Share

Kehebohan yang Meresahkan

Azril masih berjalan untuk mencari tumpangan untuk mencapai jalan raya. Maklum pesantren Kiyai Latief berada di pelosok perdesaan, sehingga jauh dari jalan raya. Ia harus berjalan cukup jauh untuk mencapai jalan raya. Sekitar satu jam kalau ditempuh dengan jalan kaki.

Azril sudah berjalan cukup jauh. Suara marbot masjid di sekitar kampung itu membangunkan warga untuk makan sahur. Ia teringat sang bunda. Biasanya setelah semua siap sang bunda akan mengetuk pintu kamar anak-anaknya dan mengajaknya makan sahur.

Azril langsung meneteskan air matanya. Ia sangat merindukan keluarganya. Terutama sang bunda.

Azril duduk di bawah pohon. Ia membuka tas ranselnya mengambil makanan dari dalam tas itu untuk ia jadikan sahur. Air matanya masih merembes mengingat wajah sang bunda yang tersenyum lembut padanya

Setelah mengisi perutnya dengan roti kesukaannya dan air mineral yang ia bawa, Azril segera melanjutkan perjalanannya. Ia harus segera keluar dari desa ini sebelum pihak pesantren menyadari dir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status