"Akhirnya, kalian menikah juga ya, hari ini. Aku ikut senang Kak, kalau kamu bahagia. Semoga rumah tanggamu kelak bahagia bersama Bang Alka. Kamu harus belajar untuk mencintai Bang Alka. Menerima dia dengan segala kekurangannya."Seina kurang suka dengan perkataan Calista. Memuji Alka yang tidak pernah bersikap baik sebelumnya. "Ck! Nggak usah tinggi-tinggi memberikan pujian, Lista. Siapa sih, yang tidak tahu sikapnya Alka."Bahkan Seina dari awal tidak pernah menyukai Alka, dan kini harus menjadi kakak iparnya."Seina! Dia memang bukan pria yang baik. Dia pernah melakukan hal-hal buruk di masa lalunya, tapi nggak ada salahnya kalau kak Natasha belajar untuk merubah sifat buruknya itu untuk menjadi orang yang lebih baik lagi," bantahnya kesal.Natasha mengangguk dan tersenyum manis pada Calista. Dia sependapat dengan pemikiran adik sepupunya itu."Benar apa yang kau katakan itu, Lista. Aku akan belajar untuk menjadi istri yang baik buat dia, dan belajar untuk membimbingnya."Saat ini
"Saya terima nikah dan kawinnya saudari Natasha Putri Baskara, binti Bapak Baskara, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."Dengan sangat lantang akan mengucapkan ijab qobul di depan penghulu dan disaksikan oleh keluarga besar dari kedua mempelai."Bagaimana para saksi? Apakah pernikahannya sah?" tanya penghulu menoleh ke arah saksi yang ada di sekelilingnya."Sah," jawab mereka dengan serempak."Alhamdulillah ucap kedua mempelai dan juga penghulu. Mempelai langsung berjabat tangan dan menandatangani surat pernikahannya.Semua keluarga dibuat heboh dengan pernikahan Alka dengan Natasha. Masih juga mereka memperbincangkan kehidupan Alka yang pernah suram dan pernah gagal saat menjalin hubungan dengan Calista, dan kini Alka sudah menjadi suami dari sepupu Calista."Nggak pernah disangka ya ternyata Calista tidak berjodoh dengan Alka dan malah Natasha yang akhirnya menikah dengan Alka. Semoga saja Alka benar-benar berubah menjadi pria yang bertanggung jawab dan tidak menyakiti pasangan
"Akhirnya mereka menikah juga ya yang. Semoga saja rumah tangga mereka sakinah, mawadah, warahmah. Dijauhkan dari mara bahaya, dilancarkan rezekinya, dan segera mendapatkan momongan.""Amin jawab Calista mengamini doa suaminya."Aku ikut senang melihat mereka bahagia. Semoga saja bermanfaat menjaga karena Natasha dengan baik. Semoga dia menjadi panutan bagi istrinya."Calista menghela napas dan membuangnya perlahan. Dia bahagia bisa menyaksikan pernikahan mantan tunangannya dengan sepupunya. Tidak semua orang sanggup dan menganggap hal biasa.Walaupun dia tidak pernah ada kenyamanan saat bersama Alka, tapi sebagai mantan pasangan, dia merasakan hal yang berbeda, namun perasaannya itu dia tutupi dalam-dalam, tidak ingin semua orang mengetahuinya."Menurut kamu sekarang mereka lagi malam pertama nggak sih?"Calista menanggapinya dengan memutar bola mata. "Ya mana aku tahu yang! Kalau kamu penasaran lebih baik kamu ngintip saja di kamarnya," jawab Calista."Ya ngapain mesti ngintip sih.
Dua tahun telah berlalu. Jerit tangis suara balita di kediaman Bayu begitu nyaring di udara. Calista dilarang untuk keluar dari rumah orang tuanya, alasannya, mereka tidak mau jauh-jauh dari cucu mereka."Kenzo! Kamu apain itu adiknya? Kok dibuat nangis terus adiknya," seru Calista memarahi anak laki-lakinya. Kenzo sangat aktif dan agak bandel. Riana dan Bayu bilang, dia mirip sekali dengan Alvaro di saat masih kecil."Mom! Pipiku digigit sama kakak," adu Ivy, balita perempuannya.Ivy menangis dan berlari mendekati Calista. Dia nampak kesal pada kembarannya yang suka jaim dan selalu menggigitnya."Oh, ya ampun. Kenapa harus digigit sih Kenzo! Ini pipi, bukan bakpao!"Kenzo hanya cengar-cengir merasa dirinya tidak bersalah. Tapi Kenzo walaupun suka menggigit, bisa melindunginya adiknya dikala adiknya didekati anak kecil lain yang mengganggunya."Tapi kan rasanya seperti bakpao mom. Aku gemes," jawabnya terkikik geli."Pukul mom, pukul," seru Ivy masih menangis.Calista berpura-pura me
Alvaro dan Calista membawa kedua anaknya berkunjung ke rumah Geraldi. Rencana mereka ingin menginap karena hari weekend sangatlah ditunggu-tunggu oleh Geraldi dan istrinya untuk bisa bersama dengan kedua cucunya jarang sekali mereka bertemu dengan cucunya terkecuali Calista membawa mereka datang ke toko miliknya."Kalian nanti malam menginap di sini kan?" tanya Kamila menoleh pada putrinya.Calista menganguk. "Iya Ma. Rencananya mau menginap di sini mumpung weekend. Aku bahkan jarang banget tidur di sini. Aku sampai kangen seperti apa sih rasanya suasana kamarku yang sekarang berbeda nggak sih, sama kamarku yang dulu," ucapnya dengan menghenyakkan tubuhnya di sofa."Ck! Kamu aja yang keterlaluan. Menginap di rumahnya sendiri udah najis. Mentang-mentang dapat suami kaya raya, kamarnya gede, rumahnya gede, jadi lupa diri dengan masa lalunya," cibir Kamila mendengus dan beranjak dari tempat duduknya untuk menyiapkan makanan buat makan malam bersama."Ya bukan gitu ma, nggak ada hubungann
"Kalian berdua, ayo sini sama eyang. Ini eyang buatin kue buat kalian. Ini enak banget loh, kalian pasti akan menyukainya.""Emangnya kue apa yang eyang bikin? Aku tidak suka kue yang manis-manis, karena aku sudah sangat karena aku sudah sangat manis," jawab Kenzo dengan suara cadelnya.Kamila melepas tawanya. "Kamu itu Kenzo! Siapa bilang kamu itu manis? Orang jelek gitu kok dibilang manis. Manis dari Hongkong," ledeknya dengan tawa lepas.Tidak setiap hari bersama dengan cucunya, di saat bersama, Kamila merasakan ada yang beda, dia banyak tertawa karena ulah kedua cucunya."Loh! Daddy bilang aku anaknya yang paling tampan dan juga manis. Coba, aku tak bercermin dulu," ucapnya langsung berlari mencari kaca kecil yang dibuat mainan oleh Ivy."Sini aku pinjam dulu dek. Aku mau bercermin," ujarnya dengan mengambil cermin yang digunakan untuk menyisir rambut adiknya.Ivy langsung menjerit saat cerminnya dirampas oleh kembarannya.Huaaaaaa .... "Mommy, kak Kenzo nakal. Cerminku diambil.
"Kalian itu ya? Menginap di rumahnya eyang sampai dua hari. Apa kalian nggak ada niatan untuk segera pulang? Apa kalian nggak kangen sama oma?"Riana menegur kedua cucunya yang dua hari tidak bisa ditemuinya bahkan cucunya tidak mau di video call membuatnya kesal apalagi anak dari Alka terus menangis mencari mereka."Ya kan kita di sana juga main di rumahnya eyang. Kenapa harus diminta buat pulang? Di sini kan udah ada kakak Zello, Kenapa masih nyariin kita. Kan kita juga pengen main di rumahnya eyang. Di sana kita bisa mancing-mancing bersama dengan kakek," jawab Kenzo tak mau kalah, nyolot seperti Riana.Bocah kecil berumur dua tahun itu saja sudah mengerti bagaimana caranya bisa bersikap adil terhadap kakek dan juga neneknya. Tapi tidak untuk Riana. Riana merasa kesepian saat mereka tidak ada di rumah. Bahkan dia uring-uringan karena Zello tidak bisa bermain sendirian tanpa kedua saudaranya itu."Oh! Jadi kalian di sana diajak mancing sama kakek? Jadi lebih kerasan tinggal di sana
"Kenzo! Ivy! Ayo kalian tidur, ini udah malam. Daddy mau malam Jumatan, ayo kalian tidur dulu."Masih juga pukul 07.30 wib, Alvaro meminta anak-anaknya untuk segera tidur. Dia sudah hampir seminggu tidak merasakan nikmatnya surga dunia bersama sang istri karena selalu terganggu oleh kedua buah hatinya. Biasanya mereka berdua selalu tidur di sore hari dan terbangun di tengah malam dan begadang sampai menjelang pagi hari. Semenjak kelahiran kedua anaknya itu, Alvaro dibuat uring-uringan sendiri karena jarang sekali mendapatkan jatah dari istrinya. Padahal jadwal percintaan suami istri awalnya bisa dilakukan setiap saat, tapi semenjak kelahiran mereka dilakukan satu minggu sekali."Malam jumatan? Emangnya Daddy mau ke mana? Kalau mau malam jumatan aku ikut," seru Kenzo langsung berlari ke arah Alvaro."Aku juga mau ikut," sambung Ivy. " Ayo mom! Ganti bajunya, kita mau main di luar sana Daddy."Ivy mulai merengek meminta untuk digantikan pakaiannya."Memangnya kita mau ke mana? Ini kan