Sesampainya didepan Mansion rasaksa milik Izzuddin Elbarak, lelaki itu tampak acuh pada wanitanya, ia malah masuk mansionnya sendiri tanpa mengajak istrinya masuk. Syilla yang diliputi rasa takut hanya bisa menunduk sambil berjalan masuk Mansion, hingga terdengar suara pekikan ceria bocah laki-laki berusia 12 bulan berlari lucu ke arahnya.
"Mommy.."
Bayi itu langsung menarik tangan besar sang Ayah untuk berlari kecil kearah Mommy nya. Izzuddin yang ditarik pun hanya mengambil langkah tenang menghampiri sang istri, Syilla langsung memeluk sang putra penuh cinta dan rindu.
"Bilal, Mommy kangen, cup.. cup... bagaimana kabarmu, hm?"
"Iyac ayik.. mom.." ujar bayi itu sambil memeluk leher Mommy nya, Syilla menggendong bayinya dan berjalan begitu saja melewati suaminya, wanita itu langsung mencium punggung tangan Ibu mertuanya.
"Assalamu'alaikum, Bun. Maaf, Syilla sudah banyak merepotkan Bunda selama Syilla dan Kak Izzu pergi." Wanita itu meminta maa
Mentari pagi mulai terbangun dari peraduannya, memancarkan sinarnya yang menghapus titik-titik embun di dedaunan. Menghangatkan tubuh dari udara dingin dan membakar semangat baru di hari yang baru. Disana di atas tempat peraduan kasih sayang milik pasangan Izzuddin dan Arsyilla yang begitu empuk dan lembut terdapat dua anak manusia sedang asyik merajut mimpi dengan begitu mesra. "Eeugghh..." lenguh Syilla tanpa peduli cahaya mentari yang mengintip dari sela-sela gorden. Bukannya membuka mata untuk memulai aktifitas pagi, wanita itu malah asyik menyamankan diri tidur di dada bidang sang suami sementara Izzuddin sendiri malah tambah memeluk erat istrinya. Entahlah, pasangan ini kompak sekali pagi-pagi seperti ini tidak ada yang mau bangun, bahkan jam alarm sudah berbunyi 30 menit yang lalu. Tapi, mereka berdua malah asyik tidur dengan nyaman tanpa beban. "Dad... Mom... angun.." Seketika terdengar suara k
"Kakak dari mana saja, kok Syilla ditinggalkan sendiri sih?" Baru saja masuk kamar sudah mendapatkan gerutuan sang istri, Izzuddin hanya menatap istri mungilnya itu datar lalu memunguti baju-baju berserakan dilantai dan melemparnya ke keranjang tempat baju kotor. "Kakak mandi dulu, gerah!!" Tanpa menjawab pertanyaan Syilla, Izzuddin malah langsung berjalan memasuki kamar mandi. "Isshh... dasar menyebalkan. Hm, tidur lagi ah.." Wanita itu langsung merosotkan tubuhnya lagi untuk melanjutkan merajut mimpi indahnya tadi yang tertunda karena merasa suaminya tak ada lagi di sampingnya. Sekitar 600 detik setara dengan 10 menit pintu kamar mandi terbuka, muncullah Yang Mulia Pangeran Sheikh Hamdan bin Mohammed Al Maktoum yakni pangeran berkuda coklat asal Kerajaan Dubai. Eh, salah maksudnya Izzuddin Elbarak putra semata wayang El-Barak family's dari dua saudari perempuan. Lelaki itu sudah mengenakan sweater turtle neck putih dar
Seketika Syilla dibuat cemas sambil membantu Bi Sima menyeka keringat di dahinya. Perempuan mungil itu rupanya belum menyadari dengan apa yang baru saja di katakan Bi Sima, mungkin karena terlalu senang bisa mendapatkan teman ngobrol yang sopan dan baik hati. "T-tidak, Nona. Lebih baik saya menemani Nona muda sampai selesai sarapan disini saja." jawab Bi Sima saat berada didepan pintu dengan tubuh sedikit bergetar. "Eoh, tidak bisa begitu dong, Bi. Syilla kan takut kalau makan sendiri. Kak Izzu juga tiba-tiba pergi tadi, padahal Syilla belum diberi makan." Rengek perempuan itu sedikit kesal. "T-tapi, Nona--" "Sebentar, Syilla akan menelepon Kak Izzu dulu." potong Syilla kesal, pelaturan macam apa itu? Melarang para pelayan masuk kamarnya, bukankah itu sangat menyebalkan sekali. Mendengar Syilla akan menelepon Tuannya, Bi Sima sampai kesusahan menelan ludahnya sendiri, rasa takutnya itu membuat tubuhnya bergemetar hebat,
Ponsel mahal Syilla berbunyi membuat wanita mungil itu kesal karena ada-ada saja yang mengganggunya bercerita dengan Bi Sima. Padahal perempuan itu sempat akan menangis saat mengingat kenangan menyakitkan di masa lalu. Namun, gara-gara ponselnya berdering membuatnya mengumpat berkali-kali. Wanita itu langsung melihat layar ponselnya yang tertera nama 'Kak Leon🐈' disana, membuat wanita itu mengerutkan kening dalam kebingungan. 'Ada apa Kak Leon telepon aku, kalau masalah Kak Darren-- Oh, tidak!! Angkat nggak ya?' Syilla berguman dengan bingung sendiri, membuat Bi Sima juga ikut bingung. "Ada apa, Nona. Kenapa teleponnya tidak diangkat?" "Eh.. nggak, Bi. Nggak ada apa-apa kok." Deringan telepon dari Leon tidak juga mau berhenti membuat Syilla bertambah frustasi karena takut untuk bertemu Darren. Izzuddin sedang berada diluar dalam urusan pekerjaan, Bagaimana mungkin? Hingga tanpa sadar tombol hijau tergeser ke atas.
Seperti anjing yang dilatih majikannya untuk berenang, Syilla hanya menurut saja. Perempuan itu langsung duduk diatas karpet busa dan mulai membuka bukunya, walaupun ia agak lupa rumus-rumus matematika tapi kan disini ada guru privatnya jadi apa gunanya jika nanti bisa bertanya dengan suaminya sendiri. Syilla tampak fokus dengan soal-soal yang suaminya berikan, perempuan itu sudah beberapa kali mencorat-coret kertas kosong yang tersedia di dekatnya. Kalkulator manual sudah tersedia dimeja, perempuan itu hanya bisa membolak-balikkan lembar demi lembar untuk mencari rumus yang ada didalam buku itu. Izzuddin tampak tersenyum simpul melihat istrinya menurut kali ini, nggak seperti dulu banyak mengeluh, merengek dan menangis. Masih teringat dalam otak pintarnya, dulu Izzuddin sampai tega tidak memberikan gadis kecilnya sekedar camilan hanya karena tidak selesai-selesai mengerjakan PR matematika. "Kak, Syilla lapar.." "Selesaikan tuga
Sementara lelaki itu tampak santai saja sambil makan camilan kesukaan istrinya, apa lagi kalau bukan keripik mbote dan french fries juga avocado juice yang sebenarnya nggak suka-suka amat sama juice hijau itu. Syilla melirik suaminya kesal, bisa-bisanya lelaki itu membuatnya badmood panasnya siang ini dengan disuruh ngerjain soal-soal sebanyak ini tanpa dikasih camilan sedikitpun, istirahat sedikitpun langsung dikasih tatapan maut, sungguh sial. Karena sudah tidak dapat berpikir lagi hanya karena tidak ada camilan di depannya, Syilla langsung menatap Izzuddin seperti kucing manis yang menggemaskan. Tahu jika wanitanya itu tengah ingin camilan ditangannya, Izzuddin langsung bergerak untuk semakin menggodanya. "Apa lihat-lihat, mau ini?" ujar Izzuddin sambil menunjukkan french fries dan avocado juice pada istrinya dan Syilla manggut-manggut lucu. Sungguh sangat mengemaskan sekali. "Mau," "Kerjakan soalnya dulu." "Sial, kalau nggak niat n
Hari kini berganti minggu, minggu berganti bulan, tak terasa sudah 3 bulan Izzuddin menjadi guru privat istrinya sendiri; Arsyilla Bellvania El Barak. Perempuan bar-bar tapi polosnya ngalahin polesan gergaji mesin saat memotong kayu, kini wanita mungil itu sedang bersorak gembira karena ia sudah dinyatakan lulus SMA 100% dengan hasil yang memuaskan. Tanpa melupakan status dan kewajibannya sebagai seorang istri, Syilla mampu menunjukkan keahliaannya dalam belajar cepat. Izzuddin senang melihat hasil ujian istrinya itu begitu memuaskan, sebenarnya tak tega pada wanitanya tapi ini yang ingin ia lakukan agar pendidikan istrinya tidak putus di jalan. Alhasil, menjadi guru privat sejak wanita itu masuk SMA dan sering menggodanya hingga sering membuat Syilla berteriak-teriak kesal adalah hobinya. Syilla sendiri kini sudah biasa dengan guru killer yang menyebalkan itu, belajar dengan giat dan lebih semangat lagi sampai ia dinyatakan lulus SMA mingg
'Ya Allah, kenapa rasanya sakit sekali, aku benar-benar takut hal itu terjadi. Tolong, jangan korban putraku lagi, hanya dia anak kami satu-satunya.' Bathinnya menjerit menahan sesak, tapi ia tetap berusaha bertahan hanya demi masa depan Darrell Frederich, putra semata wayangnya itu. Syilla keluar dari lift dengan langkah sempoyongan dan tatapan kosong seperti sudah pasrah akan mau dibawa kemana rumah tangganya nanti, wanita itu melewati para bodyguard yang biasanya berjaga didepan kamarnya. "Ya Tuhan, Mommy sampai tidak sanggup mengendongmu terlalu lama, boy." Ungkapnya sambil mengusap lembut rambut coklat milik Darrell. Syilla bahkan mengaku dia cukup kelelahan saat mengendong Darrell yang sedang terlelap begitu nyenyak. Bagaimanapun juga bayi itu akan semakin berat karena Izzuddin terus menjejalkannya vitamin agar putranya sehat terus, dan nafsu makannya bertambah setiap harinya. "Jangan! Biar kubuka sendiri." Cegah wanita mungil itu