Share

Puber KeDua

Sama seperti pagi hari sebelumnya, Tara bangun pagi untuk melakukan aktifitas. Membantu mamanya di dapur, mereka sarapan bersama berakhir dengan pamitnya Tara pada mamanya untuk bekerja. Setiap hari Tara selalu menunggu angkutan umum untuk bisa berangkat ke kantornya. Tapi hari ini ketika ia keluar dari rumahnya, dilihat nya sebuah mobil  yang telah ia kenali siapa pemiliknya telah menunggu dirinya di seberang jalan. Ketika ia melihat arah ke mobil tersebut, sebuah lambaian tangan dilihat nya memanggil dirinya untuk bisa menyebrangi jalan itu. Tara pun menyebrangi jalan itu dan menghampiri mobil itu.

“Pagi Tara....tadi mas lewat jalan ini, jadi mas pikir sekalian saja mas menunggu kamu disini,” kata pak Donny menjelaskan pada Tara mengapa sepagi ini dirinya telah ada di seberang jalan menunggu dirinya. “Iyaa Mas....malah saya yang merasa tidak enak kalau mas jemput seperti ini,” jawab Tara sambil membuka pintu mobil tersebut.

Hari ini pak Donny berinisiatif untuk mengantar Tara pergi ke kantornya. Apalagi sejak pak Donny tahu alamat rumahnya. Pak Donny berpikir untuk terus mencari simpatik dari Tara, agar dirinya bisa mendapatkan kepercayaan penuh dan kasih sayang dari Tara tentunya. Di dalam mobil mereka berbicara hal yang ringan-ringan saja. Sekitar tiga puluh menit kemudian, sebelum sampai depan kantornya Tara meminta pada pak Donny untuk menghentikan mobilnya dua blok dari gedung kantornya.

“Mas Don, disini saja saya turun... tidak enak kalau terlihat rekan kerja yang lain,” ucap Tara meminta Pak Donny menghentikan mobilnya.

Mobil pun berhenti disisi kanan dua blok dari gedung kantor Tara. Sebelum Tara membuka mobil dan pamit pada pak Donny, tiba-tiba pak Donny memberikan sesuatu pada Tara.

“Apa ini mas,” tanya Tara sambil menerima sebuah bungkusan kotak kecil.

“Buka saja, biar kamu tahu apa isinya,” jawab pak Donny meminta Tara membuka bingkisan yang telah ia berikan.

Tara pun membuka bingkisan kecil itu. setelah dibuka dilihatnya sebuah kartu kredit. Lalu ia menanyakan pada pak Donny.

“Kartu kredit ini untuk saya mas?” tanya Tara sambil melihat-lihat kartu kredit yang diberikan padanya.

“Tapi mas, kenapa memberikan saya kartu kredit ini?” tanya Tara lagi.

Soalnya saya belum bisa mengatur keuangan mas, saya takut keenakan belanja tapi tidak bisa bayar. Tara menjelaskan hal ini pada pak Donny.

Ketika mendengarkan jawaban polos dari Tara, pak Donny pun merangkul pundak Tara dan memberikan kecupan di dahinya.

“Tara ini untuk kamu, jadi kamu tidak perlu berpikir membayar tagihannya. Semua hal yang kamu belanjakan dengan kartu ini nanti mas yang bayar,” jawab pak Donny memberikan penjelasan pada Tara.

Terlihat Tara hanya tercengang mengamati kartu kredit yang diberikan pak Donny pada nya.

“Tapi mas kenapa baik sekali sama saya?” tanya Tara dengan kepolosannya.

“Karena memang kamu pantas memilikinya, sudah sana cepat masuk ke kantor jangan terlalu banyak tanya,” jawab pak Donny sambil memerintahkan Tara segera ke kantornya.

Akhirnya Tara pun tersenyum manis dengan lesung pipinya sambil melambaikan tangannya pada pak Donny.

Sesampai di kantor ia masih saja tertegun dengan apa yang ia terima dari pak Donny. Dari buket bunga, menjemput dirinya sampai sebuah kartu kredit yang ia miliki saat ini. Terus saja hari ini Tara memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada pak Donny. Sebagai seorang yang sudah menginjak usia dua puluh tahun, sesekali ia berpikir dan menyadarinya. Mungkin saja pak Donny tertarik padanya, tetapi sudah berulang kali di tepisnya karena sebagai seorang pengusaha seperti pak Donny sudah pasti mempunyai selera wanita yang mendekati sempurna tentunya.

Walalupun pak Donny telah berusia empat puluh lima tahun tetapi lewat ketampanan wajahnya, kulitnya yang bersih, tubuhnya yang atletik, ditambah kekayaan yang ia punya, berikut ramah tamahnya serta tutur katanya yang sangat sopan mana ada wanita yang mampu menolaknya. Pikir tara ketika itu sampai akhirnya ia dikagetkan oleh suara dari telpon genggamnya sendiri.

“Tara...mas tunggu di dua blok kantor kamu yaa, kita makan siang bareng hari ini,” ucap pak Donny sebelum tara mengatakan salam atau apapun padanya.

“Yaa mas...,” jawab Tara langsung menyambar tas kantornya.

Ketika ia berjalan diantar blok gedung yang satu dengan blok gedung yang lain. Ia sempat mengumpat dirinya sendiri. Karena ia sampai tidak tahu kalau waktu telah menunjukan pukul dua belas lebih. Kalau saja pak Donny tidak menghubungi, mungkin saja sampai saat ini ia masih terus berkutat dalam pikirannya yang semakin ia pikirkan semakin tidak menemukan jawabannya.

“Siang mas, koq sampai susah-susah ke kantor saya?’’ tanya Tara sambil memasuki mobil milik pak Donny.

“Memangnya tidak boleh?” tanya pak Donny balik bertanya pada Tara.

“Bukan seperti itu sih mas, Cuma kasian saja karena jarak dari rumah mas ke kantor saya kan jauh di tambah kemacetan di jalankan bisa bikin stress,” jawab Tara panjang lebar.

Pak Donny melihat dari wajah Tara dengan seksama, memang dilihat nya wajah itu hanya mencemaskan keadaan dirinya. Dan hal ini semakin membuat pak Donny sangat menyukai pribadi Tara. Seorang wanita muda cantik yang cerdas dan punya rasa empati pada orang lain. Pikir pak Donny.

“Terima kasih Tara...untuk kepeduliannya, mas seneng dengan penjelasan kamu,” jawab pak Donny sambil mengelus-gelus tangan bagian atas Tara.

Didalam kemacetan yang ada di kota metropolitan seperti ini, setiap orang pasti akan stess ketika berjalan di siang hari. Tetapi tidak demikian dengan pak Donny. Ia merasa santai dan rilex karena wanita yang disukainya berada disamping nya untuk mendampingi dirinya makan siang ini.

Hingga mobil itu berhenti di sebuah restoran mewah. Mereka pun masuk ke dalam mencari meja yang telah dipesan pak Donny sebelumnya. Mereka pun memesan beberapa makanan disana. Sambil menunggu pesanan makanannya tiba,  pak Donny bertanya sedikit tentang keluarga Tara. Lalu Tara bercerita banyak hal sampai ia pun menjelaskan perihal papanya yang berada di Rumah Tahanan, sambil menjelaskan masalah yang terjadi pada papanya, sesuai dengan apa yang didengar dari mamanya. Mendengarkan penuturan dari Tara, membuat hati dari pak Donny terharu. Ia tidak menyangka di balik keceiaan dan kepolosannya ia mampu menahan segala kesedihan hatinya karena harus berpisah dengan papanya selama empat tahun ini. Setelah makanan mereka sampai mereka pun menyantap makanan tersebut. Setelah selesai pak donny pun kembali mengantar Tara ke kantornya.

Setelah sampai pada dua blok dari kantornya Tara pun meminta pak Donny untuk menghentikan mobilnya. Tapi sebelum Tara keluar dari mobil tersebut pak Donny mengatakan sesuatu pada Tara.

“Apa besok sabtu Tara libur?” tanya pak Donny.

“Besok saya libur mas, karena tidak ada jadwal untuk pameran,” jawab Tara.

“hmmm kalau begitu, kira-kira besok Tara mau ikut mas jalan ke puncak untuk refreshing?’ tanya pak Donny.

Sejenak Tara terdiam untuk bisa menjawab ya atau tidaknya ia ikut bersama pak Donny. Tapi kebaikan hati pak Donny padanya yang membuat ia tidak bisa menolak. Di sini lain ia tidak bisa membohongi mamanya terus menerus perihal Pak Donny.

“Ooh... yaa sudah kalau Tara tidak bisa ikut tidak apa-apa,” ucap pak Donny.

Seketika Tara pun akhirnya menjawab pertanyaan dari Pak Donny.

“Bisa koq mas... saya ikut,” jawab Tara karena merasa tidak enak kalau menolak ajakan dari pak Donny.

“Baiklah kalau begitu, besok pagi seperti tadi mas tunggu di seberang jalan yaa,” ucap pak Donny sambil menghusap-husap kepala Tara.

Selama dalam perjalanan menuju gedung kantornya Tara seperti biasa berkecamuk dengan keputusannya sendiri. Di sisi lain ingin menolak, tapi di sisi lain ingin menerima. Apalagi Tara berpikir, pak Donny itu sudah sangat baik padanya. Jadi sekarang  yang perlu Tara lakukan adalah mengikuti alur hidup yang sudah ia jalani sebelumnya. Mengenai hasil nya seperti apa, biasanya Tara akan dengan santai menerimanya.

Akhrnya ia pun sampai kekantornya dan memulai aktifitas yang tidak terlalu sibuk. Karena pencapaiannya atas penjualan mobil telah mencapai target, jadi dirinya bisa bersantai-santai dulu sebelum target bulan depan di canangkan oleh team manager penjualannya.

Seperti biasa jam enam sore Tara keluar dari kantornya. Dan seperti hari kemarin pak Donny juga sudah standby di sisi kiri dari kantornya. Kali ini Tara pun langsung masuk ke mobil pak Donny.

“Tara...hari ini mas mau antar kamu untuk beli beberapa pakaian untuk ke puncak besok yaa. Sekalian kamu coba kartu kredit yang mas kasih ke kamu bisa di pakai atau tidak. Nanti malah tidak bisa di pakai karena limit nya tidak ada,” ucap pak Donny sambil melihat ke arah Tara.

“Ooh gitu yaa mas, limitnya bisa tidak ada?” jawab Tara dengan polosnya.

Seketika tertawa lepas laah pak Donny mendengarkan jawaban dari Tara. Karena mana mungkin kartu yang baru di kasih kepada Tara tidak ada limitnya.

“kenapa mas ketawa seperti itu, kan saya cuma menegaskan apa yang mas ucapkan,” ucap Tara.

Lalu pak Donny menjelaskan pada Tara mengenai kartu kredit yang diberikan padanya itu. sehingga Tara mengerti cara menggunakannya dan berapa limit yang telah diberikan pak Donny padanya.

Akhirnya mereka sampai pada Mall terbesar di kota itu. Mereka masuk dan disana Tara mulai memilih sweather dan pakaian tebal lainnya. Mereka memasuki toko yang satu ke toko yang lain dan dengan malu-malu Tara menerima pilihan pakaian dalam yang telah dipilihkan pak Donny padanya. Walaupun itu bukan selera Tara dalam memilih pakaian dalam seperti itu. Hari ini Tara pun minta izin pak Donny untuk membelikan mamanya beberapa potong pakaian. Melihat cara Tara meminta izin padanya untuk hal sekecil itu membuat pak Donny merasakan jatuh cinta padanya di masa usia yang dibilang tidak muda lagi.

Selesai mereka berbelanja, mereka pun menuju parkir mobil yang berada di bagian pojok parkir. Mereka pun masuk kedalam mobil dan pak Donny menghidupkan mobil serta memutar lagu romance. Ketika berada di dalam mobil, rasa dimabuk asmara pak Donny membuat dirinya langsung memeluk diri Tara dan mencium lembut bibir Tara. Tanpa disadarinya Tara membalas ciuman pak Donny dengan mengulum lidah pak Donny dan itu telah membuat pak Donny semakin bersemangat mencium dan mengulum lidah Tara. Akhirnya pak Donny membuka kancing depan dari baju Tara dan mulai meremas-remas payudara Tara yang besar dan mengeluarkan payudara itu dari bra yang di pakai Tara. Kemudian dengan menundukan kepalan pak Donny menghisap puting hitam Tara dari yang satu ke puting yang lain sambil sesekali di remas-remasnya hingga membuat Tara mendesah.

“Ouaah mas enaak,” dalam desahannya Tara terus mengatakan hal itu pada pak Donny.

Hal itu membuat pak Donny semakin menjadi. Kemudian pak Donny mengajak Tara ke kursi bagian belakang agar lebih leluasa dirinya memberikan kenikmatan pada Tara.Mereka lewat kursi depan langsung ke kursi bagian belakang. Di sana Tara sudah tidak bisa mengendalikan dirinya karena setiap hari ketika mandi bagian sensitifnya hanya bisa merasakan nikmat dengan caranya memutar-mutar bagian sensitifnya. Hari ini dalam benaknya Tara ingin kenikmatan yang lebih dari yang biasa ia nikmati. Tanpa di perintah Tara telah mengangkat kedua kakinya dan Pak Donny pun telah membuka celana dalamnya. Saat ini kaki kiri Tara disandarkan pada bagian belakang dari kursi depan dan kaki kanannya disandarkan pada jendela samping. Pak Donny mulai dengan mencium bagian sensitifnya dan menjilati selangkangan Tara. Karena tidak tahan Tara meminta pada pak Donny untuk menghisap area sensitifnya.

“mas.... di isap mas, isap mas, isappp,” ditengah desah hasratnya ia meminta pada pak Donny.

Pak  Donny pun mulai menghisap secara pelahan, tetapi Tara dengan kedua tangan nya menahan kepala dan mulut pak Donny untuk tetap disana sambil dirinya mengoyang-goyangkan bokongnya.

“Eeenak mas, Eeenak, Ououh...terus mas sambil sesekali diangkat bokongnya naik turun.

Ketika akan mencapai klimaksnya Tara pun menjerit histeris. Untung saja hal itu telah di prediksi oleh pak Donny, sehingga  ketika Tara menjerit histeris karena kenikmatan itu bibir dari pak Donny telah menutup bibirnya agar tidak terdengar kegaduhan di dalam mobilnya.

“Ououh Eeenak sekali mas....,” ucap Tara sambil sesekali mengerak-gerakan bokongnya bertanda kenikmatan masih di rasakannya dan cairan itu pun telah membasahi area sensitifnya.

“Ayoo rapihkan pakaian mu, mas antar kamu pulang,” ucap pak Donny sambil balik ke kursi supir. Sementara Tara masih sibuk dengan merapihkan penampilannya yang masih berantakan.

Setelah Tara selesai merapihkan pakaiannya ia pun ke kursi bagian depan. Di liriknya pak Donny lalu tanpa rasa malu seperti biasanya ia mencium pipi pak Donny.

“Terima kasih yaa mas...,” ucap Tara.

Di jawab dengan senyuman dari pak Donny. Lalu mobil mereka pun berlalu dari gedung itu menuju rumah Tara. Di sepanjang jalan, Tara sudah tidak malu-malu untuk menyandarkan kepalanya pada bahu pak Donny. Sesekali pak Donny mencium kepala atau pipi Tara ketika berada di lampu merah. Lalu tiba-tiba Tara mengatakan sesuatu pada pak Donny.

“Mas... tadi kenapa tidak  melampiaskan hasrat mas?” tanya Tara.

“Pengen sih...cuma mas tidak mau merusak kehormatan kamu,” jawab enteng pak Donny atas pertanyaan Tara.

Tara hanya terdiam sesaat dan sambil melihat-lihat jalanan yang kala itu baru menunjukan pukul sepuluh. Di lihatnya ada sebuah rest area dan terlihat hanya ada dua mobil. Tara meminta pada Pak Donny untuk parkir sementara disana. Pak Donny pun menuruti permintaan Tara, karena ia pikir Tara ingin buang air kecil.

“Ada apa Tara, kenapa minta parkir disini?” tanya pak Donny sambil mematikan mesin mobil nya.

Lalu tiba-tiba Tara memegang alat vital pak Donny yang kala itu masih mengunakan celana jins. Tara lallu memasukan tangannya pada celana pak Donny yang sudah ia buka kancing depannya. Tara menarik-narik keatas batang kemaluan dari pak Donny.

“Tara... Aarhh,” desah pak Donny.

Lalu Tara pun mendekatkan wajahnya pada alat vital pak Donny yang ia sudah keluarkan bagian ujungnya. Tara pun mencium dan menjilati bagian ujung dari batang milik pak Donny itu hingga akhirnya pak Donny membiarkan Tara merundukan kepalanya di pangkuannya.  Lalu Tara pun menjilati seluruh batang kemaluan pak Donny. Ia mengulumnya,  menghisapnya seperti ia sedang menghisap es lollypop.

“Auooooh.....Aaaarrhhhh... nikmat sekali Tara,” ucap pak Donny sambil mengelus-gelus kepala Tara yang naik dan turun ketika menghisap batang kemaluannya.

Setelah akan mencapai titik klimaks nya. Tangan pak Donny pun mencari bagian dada Tara dan meremas-remasnya hingga Tara pun semakin bergairah untuk tambah menghisap dalam-dalam batang kemaluan dari Pak Donny. Ketika dirasa cairan kenikmatan itu akan keluar pak Donny malah lebih menekan kepala dari Tara untuk lebih kuat menghisapnya. Hingga akhirnya cairan itu pun memenuhi mulut Tara.

“Oouoouuhhhaah...Aaaarrrhhh... nikmat sekali Tara,” ucap Pak Donny.

Setelah itu mereka pun merapihkan diri dan langsung pergi menuju rumah Tara. Ketika sampai rumah, Tara melihat mamanya telah tertidur. Ia pun dengan hati-hati menaiki tempat tidur mereka. bagi Tara hari ini adalah hari yang melelahkan. Tara pun tertidur pulas tanpa mandi karena rasa lelahnya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Sumi Yatun
kok makin brani sama om nya
goodnovel comment avatar
Nisfi Rifqi
was Tara da mulai berani
goodnovel comment avatar
Sri Ningsih
polos sama.oon beda tipis loh ...😄 modus itu tar ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status