Share

Jojo dan Sari Terkejut

[Hai, Sayang.]

[Kamu lagi di rumah, Mas?]

[Iya. Baru selesai makan.]

[Makan malam apa?]

[Tadi aku beli di depan. Gimana kondisi Papah?]

[Alhamdulillah lebih baik, Mas. Mungkin aku pulang hari Minggu.]

Jojo mengangguk. Memasang wajah ceria, menyambut kedatangan istrinya. Rayuan gombal pun ia lontarkan untuk meyakinkan wanita itu bahwa rindu padanya sangat menyiksa. 

Sementara Erika yang mendengar Jojo sedang mengobrol dengan Sari di panggilan video tidak menghiraukan. Ia tetap melanjutkan mencuci piring di dapur. Memberikan waktu untuk kekasihnya menyapa wanita di balik panggilan video itu. 

Tak lama, Jojo dan Sari selesai berbincang dan mengakhiri panggilan. Erika segera duduk di sebelah Jojo, bersandar pada bahu lelaki itu, memanja.

"Besok aku keluar dari rumah ini, ya, Hon?"

"Kenapa besok? Sari 'kan sampai hari Minggu."

"Aku takut Roni datang lagi menggerebek kita gimana?"

"Kau tenang saja, dia tidak akan melakukan hal gegabah itu."

"Tapi, aku harus pergi besok sepertinya, Hon. Aku juga mau menengok keluarga di kampung."

"Ah, iya. Gimana kabar ayahmu dan adik-adik? Nanti jika kita menikah apa ayahmu bersedia menjadi wali? Apa beliau tidak masalah memiliki menantu yang sudah beristri?"

Erika terdiam mendapati tanya beruntun Jojo. Ia bangkit dari sandaran. Menatap ke segala arah, mencari alasan agar terhindar dari jawaban itu. Ia meremas perutnya sambil menampilkan wajah sakit. 

"Hon, kamu kenapa?"

"Perut aku sakit, Hon."

"Kamu mau buang air besar?"

"Bukan. Sepertinya mau datang bulan. Aku ke kamar dulu, ya, ambil obat pereda nyeri." Gadis itu segera beranjak, berpura-pura. 

Erika berbaring di ranjang, mencoba memejamkan mata dan menjemput mimpi. Agar Jojo tidak membahas lagi atau mempertanyakan tentang ayahnya. Namun, rasa kantuk tak juga datang karena siang tadi ia tidur terlalu lama. Setelah semalam tidak bisa nyenyak. 

Jojo datang, membenarkan selimut yang Erika kenakan. Lalu, bersanding di sebelah gadis itu, mengecup keningnya. Menatap wajah Erika sesaat yang tengah memejamkan mata. Namun, entah mengapa tiba-tiba ada yang aneh dengan wajah gadis itu. Perlahan muncul kerutan pada kulit mulus Erika. Jojo yang terkejut, mengedipkan matanya berulang dan mengucek. 

Saat matanya kembali menatap, semua kerutan itu menghilang. Wajah Erika tampak seperti biasa, cantik, mulus tanpa noda apalagi kerutan tanda penuaan. Jojo merebahkan tubuhnya di sebelah Erika. Mencoba menepis khayalan buruk yang tadi menampilkan wajah kekasihnya. Ia merasa sangat lelah, mungkin itu penyebab hal aneh muncul pada dirinya. 

***

Seperti kemarin, Erika membangunkan Jojo pagi-pagi dan menyiapkan makannya. Setelah Jojo berangkat kerja, ia pun segera mengemasi barang-barangnya. Sambil menanti waktu yang tepat untuk pergi dari rumah dinas Jojo, ia bersiap dan duduk di ruang tamu. Dari balik jendela, mengamati keadaan di luar. 

Saat semua telah tampak aman, Erika segera memesan taksi online. Ia pun beranjak dari rumah itu menuju rumah orang tuanya. Tak satu pun ada orang yang melihat kepergian Erika. Semua berjalan mulus. Perumahan  tampak sepi, mungkin karena kebanyakan warga telah memiliki anak. Mereka sibuk dengan aktivitas rumah dan anak-anak di pagi hari. 

Jojo yang sudah mengetahui Erika akan pulang hari ini, ia mengambil lembur. Menghabiskan waktu untuk bekerja, daripada di rumah sendirian. 

Sementara Sari di Jakarta sedang berkemas. Mamanya yang mendapati ia membereskan pakaian, menghampiri. Lalu, duduk di pinggir ranjang. 

"Kamu jadi kembali ke Kalimantan besok?" Sari mengangguk sambil tersenyum, menoleh ke arah mamanya. "Kenapa besok? Memang tidak rindu dengan Jojo?"

"Rindu pasti, Mah," jawabnya tersipu. 

"Papah sudah lebih baik. Jika kamu mau pulang hari ini tidak masalah, Sayang. Maafin Mamah dan Papah yang menyusahkan kamu, ya?" Wanita berbibir tipis itu menoleh ke sumber suara yang mengizinkannya pulang segera. Memang ia ingin segera pulang, tetapi tak enak hati bicara pada orang tuanya. Khawatir membuat keduanya bersedih karena lebih memilih segera pergi setelah kondisi ayahnya lebih baik. 

"Maksud Mamah?"

"Mamah ngusir kamu," ucap wanita paruh baya itu. "Sengaja, agar kamu segera menemui suamimu. Pasti berat menjadi kamu, Sayang, harus membagi waktu dengan kami. Pulanglah dan ikuti suamimu."

Sari memeluk wanita paruh baya itu, berbisik kata maaf berulang. Bukan maksud hatinya ingin pergi meninggalkan rumah segera. Namun, wanita di hadapannya pun memahami kondisi ini. Setelah mengucap kata terima kasih berulang, Sari mencoba membatalkan tiket pesawat yang telah dibelinya dan mengganti waktu keberangkatan. 

Siang itu juga ia berangkat ke bandara untuk pulang ke rumah suaminya. Lelaki pilihan hidupnya yang ia pikir telah menanti. Terlalu sabar memberinya kesempatan untuk berbakti pada orang tua. 

Tanpa kabar ke Jojo terlebih dulu, Sari segera kembali ke kota tempat suaminya tinggal. Ia akan memberi kejutan. Senyumnya terus mengembang, tak sabar menanti tiba di Kalimantan.

***

Langit sudah mulai gelap, Sari baru saja turun dari taksi di depan rumah. Bibirnya tersenyum tipis, tak sabar bertemu dengan Jojo setelah beberapa hari terpisah jarak. Ia mencari kunci di bawah keset, tempat biasa Jojo dan dirinya menaruh. Namun, tidak ada.

"Apa Mas Jojo nggak tinggalkan kunci di bawah keset? Karena berpikir aku belum pulang hari ini?"

Pandangan Sari menyebar ke segala arah, sambil menerka-nerka. Ia menyalakan senter pada gawai, mencari keberadaan benda itu karena lampu teras rumahnya belum nyala. Pantulan kunci pintu rumahnya terlihat dari sebuah pot bunga yang terletak di sebelah keset. Sari segera menghampiri dan mengambilnya. 

Ia membuka pintu dan segera menuju kamar. Ia menggeleng saat mendapati ranjang yang sangat berantakan. Pikirnya, wajar saja. Mana sempat suaminya yang bekerja membereskan rumah. Sari bergegas mengganti pakaiannya dan mulai membereskan rumah. 

Saat ia sedang merapikan posisi bantal dan guling, Sari menemukan beberapa helai rambut panjang dengan ikal di ujungnya. Mata Sari membulat, meyakinkan bahwa itu bukan miliknya apalagi Jojo. Ia pun ingat betul, sebelum berangkat ke Jakarta, baru saja mengganti seprei dan pasti tidak akan ada rambutnya yang tertinggal. 

Sari terdiam, apa yang terjadi selama beberapa hari ini di rumah dengan suaminya. Ia hanya bisa memandang rambut itu penuh tanya. 

"Apa aku tanyakan saja sama Mas Jojo? Ah! Kenapa hatiku jadi merasa takut?"

Sari mengambil plastik kecil dan menyimpan rambut itu di dalamnya. Ia tidak bisa langsung bertanya ke Jojo, Sari memilih diam dan mencari tahu dulu. Meski ia tak tahu, apakah hatinya sanggup mengetahui yang sebenarnya terjadi jika benar Jojo menghadirkan wanita lain lagi di kehidupan rumah tangga mereka. 

Sari melanjutkan membereskan kamar. Saat ia duduk di meja rias, ada sebuah botol parfum yang asing baginya. Ia mencium bau parfum itu. Bau yang menyengat dan sama sekali tidak ia sukai. 

"Kok Mas Jojo ganti parfum, nggak enak banget baunya?" Sari meletakkan parfum itu lagi dan melanjutkan membereskan kamar. Sambil menanti suaminya pulang. 

Setengah jam lagi, waktu pulang Jojo tiba. Ia mulai merias diri, menampilkan wajah tercantik di hadapan suaminya. Ruang kamar pun telah ia semprotkan pengharum ruangan. Agar Jojo menghirup bau yang menyegarkan setibanya di kamar. 

Jojo tersenyum lebar saat tiba di depan rumah mendapati lampu menyala. Ia berpikir, Erika tidak jadi pergi hari ini. Jojo bergegas masuk setelah membuka pintu yang ternyata tidak terkunci dan ingin memeluk gadisnya. 

"Hon? Kejutan apa ini?" teriak Jojo. 

Sari yang mendengar suara suaminya terkejut. Mengapa Jojo memanggil dirinya "Hon". Apa itu panggilan baru untuknya. Langkah Jojo mendekati kamar, pintu kamar yang terbuka lebar memperlihatkan Sari yang sedang berdiri masih penuh tanya tentang panggilan yang tadi Jojo sebutkan. 

Mata mereka saling beradu pandang saat Jojo mendapati Sari yang berada di rumah. Namun, Jojo segera menepis kegugupan kesalahannya, ia segera menghampiri Sari dan memeluk. 

"Kamu kenapa nggak bilang hari ini pulang?"

"Kejutan," jawab Sari. Ya, kejutan yang membuat dirinya pun terkejut. 

"Kalau aku tahu kamu hari ini pulang, nggak akan lembur, Hon."

Sari melepas pelukannya, menatap Jojo. Jojo mengerutkan dahi, seolah bingung dengan tatapan istrinya. 

"Kenapa?" tanya Jojo. 

"Kamu ganti panggilan aku?" Jojo tertawa kecil dan mengusap wajah istrinya dengan lembut. 

"Apa salah aku panggil kamu Honey? Artinya sama saja 'kan?" Sari yang mulai merasa aneh dengan sikap Jojo hanya bisa berpura-pura menerima jawaban suaminya. Ia memeluk Jojo lagi, melepas rindu yang sebenarnya sudah memudar dari beberapa menit lalu. 

Tanya yang membuncah dalam hatinya kini kian tak tenang. Ingin segera mencari tahu yang terjadi. 

"Oh, ya, Mas. Ganti baju gih, terus kita makan."

"Oke. Aku ganti dulu, ya?"

Sari meninggalkan Jojo menuju ruang makan. Duduk di sana sambil memikirkan hal-hal aneh yang telah menimpanya. 

Bersambung….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status