"Kami juga merindukanmu, kamu baik-baik disana ya, Boy? Jangan nakal dirumah, tetap nurut sama Grandma dan Nenek."
Bayi itu menggangguk mengerti kemudian tertawa lucu, membuat Izzuddin dan Syilla ikut tertawa geli.
"Ya sudah, ini sudah malam. Bilal ajak uty incess-nya tidur dulu sana, besok pagi janji deh, Daddy sama Mommy akan pulang."
"Yey... wac ayo Dad oong." Darrell berkata tegas dengan suara cadelnya disana dengan nada serius, membuat Izzudan Syilla tertawa geli akan tingkah putranya itu.
"Huh! Daddy pernah berbohong, ya? Kapan? Mommy kok nggak tahu?" tanya Syilla sambil melirik suaminya yang hanya menyeringai santai.
"Ayen, Mom... ayen.."
"Kemarin?"
"Hm.. hm..." jawab bayi 12 bulan itu sambil mengangguk lucu.
Syilla langsung menatap garang suaminya yang sudah berani berbohong dengan sang putra, Izzuddin malah terkesan tenang dengan satu sudut bibirnya terangkat sekilas.
Saat Syilla akan mem
Pagi-pagi sekali Syilla sudah siap-siap untuk pulang kerumah, sambil menunggu suaminya kembali dari kewajibannya menghadap Tuhan. Wanita itu duduk manis di sofa sambil melihat-lihat hasil karya fotonya barusan dengan hijab abu-abu, kaos putih polos dilapisi blazer levis tipis warna biru, membuatnya terkesan seperti mama muda hits yang sedang trens tahun ini. Sambil senyum-senyum sendiri ketika melihat hasil jepretannya tadi, wanita mungil itu juga tak bisa diam dan malah mendengarkan lagu Indonesia yang berjudul "Mama muda" sambil nyanyi-nyanyi sendiri. Keasyikan mengikuti lirik lagu yang membuatnya lupa jika ia bukan janda muda, kelihatannya asyik-asyik saja mendengar lantunan lirik lagu itu sambil joget-joget tidak jelas. Eh, sampai tak menyadari jika sudah ada suaminya berdiri di ambang pintu sambil berdecak pinggang dengan tatapan tak suka dengan lirik lagu itu. "Punya suami buaya.. ku jadi korbannya... ku pilih pisah aja.. walau aku jadi janda tapi ku tak kalah
Izzuddin langsung melempar black card ke arah wanita itu dan langsung menancapkan gas meninggalkan bangunan serba putih berbau obat-obatan sialan itu. Dari kaca spion lelaki itu melirik pantulan Marinka yang tersenyum gila penuh kemenangan sambil membolak-balikkan black card yang beberapa menit yang lalu ia lempar pada Marinka. Sejak dulu Marinka tidak akan berubah, karena statusnya sebagai cucu angkat Frederich membuatnya terobsesi pada Darren. Berniat menikahi Darren agar kekuasaan Frederich bisa ia kuasai dengan mudah. Marinka memiliki sifat bertolak belakang dengan Mamanya yang lembut dan tegas, sifat kerakusannya itu berasal dari sifat Ayahnya yang mati di gantung oleh Kakek Frederich. 'Dasar wanita gila.' Syilla yang melihat dengan mudah suaminya melempar black card ke wanita itu langsung terdengar mendumel kesal sedari tadi. Bagaimana tidak kesal sudah berbagi lengan suami dengan wanita lain, ditambah suaminya dengan mudah melemp
Sesampainya didepan Mansion rasaksa milik Izzuddin Elbarak, lelaki itu tampak acuh pada wanitanya, ia malah masuk mansionnya sendiri tanpa mengajak istrinya masuk. Syilla yang diliputi rasa takut hanya bisa menunduk sambil berjalan masuk Mansion, hingga terdengar suara pekikan ceria bocah laki-laki berusia 12 bulan berlari lucu ke arahnya. "Mommy.." Bayi itu langsung menarik tangan besar sang Ayah untuk berlari kecil kearah Mommy nya. Izzuddin yang ditarik pun hanya mengambil langkah tenang menghampiri sang istri, Syilla langsung memeluk sang putra penuh cinta dan rindu. "Bilal, Mommy kangen, cup.. cup... bagaimana kabarmu, hm?" "Iyac ayik.. mom.." ujar bayi itu sambil memeluk leher Mommy nya, Syilla menggendong bayinya dan berjalan begitu saja melewati suaminya, wanita itu langsung mencium punggung tangan Ibu mertuanya. "Assalamu'alaikum, Bun. Maaf, Syilla sudah banyak merepotkan Bunda selama Syilla dan Kak Izzu pergi." Wanita itu meminta maa
Mentari pagi mulai terbangun dari peraduannya, memancarkan sinarnya yang menghapus titik-titik embun di dedaunan. Menghangatkan tubuh dari udara dingin dan membakar semangat baru di hari yang baru. Disana di atas tempat peraduan kasih sayang milik pasangan Izzuddin dan Arsyilla yang begitu empuk dan lembut terdapat dua anak manusia sedang asyik merajut mimpi dengan begitu mesra. "Eeugghh..." lenguh Syilla tanpa peduli cahaya mentari yang mengintip dari sela-sela gorden. Bukannya membuka mata untuk memulai aktifitas pagi, wanita itu malah asyik menyamankan diri tidur di dada bidang sang suami sementara Izzuddin sendiri malah tambah memeluk erat istrinya. Entahlah, pasangan ini kompak sekali pagi-pagi seperti ini tidak ada yang mau bangun, bahkan jam alarm sudah berbunyi 30 menit yang lalu. Tapi, mereka berdua malah asyik tidur dengan nyaman tanpa beban. "Dad... Mom... angun.." Seketika terdengar suara k
"Kakak dari mana saja, kok Syilla ditinggalkan sendiri sih?" Baru saja masuk kamar sudah mendapatkan gerutuan sang istri, Izzuddin hanya menatap istri mungilnya itu datar lalu memunguti baju-baju berserakan dilantai dan melemparnya ke keranjang tempat baju kotor. "Kakak mandi dulu, gerah!!" Tanpa menjawab pertanyaan Syilla, Izzuddin malah langsung berjalan memasuki kamar mandi. "Isshh... dasar menyebalkan. Hm, tidur lagi ah.." Wanita itu langsung merosotkan tubuhnya lagi untuk melanjutkan merajut mimpi indahnya tadi yang tertunda karena merasa suaminya tak ada lagi di sampingnya. Sekitar 600 detik setara dengan 10 menit pintu kamar mandi terbuka, muncullah Yang Mulia Pangeran Sheikh Hamdan bin Mohammed Al Maktoum yakni pangeran berkuda coklat asal Kerajaan Dubai. Eh, salah maksudnya Izzuddin Elbarak putra semata wayang El-Barak family's dari dua saudari perempuan. Lelaki itu sudah mengenakan sweater turtle neck putih dar
Seketika Syilla dibuat cemas sambil membantu Bi Sima menyeka keringat di dahinya. Perempuan mungil itu rupanya belum menyadari dengan apa yang baru saja di katakan Bi Sima, mungkin karena terlalu senang bisa mendapatkan teman ngobrol yang sopan dan baik hati. "T-tidak, Nona. Lebih baik saya menemani Nona muda sampai selesai sarapan disini saja." jawab Bi Sima saat berada didepan pintu dengan tubuh sedikit bergetar. "Eoh, tidak bisa begitu dong, Bi. Syilla kan takut kalau makan sendiri. Kak Izzu juga tiba-tiba pergi tadi, padahal Syilla belum diberi makan." Rengek perempuan itu sedikit kesal. "T-tapi, Nona--" "Sebentar, Syilla akan menelepon Kak Izzu dulu." potong Syilla kesal, pelaturan macam apa itu? Melarang para pelayan masuk kamarnya, bukankah itu sangat menyebalkan sekali. Mendengar Syilla akan menelepon Tuannya, Bi Sima sampai kesusahan menelan ludahnya sendiri, rasa takutnya itu membuat tubuhnya bergemetar hebat,
Ponsel mahal Syilla berbunyi membuat wanita mungil itu kesal karena ada-ada saja yang mengganggunya bercerita dengan Bi Sima. Padahal perempuan itu sempat akan menangis saat mengingat kenangan menyakitkan di masa lalu. Namun, gara-gara ponselnya berdering membuatnya mengumpat berkali-kali. Wanita itu langsung melihat layar ponselnya yang tertera nama 'Kak Leon🐈' disana, membuat wanita itu mengerutkan kening dalam kebingungan. 'Ada apa Kak Leon telepon aku, kalau masalah Kak Darren-- Oh, tidak!! Angkat nggak ya?' Syilla berguman dengan bingung sendiri, membuat Bi Sima juga ikut bingung. "Ada apa, Nona. Kenapa teleponnya tidak diangkat?" "Eh.. nggak, Bi. Nggak ada apa-apa kok." Deringan telepon dari Leon tidak juga mau berhenti membuat Syilla bertambah frustasi karena takut untuk bertemu Darren. Izzuddin sedang berada diluar dalam urusan pekerjaan, Bagaimana mungkin? Hingga tanpa sadar tombol hijau tergeser ke atas.
Seperti anjing yang dilatih majikannya untuk berenang, Syilla hanya menurut saja. Perempuan itu langsung duduk diatas karpet busa dan mulai membuka bukunya, walaupun ia agak lupa rumus-rumus matematika tapi kan disini ada guru privatnya jadi apa gunanya jika nanti bisa bertanya dengan suaminya sendiri. Syilla tampak fokus dengan soal-soal yang suaminya berikan, perempuan itu sudah beberapa kali mencorat-coret kertas kosong yang tersedia di dekatnya. Kalkulator manual sudah tersedia dimeja, perempuan itu hanya bisa membolak-balikkan lembar demi lembar untuk mencari rumus yang ada didalam buku itu. Izzuddin tampak tersenyum simpul melihat istrinya menurut kali ini, nggak seperti dulu banyak mengeluh, merengek dan menangis. Masih teringat dalam otak pintarnya, dulu Izzuddin sampai tega tidak memberikan gadis kecilnya sekedar camilan hanya karena tidak selesai-selesai mengerjakan PR matematika. "Kak, Syilla lapar.." "Selesaikan tuga