Share

7. Awal pertemuan

Sarah datang lagi mengunjungi Hendri di kantornya, tidak ada yang bisa menghentikannya. Walaupun ketika Mira masih di sini, wanita itu akan bebas melenggang menemui Hendri di kantornya. Sudah menjadi rahasia umum bagi karyawan di kantor Hendriyanto jika Sarah mutlak menjadi penyebab keretakan rumah tangga bosnya. 

Para karyawan di kantor ini telah menjadi saksi bagaimana kisah cinta antara bos dan karyawan ini, bagaimana bos mereka mengejar Mira dengan menyingkirkan rasa malu dan meruntuhkan keegoannya.

Awal pertemuan mereka sebenarnya bencana yang tidak disengaja bagi Mira. Sudah satu tahun menganggur setelah lulus kuliah, dan berjibaku mencari kerja, mengesampingkan rasa malu setiap saudara atau tetangga akan menanyakan, kerja di mana? Berpendidikan tinggi-tinggi akhirnya nganggur juga. Pada awalnya Mira tidak menggubris cemoohan yang tertuju padanya, namun sejak ayahnya mengidap penyakit gagal ginjal, Mira terpacu mencari kerja menggantikan ayahnya mencari nafkah. 

Hari itu Mira begitu bahagia karena dia akan memulai hari pertamanya bekerja, tidak di sangka dia menerima panggilan sebagai desain interior sesuai jurusannya ketika kuliah. Ketika menghentikan laju motornya di Simpang lampu merah, sebuah mobil 

Sedan membuka pintu, pengemudinya membuang botol air mineral tepat di depannya. Darah Mira langsung mendidih, sebagai mahasiswa duta lingkungan dan aktif di lembaga sosial bumi hijau, apa yang dilihatnya merupakan sesuatu yang bisa meledakkan amarahnya. Dengan langkah berani, segera Mira mengambil botol air itu dan mengetuk pintu mobil itu, seorang pria perlente, memakai kemeja hitam dan dasi abu-abu, di matanya bertengger kaca mata hitam membuka kaca jendela, penampilannya yang begitu macho itu tidak membuat Mira terpesona, bagi Mira akhlak dan prilaku seseorang lebih penting.

"Hai, Bung! Ini kukembalikan milikmu, jangan sekali-kali kau buang sembarangan!" bentak gadis itu sambil melempar botol mineral itu dan tepat mengenai kepala lelaki itu.

Setelah melempar botol air mineral itu, Mira buru-buru menaiki motornya karena lampu hijau sudah menyala. Tak ayal, pria itu begitu terkejut di lempar begitu saja dengan botol mineral bekas. Amarah tak tertahankan bergejolak di kepalanya. Dia hanya mampu mengumpat dengan kesal, karena pelakunya sudah kabur dan tidak mungkin untuk mengejarnya karena padatnya lalu lintas. 

"Awas saja, jika ketemu lagi dengan perempuan sialan itu, kukuliti habis wajahnya!" Kekesalannya sudah mencapai ubun-ubun.

****

Orang bilang bumi menjadi sempit jika berkaitan dengan seseorang, bumi menjadi selebar daun kelor yang begitu kecil. Takdir memang telah digariskan oleh pencipta kehidupan, di masa depan kita akan bertemu dengan siapa dan akan berpisah dengan siapa tidak ada satu manusiapun yang akan mengetahui, begitu juga dengan Mira. Betapa menyesalnya dia yang memiliki sifat temperamental dan pemarah, seandainya dia bisa mehanan diri untuk tidak melempar botol air mineral, mungkin dia tidak akan kelimpungan menyembunyikan mukanya ketika dia berpapasan dengan lelaki korban pelemparannya di lift kantor. 

Kesalahan pertamanya dia tidak membaca tulisan di pintu lift ' just for presdir', dia nekad masuk karena melihat lelaki tinggi tegap, berjalan dengan aura wibawa seperti model internasional ke arahnya. Untung dia membawa pasmina di tasnya yang dipakai pengajian tadi malam, sehingga dia bisa menyembunyikan wajahnya pada pasmina itu dan berdiri di sudut lift dan memakai kaca matanya untuk penyamaran.

Hendriyanto acuh saja memasuki lift khususnya. Namun dia mengernyit melihat sesosok wanita di sudut tengah menunduk memperhatikan ponselnya. Merasa tak senang atas kelancangan orang tersebut, Hendriyanto menegurnya dengan suara khasnya yang begitu tajam dan berwibawa.

"Siapa kau? Kenapa memakai lift yang dikhususkan untuk presiden direktur? Apakah kau karyawan di sini?" 

Mira seketika tegang, lututnya bahkan meresa bergetar, apakah dia telah lancang?

"Apakah ada lift khusus seperti itu?" Pertanyaan bodoh spontan meluncur dari mulutnya.

"Apakah kau tidak tahu?"

Tiba-tiba otak Mira menjadi kosong, setelah menyadari siapa pria yang bersamanya saat itu.

"Oh, maaf, Pak. Saya karyawan baru, maafkan atas kelancangan saya."

Dengan gugup, Mira memencet tombol ke lantai tiga, karena lantai dua sudah terlewat. Spontan dia melarikan diri dari hadapan lelaki itu setelah pintu lift terbuka. Hendriyanto tak ayal memperhatikan Mira dengan seksama, rasanya dia begitu familiar dengan wanita dihadapannya, sayang saja wajahnya tidak terlalu jelas karena wanita itu selalu menundukkan kepala. Seketika wajah Hendriyanto menjadi gelap setalah  menyadari kapan dia bertemu dengan gadis ini.

****

"Sayang, sudah makan, belum?" sapa Sarah setelah memasuki ruangan Hendriyanto tanpa mengetuk pintu.

Para staf yang tengah berdiskusi di ruangan Hendriyanto seketika terdiam mereka menatap wanita anggun itu dengan pandangan yang berbeda-beda, ada yang menatap dengan pandangan meremehkan, jijik, ada yang terpesona, ada yang kagum, ada juga yang biasa saja tanpa kesan apapun.

"Kalau begitu kita lanjutkan di rapat internal setelah makan siang, ya," ujar Hendriyanto.

"Baik, pak." Para staf segera pergi dari ruangan Hendriyanto, kecuali Edi yang masih sibuk merekap file.

"Kita makan di luar, ya." Hendriyanto menyambut Sarah dengan hangat.

"Aku baru mau ngajak di luar, hari ini aku banyak pasien, jadi tidak sempat memasak untukmu, Yang." Sarah mengaitkan tangannya ke lengan Hendriyanto dengan mesra.

"Baiklah, Sayang. Ada restauran barbeqiu yang baru buka tidak jauh dari sini, aku pernah ke sana sekali ketika ada klien. Rasanya lumayan enak," ujar Hendriyanto mengajak Sarah ke luar kantor.

"Edi, selesaikan berkas file itu ya, nanti sore kita sudah mempresentasikan di depan klien," perintah Hendriyanto.

"Baik, Pak." Edi menjawab dengan muka datar.

Sebenarnya Edi benar-benar kesal setiap melihat Sarah yang selalu mengunjungi Hendriyanto ketika jam makan siang. Edi selalu curiga jika Sarah mengatakan dia banyak pasien, menurut Edi itu hanya omong kosong, jika banyak pasien mana mungkin akan sempat makan siang dengan Hendriyanto, jarak klinik Sarah dan Hendriyanto  cukup jauh, ditempuh selama empat puluh menit, klinik itu juga milik bersama temannya, bukan milik Sarah pribadi. 

Edi masih ingat dengan jelas ketika dia mewancari Mira untuk pertama kali. Hendriyanto tentu tidak akan mengurusi perekrutan karyawan baru. Bagian personalia yang mengurusi itu, tetapi sebagai asisten Presdir Edi selalu terlibat di dalamnya. Edi begitu kagum dengan nilai ijazah Mira yang hampir nyaris sempurna, kata-katanya yang begitu lugas dengan ide-ide segarnya tak perlu berpikir lama mereka sepakat merekrut Mira. 

"Edi, segera kau kirim file biodata karyawan baru!" perintah Hendri suatu hari.

Edi merasa heran, biasanya Hendriyanto tidak akan melihat karyawan baru yang direkrut, lelaki es itu masih banyak pekerjaan yang penting, kenapa dia musti mengurusi hal remeh seperti itu.

"Untuk apa, Pak?" tanya Edi cukup penasaran.

"Tidak usah banyak tanya! Bawa saja kemari!" 

Siapa yang akan membantah dengan perintah Hendriyanto, begitu juga dengan Edi. Dia sesegera mungkin membawa berkas formulir dari bagian personalia.

Hendri cukup lama membaca dan mengamati tiap formulir, hingga pada satu berkas wajah pria itu menyeringai, gurat wajahnya penuh dengan misteri. Edi sendiri tidak dapat membaca ekspresi bosnya tersebut, apakah dia dalam keadaan marah, benci, kesal, senang atau gembira. Sepertinya semua rasa itu bercampur di mata elang lelaki itu.

"Desain interior? Hmm, lumayan juga. Panggil segera dia ke sini!" perintah Hendriyanto 

Edi segera memanggil Mira secara khusus di ruangannya, dia tahu, banyak tatapan mata aneh melihatnya dan gadis itu, dari karyawan di ruang desain. Tapi apa mau dikata, bosnya bukan lelaki yang bisa ditawar-tawar kalau ada kemauan.

"Mira, apakah kau sudah bertemu pak Hendri sebelum ini?" tanya Edi memastikan.

"Belum, Pak. Memangnya kenapa?" Mira memasang wajah polos agar kebohongannya tidak kentara, dia sungguh cemas, apakah bosnya itu mengenali si pelempar botol air mineral bekas?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status