Meski saat ini Erwin bukanlah bos mereka. Namun semua orang anggota Black World tampak menundukkan kepalanya hormat saat Erwin melewati mereka. Erwin diantarkan oleh James menuju tempat di mana Nico berada, kali ini Nico tidak lagi ditempatkan di ruang bawah tanah, ia sudah dipindahkan ke ruang eksekusi.
Selama menuju ruang eksekusi, Erwin sama sekali tidak melihat Rose. Wanita itu sudah tahu jika hari ini Erwin akan datang ke markas, jadi dia memilih pergi ke suatu tempat untuk bersembunyi dari Erwin, perlahan tapi pasti, Rose mulai belajar melupakan perasaannya, karena ia cukup sadar diri, jika cintanya tidak sebesar perasaan Ellena yang mencintai Erwin dengan begitu tulus.
Erwin masuk sendirian ke dalam sebuah ruangan yang memiliki alat penyiksaan lengkap, di sana duduklah seorang laki-laki yang menyembunyikan wajahnya di antara kedua kakinya. Tubuh kurusnya terlihat bergetar, gumaman yang hampir tidak jelas, terus menerus keluar dari mul
Bibir tipis dengan polesan lipstik berwarna nude itu sedari tadi tidak bisa berhenti tersenyum, Ellena sangat senang karena akhirnya ia bisa kembali pulang ke negaranya."Terima kasih atas bantuannya, Bik Ema," ujar Ellena tulus. "Dan juga tolong sampaikan terima kasih saya kepada Nona Azkia." Menggenggam tangan Bik Ema hangat, setelah ini pasti ia akan sangat merindukan wanita paruh baya ini."Baik, Nona," balas Bik Ema seraya tersenyum. Namun, di dalam hati, Bik Ema merasa cemas. Bagaimana caranya ia menghentikan mobil ini? Sedangkan tadi, ia yang menyuruh sang sopir untuk mengikuti kemauan Ellena."Apakah Nona Azkia benar-benar ingin membantu nona Ellena kabur?" batin Bik Ema. Pikirannya sama sekali tidak tenang karena perjalanan menuju bandara terbilang lancar. "Seharusnya sudah ada yang menghalangi kami," lanjut Bik Ema dalam hati.Titik-titik air hujan mulai menetes membasahi kaca mobil, dada Bik Ema terasa sesak melihat alam yang seakan mendukung p
Sesampainya di rumah, Ellena masih memikirkan kejadian tadi. Apakah mungkin Erwin benar-benar serius dengan perintahnya? Atau hanya sekedar menggertaknya saja, agar ia mau ikut pulang. Untuk memastikan jika ucapan Erwin tidak main-main, Ellena harus menanyakannya kepada Azkia."Sayang, kamu harus mandi dulu," ujar Ellena lembut, agar Erwin mau menurutinya. Bahkan Ellena menyebutkan kata 'sayang' semanis mungkin."Tidak! Nanti kamu kabur lagi kalau aku tinggal mandi," sahut Erwin seraya cemberut, ia juga merasa masih belum puas memeluk Ellena."Aku tidak akan pergi ke mana-mana, hanya akan ke dapur untuk membuatkanmu minuman hangat." Mengusap rambut basah Erwin."Biarkan pelayan saja, lebih baik kita mandi bersama. Lihat, bajumu juga basah." Erwin mengedipkan sebelah matanya, ia memang sengaja membuat Ellena ketularan basah.Ellena menggeleng. "Aku akan membuat minuman dulu, nanti aku akan menyusulmu." Mencium pipi Erwin, lalu ia segera pe
Satu bulan kemudian, hubungan Erwin dan Ellena makin hari semakin bertambah mesra. Namun, Ellena merasa kebahagiaannya belumlah sempurna, selain mereka belum mendapatkan momongan, mereka juga belum mendapatkan restu dari orang tuanya. Ellena ingin jika semua keluarganya tahu bahwa ia sudah menikah dan memiliki suami yang begitu penyayang seperti Erwin."Sayang, sudah geli. Dari tadi kamu tidak berhenti mengusap dan menciumi perutku," ujar Ellena seraya tertawa dan menggeliatkan tubuhnya kegelian."Sebentar lagi, aku belum selesai membisikkan kata agar dia cepat tumbuh di sini." Mengusap perut Ellena lembut, dalam hati ia tidak berhenti berdoa kepada Tuhan, agar mereka bisa segera mendapatkan momongan, lalu kemudian ia mengecup perut Ellena dengan penuh kasih sayang.Melihat Erwin dalam suasana hati yang baik. Ellena memberanikan diri mengatakan sesuatu."Sayang, aku merindukan keluargaku. Maukah kamu menemaniku mengunjungi orang tuaku?" tanya Elle
J.W. Marriott Hotel. Quito, Ecuador.Suasana acara pesta ulang tahun malam ini, tampak meriah di dalam sebuah ballroom hotel ternama di negara Ekuador. Selain merayakan hari jadi Ellena, malam ini ia juga akan dinobatkan sebagai CEO di perusahaan Wilson Group. Namun, di dalam ruangan tersebut, tidak ada orang yang tahu jika wanita cantik yang berdiri di atas panggung itu bukanlah Ellena Wilson yang asli.Terdengar suara riuh tepuk tangan, di saat sang 'Dewi' acara malam ini memberikan kue pertamanya untuk Tuan dan Nyonya Wilson, lalu kedua orang itu dengan kompak mencium pipi anaknya sebagai balasannya. Pemandangan harmonis keluarga tersebut, tanpa sadar membuat seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut, meremas tangan suaminya yang berada dalam genggamannya.Entah mengapa tiba-tiba Ellena merasa tidak rela melihat ada orang lain yang menggantikan posisinya dengan cara yang licik seperti ini. Bukan perkara harta. Namun, ia tidak rela a
"Tutup mulutmu!" Erwin meraung tidak terima jika Rebecca yang membeberkan siapa dirinya yang sebenarnya. Erwin ingin ia sendirilah yang mengaku kepada keluarga Ellena, jika ia bukanlah orang yang baik."James, seret jalang itu!" Perintah Erwin kepada James yang sudah berdiri di belakang Rebecca."Baik, Tuan." Dengan sigap James langsung mencengkeram kedua tangan Rebecca dan diarahkan ke balik punggungnya.Rebecca tentu meronta, meski ia tahu jika dirinya harus pasrah. Namun, ia tidak boleh menyerah dengan terlalu mudah."Kenapa? Memang benar kan kalau kau adalah seorang pembunuh? Bahkan kau juga suka menjual organ-organ para korbanmu, kau menghabisi nyawa mereka dengan keji," teriak Rebecca lalu tertawa kencang. "Bagaimana? Apakah sekarang kau takut tidak akan diterima oleh keluarga Wilson?" Rebecca tersenyum sinis. "Ini baru pembalasan yang adil, meski aku akan mati, tapi aku sudah puas karena bisa menghancurkanmu juga." Lanjut Rebecca dalam hati.
Langit yang awalnya gelap berubah menjadi terang, bau khas tanah basah sebab turunnya hujan semalam, telah mengusik tidur nyenyak Ellena. Di atas ranjang, Ellena sempat linglung melihat nuansa kamar yang tidak seperti biasanya, lalu ingatannya berlarian mengingat kejadian semalam.Semalam Ellena hanya bisa puas menangis, ia tidak bisa melakukan apapun untuk menolong Erwin yang berada di luar rumah. Semua pintu dan jendela telah dijaga oleh pengawal suruhan ayahnya, guna menghindari Ellena berbuat nekat pergi ke luar. Tidak lama kemudian, ibunya datang dengan membawa segelas minuman seraya mencoba menghiburnya. Namun, tidak lama kemudian setelah minum air tersebut, Ellena tidak kuasa menahan rasa kantuknya."Mungkinkah semalam, Ibu memberikanku obat tidur di minuman itu?" gumam Ellena. Mengingat di mana keberadaan Erwin saat ini, Ellena buru-buru bangun dan pergi ke arah jendela yang masih tertutup tirai, sayang sekali para pelayan tidak menempatkannya di kamarnya s
Beberapa bulan kemudian...Usai membuat pesta pernikahan termewah di negara Ekuador, Erwin berhasil membawa Ellena pulang kembali ke California, dan tidak lama setelah kembali, Ellena dinyatakan tengah mengandung, dan kehamilan Ellena saat ini sudah berusia delapan bulan.Huek ... Huek ... Huek...."Sayang, sudah kubilang jangan mendekat!" Ellena meraung ketika Erwin diam-diam nekat berjalan mendekati ranjang. Padahal saat ini Ellena baru saja menemukan tidur nyenyaknya."Maaf," gumam Erwin merasa bersalah.Namun, saat ini Erwin benar-benar merindukan istrinya, ia ingin sekali memeluk Ellena, akan tetapi indra penciuman Ellena semakin bertambah sensitif sejak di usia kehamilan memasuki trimester ketiga. Biasanya Erwin bisa diam-diam mencuri kesempatan memeluk Ellena saat tertidur. Namun, sekarang sudah tidak bisa lagi.Setelah puas mengeluarkan isi perutnya, Ellena dengan perlahan memutar tubuhnya untuk melihat suaminya. Ia merasa kasihan melihat wajah sedih Erwin."Maaf, tetapi anakmu
Dua bulan kemudian... Suara tangisan bayi memecah keheningan malam, di dalam rumah mewah milik Erwin. Ellena sejenak mengucek matanya seraya menguap, lalu ia berjalan menuju boks bayi."Kamu bangun, Sayang?" ujar Ellena lembut seraya memeriksa bagian bawah Erlena, dirasa popoknya sudah penuh, Ellena segera mengganti popok Erlena."Dia menangis lagi?" gerutu Erwin dengan suara malas, namun ia ikut mendekat.Ellena tersenyum. "Jika Erlena sudah bisa bicara, dia tidak akan mungkin menangis," sahut Ellena bercanda. Tapi, memang benar bukan? Ketika bayi meminta sesuatu, ia pasti akan langsung menangis."Tapi, kamu jadi kelelahan. Apa tidak ingin dipertimbangkan lagi untuk mencari pengasuh buat Erlena? tanya Erwin lembut, seraya mengambil alih menggendong Erlena.Erwin benar-benar tidak tega melihat Ellena kelelahan, meskipun Ellena sudah sedikit dibantu oleh pelayan lain. Namun, Ellena lah yang lebih banyak mengurus Erlena sendirian."Tidak perlu, Sayang. Aku senang dan baik-baik saja jik