Share

Bukti Dari Roni

Satu bulan berlalu. Setiap Sari lembur bekerja, Jojo dan Erika mengambil kesempatan untuk jalan-jalan. Menghabiskan waktu dan uang. Bahkan mulai bulan ini, separuh gaji Jojo telah ia transfer ke rekening Erika. Beralasan Sari telah memiliki gaji sendiri, lelaki itu bilang kepada istrinya ingin menabung untuk membeli rumah di kampung. Sari pun setuju. Jadi, untuk kebutuhan sehari-hari istrinya yang mengeluarkan uang. 

Semua kebusukan Jojo dan Erika berjalan lancar. Sari tak lagi curiga karena sikap Jojo yang setiap hari romantis. Ia kembali menepis pikiran negatif yang sempat mengusik lagi. Bahkan ia juga sudah lupa dengan helai rambut di ranjang saat pulang kampung. 

Wanita itu fokus dengan pekerjaan barunya. Menikmati mengurus suami, rumah dan kantor. Sambil menanti momongan yang sampai sekarang belum juga dititipkan Tuhan. 

Hari ini Sari izin beristirahat kepada Jojo karena selama enam hari ia banyak lembur. Tentu, Jojo dengan semangat meminta wanita itu di rumah saja untuk istirahat. Sementara ia beralasan pergi dengan teman. Padahal hari ini, Jojo pergi dengan Erika ke mal. 

Sepasang kekasih itu mulai tak malu memperlihatkan hubungan mereka di muka umum dan secara terang-terangan. Rasa khawatir ketahuan pun sudah tidak ada di hati Jojo. Rasa cinta kepada Erika sepenuhnya membutakan mata hati. 

Mereka menuju sebuah toko perhiasan. Memilih emas kawin untuk pernikahan yang sebentar lagi akan mereka selenggarakan. Setelah memilih sepasang cincin berwarna perak, keduanya berjalan menyusuri mal. Erika memandang sekitar, mencari barang-barang untuk hantaran pernikahan. Jojo hanya menurut, mengikuti semua keinginan gadis itu. 

Sementara di belakang mereka dari kejauhan tampak Roni bersama istrinya yang sedang menghabiskan waktu akhir pekan untuk berjalan-jalan. Roni menghentikan langkah dan memberitahu Ambar keberadaan Jojo dengan selingkuhannya yang sedang memasuki sebuah restoran. 

"Terus, kita harus gimana, Bang?"

Roni mengedarkan pandangan, mendapati sepasang remaja yang sedang berkencan. Lalu, ia menghampiri keduanya. Tak lama, kedua remaja itu pun pergi, mendekati Jojo dan Erika yang sedang duduk disebuah restoran. Remaja itu pun mengambil tempat bersebelahan dengan Jojo. Seorang remaja lelaki, mengambil gambar kekasihnya. Namun, tidak benar-benar mengarahkan ke gadis di depannya. Justru ia arahkan lebih fokus ke Jojo dan Erika. Mereka pun merekam dengan video, sambil menguping pembicaraan pasangan yang tengah mempersiapkan pernikahannya itu. 

Setelah dirasa cukup, sang remaja lelaki menghampiri Roni yang menanti di restoran lain dan mengembalikan gawai Roni yang tadi ia gunakan untuk mengambil gambar Jojo dan Erika. Roni memberikan uang kepada remaja tersebut untuk membayar makan siang mereka. Lalu, ia pergi. Kembali menghampiri kekasihnya yang sudah menanti di restoran tadi. 

[Jadi, ayah kamu nggak bisa menjadi wali pernikahan kita?]

[Nggak. Kita pakai wali hakim saja, Mas. Ayah sudah tidak ada kabarnya setelah kepergiaan Ibu.]

[Apa sebelumnya kamu ada masalah dengan Ayah?]

Erika tampak menggeleng di kamera sambil menyedot minuman dingin miliknya. Sementara Roni dan Ambar saling terpaku, tidak menyangka dengan obrolan Jojo dan selingkuhannya yang mereka dapatkan dari pemuda tadi. 

"Mereka… mau nikah, Bang?" Ambar menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia tak percaya apa yang dibicarakan Jojo dan Erika. Baru saja Ambar bertetangga dengan Sari, tetapi ia merasa wanita itu adalah orang baik. Mengapa justru berjodoh dengan lelaki seperti Jojo yang menyakitinya berulang. 

"Kita harus gagalkan usaha mereka," ucap Roni. 

***

Ambar duduk di teras rumah, mengamati keadaan sekitar. Kala suasana telah tampak sepi, ia mengendap-endap melangkah ke arah rumah dinas Jojo yang berseberangan dengan tempat tinggalnya. Membuka pintu pagar, lalu memasukkan sebuah amplop berwarna cokelat melalui sela pintu bawah. Setelahnya ia kembali lagi ke rumah. Sambil berharap, Sari yang akan menemukan pertama amplop yang baru saja ia masukkan. 

Sore hari pun tiba, Ambar mendapat kabar dari suaminya bahwa Jojo ternyata tidak lembur.  Mereka sangat khawatir, bahwa lelaki itu yang akan tiba di rumah lebih dulu. Dengan cemas Ambar menanti di depan, jika Jojo yang tiba di rumah lebih dulu ia akan bersiap mengajaknya mengobrol karena Roni tidak bisa menahan Jojo, ia yang mendapat lembur hari itu. 

Beberapa pekerja yang satu perusahaan dengan Jojo telah terlihat berjalan menuju rumah mereka. Namun, Ambar belum juga melihat keberadaan Jojo. Hingga ia berdiri di depan pagar rumah Jojo. 

Dari kejauhan tampak Sari sedang berjalan menuju rumah. Ambar pun tersenyum lega dan menyapa tetangganya itu. Lalu, segera kembali ke rumah dan memberi kabar ke Roni. 

[Kamu yakin, Jojo belum pulang? Dia tidak lembur lho.]

[Iya, Bang. Entah, aku juga tidak tahu.]

[Pasti dia menemui selingkuhannya lagi.]

Sementara Sari yang baru saja membuka pintu, melangkah masuk. Kakinya menginjak amplop cokelat itu. Ia segera mengambilnya, membolak-balikkan amplop dengan penasaran. Tertulis nama untuk dirinya. Ia teringat lagi, tentang kiriman dari Erika dulu. Apakah ini dari gadis itu lagi, tanya Sari dalam hati. 

Sari menggeleng sambil berjalan ke kamar. Meletakkan tas di ranjang dan duduk di tepinya. Saat tangannya ingin membuka, suara panggilan telepon masuk terdengar dari dalam tas. Ia segera mencari keberadaan gawai itu dan mengangkat.

[Assalamu'alaikum, Ndok.]

[Walaikumsalam, Mas.]

[Kamu sudah pulang?]

[Baru banget sampai.]

[Aku lembur, ya, Sayang. Nggak usah masak untukku juga. Kalau kamu capek, langsung istirahat saja.]

[Oh… siap, Mas.]

[Ya sudah, aku tutup ya, teleponnya. Sampai nanti di rumah.]

[Eh-Mas-Mas…]

[Kenapa, Sayang?]

[Aku mau ngomong sebentar, kamu buru-buru?]

[Ada apa? Ya sudah, cepat…]

[Tadi, sepulang kerja aku nemu amplop cokelat di lantai dan ditujukan untukku. Tapi, tidak ada nama pengirimnya di sana.]

Jojo yang sedang menggunakan pengeras suara, membuat Erika mendengar percakapan mereka. Dengan bahasa isyarat, Jojo mempertanyakan pada Erika, apa ia yang mengirim. Gadis itu menggeleng. 

[Sudahlah jangan kau hiraukan. Buang saja ke tempat sampah. Daripada nanti isinya aneh-aneh, kamu sendiri yang ketakutan.]

[Oke, Mas.]

[Ya, sudah kalau begitu. Aku lanjut kejadian lagi, ya.]

Mereka pun mengakhiri percakapan setelah mengucap salam. Sari menuruti perkataan suaminya, ia menuju dapur dan membuang amplop itu ke tong sampah yang berada di kolong meja kompor. Lalu, ia segera membersihkan diri untuk menghilangkan penat seharian bekerja. 

Sementara Jojo yang sedang berada di kos Erika, sambil berbaring di pangkuan gadis itu mempertanyakan tentang amplop cokelat yang Sari maksud. Kira-kira apa isinya dan dari siapa, mereka hanya bisa menerka-nerka. 

"Sepertinya aku harus segera melihat isi dari amplop itu," ucap Jojo. Ia bangkit dari tidurnya. Duduk di sebelah Erika dan menggunakan kemejanya lagi. 

"Sekarang?" Jojo mengangguk. "Tapi, kamu 'kan sudah izin lembur. Apa nggak buat dia curiga?"

"Aku bisa beralasan, ada yang menggantikan posisiku."

Jojo mengecup kening Erika dan beranjak. Namun, gadis berambut ikal itu menghentikan langkah kekasihnya dengan menggenggam tangannya. Lalu, memeluk Jojo dengan manja. Bergelayut di tubuh lelaki itu, menahan. Tak rela melepaskan Jojo pulang begitu cepat. 

"Sebentar saja," bisik Erika. 

Jojo yang tak kuasa, menuruti. Membawa Erika ke ranjang. Meninggalkan kecupan mesra di tubuh gadisnya dan kembali melepaskan kemeja. 

Sementara Sari yang sudah tampak lebih segar, memasak makan malam untuk dirinya. Saat sedang menyantap makan malam, Jojo tiba di rumah. Mengucapkan salam dan mengecup istrinya.

"Loh, kamu sudah makan, Mas? Aku nggak masakin kamu."

"Sudah kok."

"Aku pikir kamu hingga larut."

"Ya, seharusnya. Tapi, tadi nggak terlalu banyak ternyata yang harus dikerjakan. Jadi, aku nggak perlu mengawasi hingga selesai. Besok bisa aku periksa lagi."

"Hmmm…" Sari mengangguk menanggapi penjelasan Jojo. Sementara mata Jojo berkeliling mencari amplop cokelat yang tadi Sari temukan. Ia melihatnya, terlihat di tempat sampah dapur. Ia izin membersihkan diri terlebih dulu ke Sari dan menanti istrinya tidur baru mencari tahu isi di balik amplop cokelat itu. 

Setelah Jojo selesai mandi, ia mendapati Sari yang sudah pulas tertidur di ranjang. Dengan mengendap-endap ia berjalan menuju dapur, mengambil amplop cokelat dari tempat sampah. Tampaknya amplop itu masih tertutup tapi yang menandakan Sari benar langsung membuangnya tanpa membuka terlebih dulu. 

Jojo segera membuka amplop itu dan mengeluarkan lembaran-lembaran yang ada di dalam amplop dalam genggamannya. Tangan kanannya mengepal, memukul meja makan. Saat mengetahui isi di balik amplop cokelat itu. 

"Siapa yang mengirim ini?" Matanya terus menelisik, memperhatikan foto-foto kemesraannya dengan Erika yang baru saja terjadi beberapa hari lalu. Jojo pun menemukan selembar kertas. Sebuah peringatan yang ditujukan ke Sari, memberitahu rencana Jojo dan Erika yang akan segera menikah sekitar satu bulan lagi. 

Isi surat itu pun, meminta Sari untuk melaporkan perselingkuhan Jojo ke kantor. Agar Jojo bisa dikenakan sanksi. Jika ia masih berselingkuh, bisa jadi dikeluarkan dengan tidak hormat. 

Jojo semakin panas membaca surat itu. Ia segera membawa semua isi amplop cokelat ke halaman belakang rumahnya dan membawa korek gas yang siap dinyalakan. Lalu, membakar semuanya, sambil menanti seluruhnya benar-benar menjadi abu, Jojo menantinya sambil bersedekap. Di hadapan kobaran api kecil tetapi berhasil perlahan membakar hampir seluruh foto-foto dirinya dan Erika. 

"Mas?" Suara Sari dari belakang tubuh Jojo membuat ia terkejut. Lelaki bermata sipit itu segera membalikkan tubuh, menghalangi pandangan Sari yang tinggi badannya lebih rendah dari Jojo. 

Bersambung…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status