Adela merasa seolah telah bermimpi yang sangat panjang.Rumah Keluarga Kilto.Hari itu Anson tahu dia akan dipaksa belajar piano lagi, jadi dia mengamuk di lantai atas dan menolak untuk turun.Nyonya Milen naik untuk mencarinya. Hanya ada Adela yang duduk di depan piano dan menunggu di ruang tamu yang kosong.Dia merasa bosan. Sinar matahari yang terang di luar jendela masuk untuk menyinari dirinya, membuatnya merasa sangat nyaman dan hangat."Permisi, kamu ...."Dia mendengar suara pria yang rendah, lembut dan sopan.Dia mengangkat wajahnya dengan linglung dan melihat pria itu berdiri tidak jauh dari situ.Sangat tampan, sangat berwibawa, dengan tampilan yang mulia dan wajahnya yang menawan akan membuat wanita jatuh cinta padanya.Saat itu Adela merasa seolah mendengar suara sesuatu pecah.Sejak saat itu, sepertinya ada sesuatu yang berbeda.Adela bergegas berdiri dengan ketakutan dan memperkenalkan dirinya, "Halo, namaku Adela. Aku guru privat piano yang diundang Nyonya Milen hari in
Darius yang terlibat dalam seluruh proses mendapatkan cek yang dijanjikan oleh Nissy sesuai keinginannya.300 miliar.Dia menggunakan sebagian uangnya untuk membayar kompensasi dan menyimpan sebagian lainnya untuk proyek.Semua orang di perusahaan mengira dia sudah tamat, tetapi mereka tidak menyangka dia akan kembali.Akan tetapi, Darius yang muncul di hadapan orang-orang lagi bersikap jauh lebih rendah hati.Setiap kali dia harus muncul bersama Arson di waktu yang sama, dia selalu mencari berbagai alasan untuk menghindarinya.Darius sangat membenci Arson.Itu sebabnya dia berkomplot dengan Nissy dan merencanakan kejadian itu.Sekarang dia merasa senang telah mengaborsi anak Arson, tetapi saat melihat Arson lagi, mungkin aura pria itu yang terlalu kuat hingga membuatnya tanpa sadar merasa sangat bersalah dan lemah.Siksaan batin seperti ini membuatnya sangat lelah, jadi dia pun menghindarinya sebisa mungkin....Anak Adela diaborsi begitu saja.Dia bahkan tidak bisa pergi ke polisi ka
Adela kembali pergi ke orkestra untuk berlatih setiap hari.Dia baru saja selesai latihan hari itu dan tengah berganti pakaian di ruang tunggu ketika dia bertemu dengan Lucy yang baru saja turun dari bawah setelah merokok.Lucy bertanya, "Kita akan bersaing untuk posisi kepala orkestra, kok kamu masih bisa meminta cuti? Kamu ini terlalu percaya diri atau sudah kehilangan kepercayaan diri?"Biasanya Adela akan bertukar kata dengannya, tetapi akhir-akhir ini dia benar-benar tidak berminat.Kesedihan atas anaknya yang diaborsi masih melekat di hatinya yang tidak mudah hilang. Dia begitu tercekik hingga kesulitan untuk bernapas.Lucy juga merasakan Adela yang tertekan dan mengerutkan kening, "Kudengar orkestra kita sedang merekrut investasi belakangan ini dan ketua orkestra sangat sibuk dengan ini. Luangkan waktu untuk muncul di hadapannya, mungkin lain kali dia akan membawa kita bersama mereka saat makan malam dengan para kapitalis itu. Kalau kita beruntung lagi dan disukai bos ....""Dar
"Halo, Bu Adela, aku ayah Nessa."Suara Niko rendah dan menawan. Sepasang mata yang dalam menatap wajah Adela dengan lembut.Nyonya Irna yang berdiri di dekatnya, jelas-jelas terlihat jijik saat mendengar Niko menyebut dirinya "ayah Nessa".Dia mendengus tanpa ragu dengan sinis.Nyonya Irna memiringkan kepalanya dan terlihat jelas dia sedang berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri.Adela melihat tangan Nyonya Irna mencubit lengannya.Ada suara samar dari lantai dua.Adela mendongak dan melihat Nessa berjalan keluar kamar dengan pengasuhnya.Nessa agak terkejut melihat Niko.Gadis kecil itu mengedipkan matanya yang bulat dengan agak bingung.Kemudian, pengasuh itu berlutut dan mengucapkan beberapa patah kata di telinganya.Nessa perlahan mengambil beberapa langkah ke depan.Di tengah anak tangga, Niko melangkah maju tiga langkah sekaligus dan memeluk Nessa.Nessa tidak bisa dikatakan asing baginya, tetapi juga tidak terlalu dekat.Sepasang lengan mungil berwarna merah muda memeluk leh
Adela mendorong tangannya.Setelah mengambil sebungkus tisu, Adela berpura-pura tenang dan menyeka air mata di wajahnya, "Terima kasih."Adela tidak menjelaskan alasan mengapa dia menangis dan bahkan berpura-pura seolah orang yang baru saja menangis bukanlah dia.Setelah membalikkan punggungnya ke arah Arson, dia meletakkan jarinya di atas tuts lagi.Arson melihat bagian belakang kepalanya dan ragu untuk berbicara.Saat ini suara gelas pecah tiba-tiba terdengar dari dapur.Lalu, Nyonya Irna melangkah keluar dengan marah.Niko mengikuti di belakang dan memanggil beberapa kali, "Bu Irna ...."Nyonya Irna langsung naik tangga ke lantai dua tanpa menoleh ke belakang.Dia berhenti di tengah jalan, kemudian menoleh ke Niko dan berkata, "Aku nggak akan membiarkanmu membawa Nessa pergi, lupakan saja hal ini."Setiap kata diucapkan dengan gigi terkatup.Adela tercengang. Dia ingin membawa Nessa pergi?Saat ini tatapan Niko menjadi muram.Dia berdiri di kaki tangga di lantai pertama dengan wajah
Vila Nyonya Irna berada di pinggiran kota.Setelah Adela pergi, dia harus berjalan beberapa saat sebelum bisa naik taksi.Malam di akhir musim gugur selalu terasa sejuk.Saat angin bertiup, dia bisa mendengar gemeresik dedaunan.Suasana di sekelilingnya terasa sunyi.Menghitung hari, sebentar lagi tahun baru.Artinya waktu yang tersisa hampir tiga bulan lagi.Biasanya Adela tidak merasakan apa pun.Akan tetapi, tahun ini dia telah melalui kematian ibunya dan anaknya diaborsi. Ini artinya dia telah mengalami beberapa ketidakkekalan dan kesedihan dalam hidup.Adela baru berusia 25 tahun.Carla yang seumuran dengannya juga akan mengirimkan foto dan video debutan terbarunya, serta mendiskusikan lipstik terbaru dengannya, tetapi Adela terlihat seolah tidak begitu tertarik pada hal tersebut.Sebulan yang lalu, dia tidak seperti ini.Adela mengenakan sepatu hak tinggi dan berjalan di jalan berbatu yang datar.Dia terbiasa melihat ke arah jalan, jadi dia menundukkan kepalanya.Angin meniup ram
Adela merasakan tatapan Arson yang menyelidik.Setelah beberapa saat, dia bertanya perlahan, "Kamu mau dengar aku bilang baik atau nggak?""Lu ... lupakan ...."Dia menyesalinya setelah bertanya dan mengakhiri topik itu.Arson merasa marah tanpa alasan.Setelah menghidupkan kembali mobil, dia malah memegang kemudi lebih keras.Dia berkata, "Pada dasarnya aku dan Nissy adalah teman baik. Kalau nggak, aku juga nggak akan berencana bertunangan dengannya ...."Adela kecewa.Arson melanjutkan, "Sementara kamu, apa kamu pernah berkencan dengan orang lain selain Darius sejak kamu putus denganku? Katakan padaku, orang seperti apa yang kamu cari?"Adela benar-benar memikirkan pertanyaan Arson dengan serius.Padahal persyaratannya tidak tinggi. Selama orang itu tulus dan rendah hati, serta memiliki tingkat keuangan yang sama dengannya, maka kelak mereka bisa saling mendukung dan semuanya bisa dibicarakan saat hidup bersama.Akan tetapi, Adela tidak mengungkapkan persyaratannya ini karena anaknya
Setelah Adela keluar dari mobil, Arson baru memalingkan wajah.Dia terus menatap punggung Adela sampai wanita itu menghilang jauh ke dalam lampu jalan.Buang semuanya, katanya, buang semuanya!Heh, dulu Arson benar-benar telah meremehkannya. Dia benar-benar bisa menerima dan membuangnya begitu saja.Akan tetapi, bukankah tadi dia menangis?Mungkin hanya ada segelintir wanita sehebat dia di dunia....Dalam pertemuan kali ini, Arson selalu merasa ada yang berbeda pada Adela.Dia tidak bisa menjelaskan perasaannya.Ini dimulai saat Adela tiba-tiba mulai menitikkan air mata tanpa alasan di tengah proses mengajar Nessa di rumah Nyonya Irna.Arson mengaku tidak suka wanita menangis.Secara khusus, dia juga tidak suka Adela menangis.Jadi, wanita ini sedang jual mahal dengannya?Bagus, bagus sekali!Arson mendengus, mengeluarkan kotak rokoknya dan menyalakan satu batang.Sebenarnya dia ingin merokok sebelum Adela keluar dari mobil, tetapi dia terus menahannya.Sekarang Arson sendirian dan me