Share

Sari Bekerja

"Pagi, Sayang… masak apa, Sayang?" sapa Jojo. Ia baru bangun, memeluk mesra tubuh Sari dari belakang yang sedang sibuk memasak di dapur. 

"Masak yang ada di kulkas. Kamu stok ayam ungkep, Mas?"

"Oh, iya. Kemarin. Aku pikir kamu baru pulang hari ini. Jadi kemarin aku beli, niatnya buat makan semalam sama pagi ini. Praktis tinggal goreng."

"Hmmm… oh, ya, Mas. Kamu ganti parfum baru?"

"Parfum? Nggak. Kenapa memangnya?"

"Itu yang di meja rias aku. Kayaknya aku baru lihat parfum itu."

Jojo terdiam mencoba berpikir. Apa yang dimaksud Sari adalah parfum Erika yang mungkin tertinggal, pikirnya. 

"Ah… itu… jadi temen aku ada yang jual parfum. Terus nawarin gitu, itu parfum cewek, Ndok. Niatnya mau beliin buat kamu. Aku bilang, boleh nggak minta tester, buat kasih tunjuk istri di rumah. Eh… dikasih sebotol malahan."

"Loh, nggak apa-apa itu, Mas? Apa nggak rugi?"

"Katanya nggak. Karena itu memang parfum tester. Kalau kamu udah cobain baunya dan suka, ya, aku balikin testernya. Nanti aku bayar yang baru. Kamu suka nggak baunya?"

"Terlalu nyengat, Mas. Aku nggak suka. Kalau nggak jadi nggak apa?"

"Nggak apa-apa dong. Kamu sukanya yang bau gimana sih?"

"Yang soft gitu, Mas. Jadi nggak pusing. Itu terlalu pusing kalau buat aku."

"Ya sudah, nanti coba aku tanyakan ke temanku itu ya, ada nggak yang soft." Sari menanggapi dengan senyuman dan sebuah anggukan. Lalu, ia berbalik badan dengan sebuah piring yang telah berisi ayam goreng. 

"Makan, yuk?" ajak Sari. Ia pun menghidangkan makanan di meja, Jojo mengikuti langkahnya di belakang sambil menggaruk kepala yang sama sekali tidak terasa gatal. Rasa cemas ketahuan membuatnya grogi. 

Namun, nasib baik masih berpihak. Membuat Jojo kembali terselamatkan dari terbongkarnya hubungan dengan Erika. Ia menghela napas lega sambil mengelus dada. 

"Oh, ya, Ndok. Hari ini kita nonton yuk, ke mal?"

"Boleh. Ada film apa yang bagus, Mas?"

"Aku juga belum cek sih, nanti langsung kita ke sana. lihat aja, ada film apa yang menarik." Sari mengangguk sambil mengunyah makanannya. 

***

Jojo mengirim pesan ke Erika untuk tidak menghubunginya sementara waktu karena Sari sudah pulang. Erika sebagai gadis simpanan memaklumi, meski hatinya tak sabar menanti waktu perpisahan antara Jojo dan Sari. 

Segera Jojo menghapus dan memblokir kontak Erika sementara. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Sari masuk dengan senyum yang mengembang. Menghampiri suaminya yang berbaring di ranjang dengan setengah duduk, bersandar pada dinding. 

"Mas," ucap Sari. "Lihat deh!" Sari menunjukkan gawainya. Menampilkan sebuah pesan dari email. 

"Kamu diterima?" Sari mengangguk. 

"Besok sudah mulai masuk kerja, Mas. Untung aku buka email. Ternyata email ini masuk dari hari Jum'at."

"Masih rezeki kamu. Sudah kamu balas?"

"Iya, sudah."

"Ya sudah, hari ini kita ke mal sekalian belanja pakaian kerja. Gimana?"

Sari mengangguk dan memeluk lelaki di hadapannya. Sementara waktu, melupakan kecurigaan yang sempat mengusik hati. Berharap semua akan baik-baik saja. 

Sore hari tiba, Sari dan Jojo telah bersiap untuk berjalan menuju mal. Sepanjang perjalanan, Jojo sangat bersikap manis. Bahkan tak lepas menggenggam atau merangkul wanita di sebelahnya saat berjalan menyusuri mal. 

Mereka habiskan waktu dengan berbelanja sambil menanti jadwal nonton di sebuah studio yang berada di mal itu. Jojo dengan antusias memilihkan pakaian trendi yang membuat istrinya sangat menarik. Ia pun  meminta Sari membeli parfum, agar baunya bisa menjaga aroma segar di aktivitasnya setiap hari. 

***

Pagi-pagi sekali keduanya telah bangun dan bersiap berangkat kerja. Sari belum mendapatkan fasilitas antar jemput dengan bis. Ia memesan ojek online dan berangkat bareng dengan Jojo, menanti di halte. Wanita itu mencium takzim punggung tangan suaminya saat ojek yang dipesan telah tiba. Jojo pun bersikap romantis dengan mengusap lembut pipi istrinya. Membuat teman-teman yang berada di halte meledek dan iri. 

Jojo tak peduli. Ia hanya ingin menunjukkan ke semua orang bahwa hubungannya dengan Sari selalu romantis dan baik-baik saja. Tanpa ada orang ketiga di dalamnya. 

"Ciee… aduh Gusti… bojoku udah nikah lima tahun, boro-boro cium tangan yang ada nodong. Minta uang."

"Lah, kalau pengantin baru mah begitu. Mesra."

"Jadi pengen…"

"Pengen apa?"

"Pengen jadi pengantin baru lagi."

Semua tergelak mendengar ocehan teman Jojo yang meledek. Hingga bis jemputan tiba, Jojo masih menjadi bahan ejekan teman-temannya. Namun, ia tidak peduli. Justru senang karena semua temannya tidak akan ada yang curiga mengenai hubungan Jojo dan Erika. 

***

Sari melebarkan senyum saat atasannya memperkenalkan ia kepada beberapa rekan kerja baru. Semua menyambut hangat kedatangannya. Ia duduk di kursi kerja, mendengarkan penjelasan seorang senior untuk deskripsi pekerjaan baru. 

Hari pertama Sari berjalan dengan mulus. Ia pun sangat menikmati proses pekerjaan barunya. Hingga jam pulang kerja tiba. Sari ikut bis antar jemput karyawan yang melewati komplek rumahnya. 

"Gimana pekerjaan kamu hari ini?" tanya Jojo. Keduanya baru saja selesai makan malam bersama. 

"Ya, lumayan. Aku udah nggak kerja beberapa bulan. Jadi, tadi sempat grogi."

Jojo tersenyum mendapati jawaban istrinya. Lalu, Sari bangkit dari kursi, membereskan piring kotor dan segera ia cuci. Sementara Jojo pamit ke kamar. Jojo membuka blokir nomor telepon Erika. Senyumnya mengembang mengambil gambar diri yang sedang berpose santai di ranjang. Lalu, ia kirim ke selingkuhannya itu. 

Erika yang sedang online segera membuka pesan dari Jojo. Tersenyum tipis dan membalas dengan sebuah foto seksi menampilkan lekuk belahan dadanya. 

[Hon, kamu tambah seksi aja. Baru berapa hari aku nggak lihat kamu.]

Erika hanya membalas dengan emoji ketawa lalu, diiringi dengan emoji pelukan. 

[Hei, kau lupa, ya? Parfummu tertinggal.]

Gadis itu segera meraih tasnya. Mencari keberadaan parfum yang berisi ilmu pelet. Benar, tidak ada. Ia menepuk kening dan menyalahkan diri. 

Karena telah melupakannya, bagaimana jika Sari memakainya, tamatlah riwat ia untuk mendapatkan Jojo. . Namun, tiba-tina Erika teringat bahwa Emak pernah berpesan kalau parfum itu digunakan oleh orang lain tidak akan mempengaruhi apa-apa. 

[Ah… iya, aku lupa. Tolong simpan dulu. Nanti saat jumpa bawa, ya?]

[Siap, Sayang. Jadi, kapan kita jumpa?]

[Bebas. Aku kapan pun bisa. Bukankah kamu yang susah ditemui saat ada istrimu?]

[Hmmm… sekarang sudah lebih mudah kok, dia sudah mulai bekerja hari ini. Apalagi kalau dia lembur, aku bisa meluangkan banyak waktu untukmu.]

[Baiklah.]

[Hanya itu jawabanmu?]

[Lalu, apa? Memang aku hanya wanita kedua 'kan. Yang tidak bisa banyak menuntut dari lelaki beristri sepertimu.]

[Erika… ayo kita percepat pernikahan. Meski kau yang kedua, setidaknya kau syah milikku. Berhak atas dirimu juga.]

[Oke. Aku mau dirayakan. Dua bulan dari sekarang bagaimana?]

[Aku siap. Nanti kita atur waktu untuk lamaran dan persiapan lainnya, ya?]

Erika tersenyum lebar. Setelah mengakhiri percakapan, gadis itu menghampiri kedua adiknya yang sedang belajar. Lalu, duduk di ranjang orang tuanya. Menyentuh lembut ranjang kosong tak berpenghuni beberapa hari ini. 

Tiba-tiba Erika tersentak, menyaksikan wajah ibunya yang berdiri di dekat jendela kamar dengan wajah menghitam dan tampak buruk. Padahal mendiang ibunya sangat cantik semasa hidup. Ia pun ingat, wanita itu pernah bercerita jika ibunya adalah kembang desa. 

"Lepas susukmu, atau kau akan menyesal!" ucap wanita yang menyerupai ibunya. Seketika bayangan itu menghilang. Erika mengedarkan pandangan ke segala arah. Mencari keberadaan itu. Tidak ada. Hilang begitu saja tanpa dapat ia pahami maksud dan tujuannya. Terlebih ucapannya tadi. 

Tanya dalam hatinya tak berhenti. Erika segera berjalan menghampiri jendela. Berdiri tepat di tempat wanita yang mirip dengan ibunya tadi berdiri.

"Apa ibu mengetahui aku pasang susuk. Tapi, dari mana? Kok bisa?" gumam Erika. 

"Kak?" teriak si bungsu yang sudah berada di belakang Erika. Erika segera mengalihkan pandangan. Menatap dengan terengah-engah adiknya dengan mata yang masih membulat. "Bantuin kerjain PR."

"Ah? Oke." Erika pun mengekori bocah itu dan membantu mengerjakan tugas sekolahnya. 

***

"Siapa yang telah menyerupai sosok Ibu? Atau benar dia adalah ibu? Lalu, dia mengetahui susukku?" tanya Erika dalam hati. Ia menggulingkan tubuhnya ke kanan dan kiri. Tidak dapat menjemput mimpi segera. Matanya enggan terlelap. 

Tanya yang membuncah dan bayang wajah ibunya masih terus menghantui pikiran. Namun, dengan keras kepala, Erika membantah. Ia berpikir itu hanyalah sebuah halusinasi. Atau bisa jadi, Sari juga bermain dukun dan semua itu adalah ulah dari dukun Sari yang ingin menghancurkan rencananya, pikir Erika. 

Bersambung….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status