""Fajar kita balik sekarang!" Sahut ku dengan paksa menarik lelang kekar milik Fajar agar lelaki itu tidak menolak permintaanku.
"Iya-iya sabar Sya." Jawab Fajar sambil berusaha menyamakan langkahnya dengan langkahku yang sedang berlari kecil seperti sedang menghindari hantu saja tapi kali ini lebih seram dari hantu karena aku harus menghindari pria brengsek seperti dirinya yang sangat senang berpura-pura baik itu padahal ia sama saja dengan lelaki brengsek di luaran sana.
Kali ini aku duluan yang memasuki mobil setelah mobil yang aku tumpangi di buka kuncinya oleh Fajar, aku tidak menunggu Fajar membukakan pintu untuk ku karena aku sudah muak rasanya berada di sini, aku tidak ingin bernafas dengan oksigen yang sama dengan lelaki Bangs*t itu hirup.
Fajar tentu sangat keheranan dengan semua sikapku namun aku tidak peduli, aku hanya ingin sendiri untuk saat ini.
"Fajar antarin aku ke rumah." Titahku dengan nada sedingin mungkin, demi tuhan aku ingin kembali
Matahari muncul dengan malu-malu, ia mulai mengambil tahta sang bulan dan menempati kembali posisinya. Harsya terbangun seperti biasanya namun kali ini ia begitu bersemangat karena perutnya sangat keroncong jadi gadis itu memutuskan untuk mandi secara kilat dan selesai ia mandi, gadis itu langsung ke ruang makan dan menyantap semua makanan yang telah pembantu rumahnya siapkan. Ia makan dengan begitu khitmat dan khusuk, makan sendiri mungkin merupakan rutinitas yang sangat biasa bagi gadis cantik itu karena sedari ia kecil, orang tuanya sudah sering meninggalkannya, entah untuk urusan bisnis atau hanya liburan semata jadi bagi seorang Harsya kesendiriannya merupakan sebuah ketenangan yang sangat ia sukai karena tidak akan ada yang menggangu dirinya. Setelah menyantap nasi goreng dan segelas teh hangatnya, Harsya pun mulai memainkan ponselnya, seperti ada ia sedang mencari sesuatu. "Ah ketemu akhirnya nomor si brengsek itu." Gumam Harsya tersenyum bahagia akhirnya menemukan apa yang
Dreetttt... Dreetttt... Drreettt...."Ahhh sudah tiba waktunya makan siang, woooah." Ujar Harsya sambil merenggangkan kedua tangannya, ia pun mematikan alarm dari handphone itu.Harsya pun membereskan semua berkas pekerjaan yang sangat berantakan di mejanya, ia pun meneguk teh yang sudah dingin yang ada di atas meja kerjanya itu, memang teh tersebut sudah dingin karena diangguri oleh Harsya. Harsya tak peduli dengan teh dingin yang di teguknya, sungguh kini tonggorokannya sangat kering karena selama bekerja ia lupa untuk minum karena keasikan dengan semua pekerjaannya yang sangat menumpuk itu."Mau kemana?" Tanya Fajar dengan heran melihat meja Harsya kita sudah rapi dan gadis itu sedang merapikan rambutnya, sepertinya ia akan pergi."Aku mau makan di luar, tapi kamu gak usah ikut." Ujar Harsya sambil mengacak-acak tasnya untuk mencari kunci mobil miliknya."Sama siapa?" Fajar sungguh bingung dengan semua kelakuan Harsya hari ini, biasanya gadis it
"Eh itukan Buk Harsya tumben banget dia jam segini udah keluar, biasanya kan kalo gak diingetin Pak Fajar, Buk Harsya suka lupa waktu!" Ujar Sarah sambil menutup mukanya dengan file berkas agar Harsya yang berjalan di dekat ruangan karyawan tidak mendengar semua gosipnya, bahaya bila Harsya mendengar semua itu. Bisa-bisa ia dan karyawan lain di pecat karena menggosipkan bos mereka. "Woi kalo mau gosip jangan pas Buk Harsya lewat dong entar yang ada kita di pecat bambang!" Ujar salah Rina mengingatkan teman seperjaannya itu. "Kalian kenapa bawa nama gue? Naksir ya sama gue." Ucap Bambang yang saat itu memang sedang lewat di depan meja Rina dan Sarah. "Si monyet pede banget." Cela Sarah tidak terima, di kantor tersebut memang hubungan Sarah dan Bambang sudah menjadi rahasia umum. Sebenarny kedua orang tersebut adalah mantan kekasih namun karena ada kesalapahaman akhirnya hubungan kedua insan itu pun berpisah. "Kenapa lagi tuh orang," ujar seorang karyaw
"Demi kepentingan mereka, selalu aku yang menjadi korban, tuhan mengapa kau begitu senang membuatku menderita dan bagaimana bila gadis itu membatalkan pertunangan kami? Aku harus apa? Apa yang bisa aku katakan pada papa dan mama. Aarrrggghhh shittt!" Amuk Dana di tengah kemacetan, ia memukul stir mobilnya dengan kedua tangannya. Ia ingin melampiaskan semua keraguan yang ada di otaknya, ia sangat membenci keadaan seperti ini, keadaan di mana ia tidak berdaya. Sebenarnya ia sedikit menyesal dengan apa yang ia lakukan pada gadis itu namun ia merasa ini sudah takdir. Semua orang di dunia ini memang harus di manfaatkan bukan? Dana bukan orang jahat namun sedari kecil ia belaar dari keadaan, bila kau tidak ingin dimanfaatkan kau harus memanfaatkan seseorang terlebih dahulu karena itu sudah hukum alam menurutnya. Kau boleh menjadi baik tapi tidak untuk menjadi naif karena semua keluguan yang kau punya hanya akan di manfaaatkan, dunia sangat kejam kepada orang yang lemah, dunia akan
Harsya kembali ke kantor nya dengan keadaan bahagia, gadis cantik itu menyunggingkan senyumnya di setiap bertemu dengan para karyawannya. Harsya dengan tergesa-gesa kembali ke kantornya, Harsya ingin menemukan fajar dengan secepatnya, ia ingin membagikan semua kebahagiaannya dengan sekretarisnya itu.Harsya mencari Fajar di ruangannya namun gadis itu tidak menemukan apa yang ia cari, karena tak menemukan Fajar di ruangannya ia pun mencari fajar ke seluruh penjuru kantor, karena tak jua menemukan keberadaan Fajar. Harsya pun langsung menelpon ke nomor telepon fajar namun tanpa disangka panggilan tak di hiraukan oleh Fajar. Tak kehabisan akal Harsya pun mencoba menanyakan dimana keberadaan Fajar dengan para karyawan yang ada di kantornya namun tidak satu pun dari mereka yang mengetahui di mana lelaki muda itu berada.Harsya terus mencoba untuk menghubungi sahabat sekaligus sekretarisnya itu, namun tidak ada jawaban yang ia dapatkan. Ia merasa bingung, tidak biasanya Faja
Harsya berkendara seperti orang tidak waras, untuk urusan menerobos rambu lalu lintas Harsya tidak memikirkan semua itu, hukum tidak akan menjeratnya selama ia memiliki kekuasaan dan uang. Anak buahnya juga akan mengurusi urusan tersebut, bagi seorang Harsya Pradigta hal tersebut sangatlah kecil, koneksi yang ia punya di dunia mafia membuatnya sangat mudah melakukan apa yang ia mau. Lagian itu hanya urusan kecil, urusan yang telah Harsya lakukan sangat besar seperti menghabisi semua musuh yang ia punya jadi untuk sekedar urusan melanggar rambu-rambu lalu lintas bagi Harsa itu adalah hal yang sangat sangat kecil yang tak pantas untuk ia urusi.Setelah sekian lama berkendara akhirnya Harsya sampai juga di tempat yang ia tuju, ia tidak peduli dengan baju kantor yang masih ia kenakan walaupun kini sudah jam 9 malam, yang ia pedulikan hanya Fajar seorang, Fajar telah mampu membuatnya merasa takut kehilangan kembali, cukup Batara saja yang menghilang dari hidupnya jangan sampai Faj
Seperti yang telah Fajar katakan tadi, Harsya menunggunya di ruang tamu dan dirinya yang akan memasak. Keahlian Fajar dalam memasak tidak perlu di ragukan lagi, lelaki yang berusia 26 tahun itu memang sangat ahli dalam memasak, ia dapat membuat hidangan tradisional dan internasional dengn baik.Keahlian memasak yang Fajar punya membuat dirinya sekali lagi memiliki nilai plus di mata para gadis, entah sihir apa yang melekat di diri Harsya hingga gadis itu tidak jatuh ke dalam pesona lelaki matang itu. Keahliann yang Fajar punya di wariskan dari ibunya karena sejak kecil Fajar sangat dekat dengan sang ibu. Ibunya fajar juga merupakan seorang chef, ia memiliki beberapa restoran yang tersebar di beberapa tempat di indonesia.Perusahaan keluarga Fajar memang bukan hanya bergerak di bidang digital namun perusahaan ayah Fajar juga bergerak di bidang properti, untuk saat ini yang mengawasi bisnis keluarganya adalah adiknya satu-satunya yang bernama Faro Herdian. Sedangkan Faja
Fajar POVHari ini sangat penuh kejutan untukku, tadi pagi hatiku begitu gundah namun siapa sangka malam hari hatiku begitu berbunga-bunga. Aku bukan anak ABG namun entah mengapa rasanya hatiku begitu melayang seperti anak SMA yang tengah kasmaran, rasanya aku ingin tersenyum selalu hingga bibirku robek.Di peluk seperti tadi ah rasanya sungguh tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, gadis itu tidak pernah menunjukkan perasaannya kepadaku namun tadi mengatakan semuanya. Bolehkah aku merasa bahagia? aku tahu ia hanya menganggapku sebagai saudara laki-lakinya namun entah mengapa ia menganggap keberadaanku saja itu sudah membuatku sangat bahagia seperti saat ini. Aku sangat bahagia dapat memasak makanan untuknya, terakhir kali ia memakan masakanku itu adalah SMA. Masa dimana ia masih menjadi gadis yang begitu hangat bukan menjadi gadis beku seperti saat ini.Ah rasanya aku ingin berlama-lama di bawah pancuran air ini namun aku yakin gadis itu sedang menunggu ku,