Dreetttt... Dreetttt... Drreettt....
"Ahhh sudah tiba waktunya makan siang, woooah." Ujar Harsya sambil merenggangkan kedua tangannya, ia pun mematikan alarm dari handphone itu.
Harsya pun membereskan semua berkas pekerjaan yang sangat berantakan di mejanya, ia pun meneguk teh yang sudah dingin yang ada di atas meja kerjanya itu, memang teh tersebut sudah dingin karena diangguri oleh Harsya. Harsya tak peduli dengan teh dingin yang di teguknya, sungguh kini tonggorokannya sangat kering karena selama bekerja ia lupa untuk minum karena keasikan dengan semua pekerjaannya yang sangat menumpuk itu.
"Mau kemana?" Tanya Fajar dengan heran melihat meja Harsya kita sudah rapi dan gadis itu sedang merapikan rambutnya, sepertinya ia akan pergi.
"Aku mau makan di luar, tapi kamu gak usah ikut." Ujar Harsya sambil mengacak-acak tasnya untuk mencari kunci mobil miliknya.
"Sama siapa?" Fajar sungguh bingung dengan semua kelakuan Harsya hari ini, biasanya gadis it
"Eh itukan Buk Harsya tumben banget dia jam segini udah keluar, biasanya kan kalo gak diingetin Pak Fajar, Buk Harsya suka lupa waktu!" Ujar Sarah sambil menutup mukanya dengan file berkas agar Harsya yang berjalan di dekat ruangan karyawan tidak mendengar semua gosipnya, bahaya bila Harsya mendengar semua itu. Bisa-bisa ia dan karyawan lain di pecat karena menggosipkan bos mereka. "Woi kalo mau gosip jangan pas Buk Harsya lewat dong entar yang ada kita di pecat bambang!" Ujar salah Rina mengingatkan teman seperjaannya itu. "Kalian kenapa bawa nama gue? Naksir ya sama gue." Ucap Bambang yang saat itu memang sedang lewat di depan meja Rina dan Sarah. "Si monyet pede banget." Cela Sarah tidak terima, di kantor tersebut memang hubungan Sarah dan Bambang sudah menjadi rahasia umum. Sebenarny kedua orang tersebut adalah mantan kekasih namun karena ada kesalapahaman akhirnya hubungan kedua insan itu pun berpisah. "Kenapa lagi tuh orang," ujar seorang karyaw
"Demi kepentingan mereka, selalu aku yang menjadi korban, tuhan mengapa kau begitu senang membuatku menderita dan bagaimana bila gadis itu membatalkan pertunangan kami? Aku harus apa? Apa yang bisa aku katakan pada papa dan mama. Aarrrggghhh shittt!" Amuk Dana di tengah kemacetan, ia memukul stir mobilnya dengan kedua tangannya. Ia ingin melampiaskan semua keraguan yang ada di otaknya, ia sangat membenci keadaan seperti ini, keadaan di mana ia tidak berdaya. Sebenarnya ia sedikit menyesal dengan apa yang ia lakukan pada gadis itu namun ia merasa ini sudah takdir. Semua orang di dunia ini memang harus di manfaatkan bukan? Dana bukan orang jahat namun sedari kecil ia belaar dari keadaan, bila kau tidak ingin dimanfaatkan kau harus memanfaatkan seseorang terlebih dahulu karena itu sudah hukum alam menurutnya. Kau boleh menjadi baik tapi tidak untuk menjadi naif karena semua keluguan yang kau punya hanya akan di manfaaatkan, dunia sangat kejam kepada orang yang lemah, dunia akan
Harsya kembali ke kantor nya dengan keadaan bahagia, gadis cantik itu menyunggingkan senyumnya di setiap bertemu dengan para karyawannya. Harsya dengan tergesa-gesa kembali ke kantornya, Harsya ingin menemukan fajar dengan secepatnya, ia ingin membagikan semua kebahagiaannya dengan sekretarisnya itu.Harsya mencari Fajar di ruangannya namun gadis itu tidak menemukan apa yang ia cari, karena tak menemukan Fajar di ruangannya ia pun mencari fajar ke seluruh penjuru kantor, karena tak jua menemukan keberadaan Fajar. Harsya pun langsung menelpon ke nomor telepon fajar namun tanpa disangka panggilan tak di hiraukan oleh Fajar. Tak kehabisan akal Harsya pun mencoba menanyakan dimana keberadaan Fajar dengan para karyawan yang ada di kantornya namun tidak satu pun dari mereka yang mengetahui di mana lelaki muda itu berada.Harsya terus mencoba untuk menghubungi sahabat sekaligus sekretarisnya itu, namun tidak ada jawaban yang ia dapatkan. Ia merasa bingung, tidak biasanya Faja
Harsya berkendara seperti orang tidak waras, untuk urusan menerobos rambu lalu lintas Harsya tidak memikirkan semua itu, hukum tidak akan menjeratnya selama ia memiliki kekuasaan dan uang. Anak buahnya juga akan mengurusi urusan tersebut, bagi seorang Harsya Pradigta hal tersebut sangatlah kecil, koneksi yang ia punya di dunia mafia membuatnya sangat mudah melakukan apa yang ia mau. Lagian itu hanya urusan kecil, urusan yang telah Harsya lakukan sangat besar seperti menghabisi semua musuh yang ia punya jadi untuk sekedar urusan melanggar rambu-rambu lalu lintas bagi Harsa itu adalah hal yang sangat sangat kecil yang tak pantas untuk ia urusi.Setelah sekian lama berkendara akhirnya Harsya sampai juga di tempat yang ia tuju, ia tidak peduli dengan baju kantor yang masih ia kenakan walaupun kini sudah jam 9 malam, yang ia pedulikan hanya Fajar seorang, Fajar telah mampu membuatnya merasa takut kehilangan kembali, cukup Batara saja yang menghilang dari hidupnya jangan sampai Faj
Seperti yang telah Fajar katakan tadi, Harsya menunggunya di ruang tamu dan dirinya yang akan memasak. Keahlian Fajar dalam memasak tidak perlu di ragukan lagi, lelaki yang berusia 26 tahun itu memang sangat ahli dalam memasak, ia dapat membuat hidangan tradisional dan internasional dengn baik.Keahlian memasak yang Fajar punya membuat dirinya sekali lagi memiliki nilai plus di mata para gadis, entah sihir apa yang melekat di diri Harsya hingga gadis itu tidak jatuh ke dalam pesona lelaki matang itu. Keahliann yang Fajar punya di wariskan dari ibunya karena sejak kecil Fajar sangat dekat dengan sang ibu. Ibunya fajar juga merupakan seorang chef, ia memiliki beberapa restoran yang tersebar di beberapa tempat di indonesia.Perusahaan keluarga Fajar memang bukan hanya bergerak di bidang digital namun perusahaan ayah Fajar juga bergerak di bidang properti, untuk saat ini yang mengawasi bisnis keluarganya adalah adiknya satu-satunya yang bernama Faro Herdian. Sedangkan Faja
Fajar POVHari ini sangat penuh kejutan untukku, tadi pagi hatiku begitu gundah namun siapa sangka malam hari hatiku begitu berbunga-bunga. Aku bukan anak ABG namun entah mengapa rasanya hatiku begitu melayang seperti anak SMA yang tengah kasmaran, rasanya aku ingin tersenyum selalu hingga bibirku robek.Di peluk seperti tadi ah rasanya sungguh tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, gadis itu tidak pernah menunjukkan perasaannya kepadaku namun tadi mengatakan semuanya. Bolehkah aku merasa bahagia? aku tahu ia hanya menganggapku sebagai saudara laki-lakinya namun entah mengapa ia menganggap keberadaanku saja itu sudah membuatku sangat bahagia seperti saat ini. Aku sangat bahagia dapat memasak makanan untuknya, terakhir kali ia memakan masakanku itu adalah SMA. Masa dimana ia masih menjadi gadis yang begitu hangat bukan menjadi gadis beku seperti saat ini.Ah rasanya aku ingin berlama-lama di bawah pancuran air ini namun aku yakin gadis itu sedang menunggu ku,
"Maya kamu lagi sibuk gak?" Sapa Dana kepada orang yang ada di seberang sana."Enggak Dan, ada apa?" Jawab seseorang yang di telfon Dana tersebut."Sini ke Cafe di jalan Melati, kita makan bareng." Ajak Dana dengan nada bahagia, ia ingin meneraktir sahabat wanitanya itu."Yaudah aku siap-siap dulu, 10 menit lagi sampai, bye." Ujar wanita yang di panggil Maya oleh Dana itu sambil mematikan sambungan telfon di antara merekaDana memang menganggap Maya sangat penting di hidupnya karena hanya seorang Maya yang mengerti dirinya yang tidak pernah memanfaatkan dirinya, hanya Maya yang tulus kepadanya.Dana telah menganggap Maya sebagai adiknya yang paling ia sayangi, ia terkadang heran dengan gadis itu, ia cantik namun tidak memiliki pasangan padahal usianya sudah 25 tahun, di mana wanita seusianya pasti sudah heboh mencari calon suami. Tapi tidak dengan gadis bernama Cherna Lasmaya itu, nampaknya Maya sangat senang dengan kesendiriannya.Ban
Setelah selesai sarapan, Harsya dan Fajar memutuskan untuk kembali, Fajar meninggalkan mobilnya di pulau itu dan mereka kembali dengan mobil milik Harsya. Soal mobil yang tinggal di pulau, Fajar tidak risau karena nanti ada anak buahnya yang akan membawa mobil tersebut. Fajar memberhentikan mobil yang ia kemudikan di sebuah pom bensin karena mobil yang ia kendarai memang hampir kehabisan bensin. "Jar aku ke toilet sebentar ya." Pamit Harsya kepada Fajar, gadis itu memang sedang ingin ke kamar mandi. "Hati-hati entar di culik loh." Kelakar Fajar ke Harsya. "Siapa coba yang mau nyulik aku di jam 8 pagi ini? Penculiknya masih tidur kali." Jawab Harsya membalas candaan milik Fajar, lagian dengan bela diri yang ia punya. Ia yakin bisa melindungi dirinya sendiri dengan aman. Situasi kamar mandi pom bensin cukup lengang, Harsya segera menuntaskan rasa ingin buang air kecilnya, seperti perempuan lain setelah buang air kecil Harsya mencuci tangan