"Lebih baik kamu pulang sekarang, biar aku yang urus masalah ini. Sebelum Darren sendiri memecahkan kepalamu." Kun Lian mendesis dingin.
Setelah menampar istrinya beliau langsung kembali tenang, sungguh Bapak dan Anak sama-sama triplek es kutub. Hanya saja Kun Lian baru kali ini mudah dibodohi istrinya sendiri. Sebagai seorang Ayah, beliau ingin yang terbaik untuk putranya tapi malah istrinya sendiri yang menciptakan skandal ini, menjadi terbelangkai hingga 20 tahun lamanya.
"Tidak, suamiku! Aku tak mau pulang jika tidak bersama Darrell--cucu kita, Darren pasti mendukung Mamanya. Bukankah barusan jalang kecil itu berkata jika Darren lah yang memisahkan mereka berdua. Maka, mau tidak mau aku akan ambil Darrell secara paksa."
Setelah ditampar cukup keras, Aneska masih berusaha menyudutkan Syilla dalam masalah ini.
"Maka dari itu, suruh Kak Darren kemari. Biar saya yang bicara dengannya, karena yang berhak mengambil keputusan ini
"Kak Izzu milik Syilla juga, bukan milik Sabrina." Jawab Syilla tegas tak terbantahkan, membuat Izzuddin tersenyum dan langsung memeluk wanitanya penuh sayang. Bodoh jika dikira lebay, yang ia tahu saat ini hatinya bersorak bahagia. Dikatakan 'Bucin' biarin, bucin sama calon sendiri emang kenapa? Salah, sini maju! Biar dibotakkin rambutnya sama Izzu. -hehehe.. Tak terasa sudah jam 2 siang, Izzuddin dengan telaten menuntun wanitanya menuju kamar untuk istirahat, karena tadi Syilla sempat ngedrop gegara teringat kejadian pembunuhan yang dilakukan Darren dulu. Izzuddin menidurkan bayinya ditengah ranjang sementara Syilla tidur disisi kiri Bilal yang masih betah dengan wajah ceria karena Izzuddin terus menggodanya. Izzuddin tampak sangat bahagia ketika melihat tawa ceria Bilal, ini seperti mimpi baginya. Selang 15 menit bayi itu tampak menguap dengan telaten lelaki itu menimang-nimang sebentar sang putra hingga bayi itu terlelap, setelah memastikan Syilla
Tetapi dengan keji Aneska dan Reveena (Ibunya) memukul Xiao Fu, menghina gadis malang itu 'jalang kecil' dan masih banyak lagi caci-makian yang pedas keluar dari mulut wanita paruh baya itu. Bahkan beliau mengancam akan menjual Xiao Fu ke tempat konstitusi penjual tubuh pada lelaki hidung belang, jika Xiao Fu masih mengejar Darren untuk bertanggung jawab. Sebelum suaminya pulang kerja wanita kejam itu langsung melempar segebok uang, untuk biaya aborsi dan langsung menyuruhnya pergi sejauh mungkin. Karena Aneska tak ingin Darren tahu, jika kekasihnya tengah mengandung. Seketika Leon-tangan kanan Darren datang, dan langsung membawa pergi Xiao Fu yang sudah terkulai lemah di lantai. Leon yang tak terima jika gadis seceria Xiao Fu yang ia anggap sebagai adiknya sendiri diperlakukan seperti itu. Pemuda itu langsung melempar uang itu pada Aneska kembali, dan langsung pergi ketika bertepatan Tuan Fu pulang kerja. "Hey, kenapa kamu duduk disana? Putramu pulang
"Pilihan yang menyenangkan, Baba! Wahai Mama dan Wai Po tersayang... Kalian ingin bermain denganku dengan cara halus apa kasar, hm?" "Dasar anak syetan, aku menyesal tak membuangmu ke jurang biar mati sekalian," pekik si wanita tua bangka itu sarkas dengan wajah penuh amarah, ketika melihat wajah Darren yang tampak tenang ditempatnya. "Dasar Tua bangka, seharusnya ku robek mulutmu waktu itu, ketika kau bunuh putriku yang masih tak tahu apa-apa." Desis Darren penuh dendam sambil mencengkeram rahang wanita itu. Nafasnya memburu, ketika bayangan janin bayi perempuan yang masih sebesar buah pisang tergeletak tak bernyawa, didalam kotak kaca. Padahal kandungan Xiao Fu waktu itu masih menginjak 4 bulan, tapi janin itu sudah terlihat jika jenis kelaminnya perempuan, kesensitifan Darren terhadap darah dagingnya memang kuat. Apa lagi itu mengenai putri kecilnya yang lenyap, karena wanita tua bangka itu menyiksa Xiao Fu dengan menendang perut bun
Tepat pukul 10 malam Izzuddin baru saja kembali untuk menjemput Syilla dan Bilal, pekerjaannya hari ini sangat menguras tenaga dan emosi. Peluh di dahinya tak ia hiraukan, bibir tipisnya yang pucat itu terus memancarkan senyum manis, dengan tangannya membawa bungkusan yang berisi makanan yang ia beli saat pulang barusan. Waktu dijalan tadi ia berpikir wanitanya itu tak akan mau makan, jika waktu bangun tidur tak melihatnya di manapun. Sungguh keras kepala. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikum salam, Kak Izzu..." jawab Syilla manja kebetulan wanita itu sedang duduk sendiri didepan rumah, yang benar saja pasti ia mencari Kak Izzu nya sedari tadi. Lihatlah wanita mungil itu langsung melompat kearah Izzuddin, memeluk erat lelakinya bagaikan ditinggal suaminya merantau bertahun-tahun, padahal hanya ditinggal sebentar. "Kangen, hm?" "He.um.." "Padahal cuma ditinggal sebentar, sudah kangen seperti ditinggal bertahun-tahun saja." "Biarin." Syilla m
Tepatnya dua jam setelah Bilal bangun, Syilla baru membuka mata indahnya, wanita itu mengeliat bak cacing kepanasan karena cahaya matahari menerpa begitu terang ke wajahnya. "Eeuughhh, jam berapa ini? Eh..." guman Syilla lucu, seketika wanita itu terkejut karena ia sudah memakai piyama tidur dan sudah ada di ranjang. "Hm, pasti kerjaan Kak Izzu nih! aduh, sakit banget nih punggung huff... Dasar singa jantan hihihi... sekali main langsung bikin Syilla pingsan." Monolog Syilla sambil cekikikan saat teringat masa-masa indah semalam, dengan santai Syilla turun dari ranjang buat bersih-bersih dulu, baru melihat dua lelaki tercintanya itu di ruang keluarga. "Good morning." sapa Syilla semangat karena pagi ini moodnya lagi bagus. "Afternoon, Mom!" Jawab Izzuddin acuh karena ia sedang bermain dengan Bilal, seketika Syilla mencebik lucu karena kesal. "Afternoon apa sih, bukannya masih pagi, Dad?" Tanyanya polos. "Sudah jam satu siang, dasar keb
"Ngomong apaan sih! dia bukan Darrell dia itu Bilal ingat namanya Attaya Bilal Ar-Rasyiddy Elbarak, putra kesayangan Izzuddin Elbarak. Nggak peduli dia hasil kesalahanmu dengan Darren, karena Bilal tetap anakku, cucu sulung keluarga Elbarak, faham!!" Saut Izzuddin tiba-tiba dengan tegas dan lugas. Mendengar hal itu Syilla tertegun, apa maksud pemuda itu barusan 'hasil kesalahanmu dan Darren' itu artinya Izzuddin sudah tau semua hal itu. "M-maksud, Kakak!" "Hm, Kakak sudah tahu semua, jadi kamu tenang saja ya? Lagi pula sekarang kamu milik Kakak, bukan milik Darren." "Apakah Kakak menerima Bilal dengan sepenuh hati? Juga memaafkan kesalahan Syilla?" "Pertanyaan macam apa itu, kamu bertanya seraya Kakak adalah Ayah yang kejam, nggak mungkin kan Kakak sakiti putra kandung Kakak sendiri, hm? Sebentar lagi kamu akan mengandung darah daging Kakak, jadi tidak ada alasan Kakak tidak memaafkanmu." "Tambah sayang deh sama daddy! Cup.." puji Syil
"Ngapain Kakak, kemari? Oh, jangan bilang Mr. Freezer mengirim Kakak kesini, iya? Ayo ngaku?" "Tong fitnah kuring, teh. Abdi sumping ka dieu pikeun lapor ka bos." jawab Leon serius dengan mengunakan bahasa sunda, padahal bukan orang sunda asli. "Ngomong apaan sih, nggak jelas banget! 'Lapor ka bos' apa coba? Disini nggak ada bos Darren, ya? Yang ada itu Big Boss Izzu dan Nyonya Izzu, mengerti!" Ucap Syilla sombong sambil mengangkat dagunya bukti ia nyonya Izzu sebenarnya. Mendengar hal itu Leon tersenyum geli sambil menahan tawanya agar tak meledak-ledak. "Saya mah sudah tahu, kalau disini nggak ada bos Darren. Maksud saya kesini untuk bikin tugas skripsi bersama sama-" "Skripsi? Heh, sudah ketahuan bohong pakai alasan skripsi-skripsi segala. Kak Izzu itu udah selesaikan skripsinya lebih dulu kali. Eh, tunggu Kak Leon kuliah masih tingkat apa?" "S1," "Bugh... bugh... Dasar pembohong ulung, rasakan ini." Pekik Syilla kesal sambil memuku
"Apa maksudmu, malam yang mana?" "Yang mana, ya?" Goda Leon membuat Syilla makin kesal. Saat wanita itu akan memukul pemuda itu tiba-tiba suara bass milik Izzuddin terdengar dari arah belakang. "Malam yang mana?" Seketika Syilla menunduk ketakutan ketika tatapan Izzuddin mengintimidasinya, ia juga bingung malam yang mana? Apa maksud ucapan Leon barusan? Malam apa yang Leon tahu tentangnya? Syilla tampak berpikir keras malam apa yang dimaksud Leon itu. Setahunya ia tak melakukan apapun, ngapain juga ia takut jika ia tidak bersalah. Bodoh-bodoh-bodoh!! Pasti Leon hanya menakut-nakutinya saja, awas saja kau Leon. Ku cincang tubuhmu jika bicara macam-macam kepada Kak Izzu ku, huff. "Eh, Tuan Izzu, maksud saya-" "Okay! Leon bawa Bilal sekarang, lempar bayi ini pada Ayahnya, beritahu padanya jika aku menunggunya di Jembatan kembar." Titah Izzuddin spontan. Syilla terkejut juga ketakutan karena Izzuddin akan menghadapi Darren, apa yan