun Raja Alpha saat itu memutuskan aturan itu, dia sendiri tidak pernah mengangkat selir seumur hidupnya. Pola pikir ini diwariskan kepada keturunan Alpha King berikutnya, kecuali sekarang Jermaine berniat mengubahnya.

"Ada apa? Bukankah itu yang kau inginkan?" Aku menatap Jermaine, yang masih tertegun.

Tentu saja, Jermaine pasti kaget dengan pengakuanku barusan. Aku tidak pernah membiarkan wanita lain dekat dengannya, termasuk pelayan wanita. Jika ada wanita yang dengan sengaja mencari perhatiannya, aku akan langsung turun tangan untuk mengancamnya dengan anggun.

Dia tentu tidak menyangka bahwa wanita yang tergila-gila kepadanya dan selalu serakah untuk memonopoli dirinya, sekarang malah mengibarkan bendera putih agar wanita lain bisa memilikinya.

"Apakah kau sedang protes sekarang?"

Aku menggelengkan kepalaku, sementara Jermaine memutar matanya.

Inilah saatnya bagi aku untuk melepaskan salah satu dari dua hal yang tidak pernah bisa aku lepaskan sebelumnya. Kali ini, aku akan menjadikan Luelle sebagai pendamping Jermaine.

Dan mungkin, akan ada waktu saat aku juga bisa melepaskan rasa cintaku yang berat terhadap Jermaine. Pada saat itu, bisakah aku menjalani kehidupan yang lebih tenang?

“Lupakan tentang selir. Aku bahkan bisa memberinya posisiku, Jermaine. Ucapkan saja kata-katanya.”

"... Apa yang kau katakan sekarang?"

"Mari kita cerai."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status