Share

Bab 3. Diancam

Angkasa akhirnya pergi meninggalkan wanita itu sendirian. Ia benar-benar marah dengan semua ini. Wanita tadi adalah selingkuhan adik iparnya, Eddo.

"Dan, aku di lobi!" ucap Angkasa menelpon orang kepercayaannya dengan raut mengeras.

"Siap bos, saya sudah di basement. Saya akan segera ke sana!"

Dalam benak Angkasa saat ini hanyalah ingin membuat hidup Tiara tentram dan damai sebisanya dan dengan cara apapun. Meskipun ia sangat ingin menghajar Eddo dan membuat perhitungan tak main-main, tapi ia selalu kalah sebab jika itu dilakukan itu akan menyakiti Tiara. Tidak, ia harus merahasiakan semua ini dan membuat perempuan itu berhenti berhubungan dengan Eddo.

Lamunan Angkasa seketika buyar ketika mobil mewah yang di kendarai Daniel tiba. Pria yang selalu tampil rapih dan wangi itu tampak sigap membukakan pintu untuk bos-nya.

"Bos!"

Angkasa hanya mengangguk membalas sapaan anak buahnya. Setelah masuk, Angkasa langsung melemparkan punggungnya ke sandaran kursi mobil lalu memejamkan matanya sejenak.

"Apa rencana anda selanjutnya Bos?" tanya Daniel sesaat setelah ia menjalankan mobilnya.

"Aku tidak yakin." balas Angkasa masih dengan mata terpejam, " Entahlah Dan, aku bahkan ingin mencekik wanita tadi setiap aku melihatnya. Aku selalu ingat Tiara!"

Daniel paham dengan yang di rasakan bosnya. Pria itu akhirnya memilih diam dan menunggu instruksi selanjutnya.

Mobil semakin melaju dan membelah jalan raya yang padat. Sebelum berangkat bekerja, Angkasa menyempatkan datang ke rumah untuk melihat sang adik. Ia sempat bertemu Eddo yang menyapanya namun seperti biasa, ia mengabaikan.

"Kak Asa, dari mana? Kok baru pulang?" Tiara yang masih sibuk membereskan meja makan melempar senyuman kepada kakaknya.

"Banyak pekerjaan tidak penting akhir-akhir ini. Jadi..."

"Ehem!" Daniel seketika berdehem demi menyadari jika ucapan bosnya mulai menuju ke arah yang membingungkan Tiara. Ia harus segera mengingatkan.

"Aku akan sering lembur beberapa hari. Bagiamana keadaanmu? Obatmu rutin kau minum kan?" ucap Angkasa selanjutnya demi menyadari jika ia nyaris saja terbawa suasana begitu melihat muka Eddo.

Tiara mengangguk dan untungnya tidak menyadari kejanggalan ucapan kakaknya. " Mas Eddo menjagaku dengan sangat baik. Dia tak pernah lupa mengingatkan aku soal obat yang harus aku minum kak!" balasnya sembari tersenyum.

"Hemmm, baguslah!" jawab Angkasa sembari mengusap lembut pipi adiknya namun tatapan matanya tajam melirik Eddo. Membuat pria itu mengernyit tak paham.

Sepeninggal Angkasa, Eddo yang merasakan hawa agak lain dari kakak iparnya berpikir keras. Tapi tentu saja ia tak mungkin membicarakan hal itu kepada istrinya. Takut kalau-kalau istri malah curiga dengan semuanya.

"Kau ingin jalan-jalan?" tanya Eddo ketika mereka tinggal berdua di kamar.

Tiara menggeleng sambil merebahkan kepalanya ke dada Eddo. "Kata dokter aku tidak boleh kelelahan. Aku ingin cepat punya anak mas. Aku ingin lebih banyak waktu bersama mu di rumah!"

Eddo tersenyum kosong. Meski istrinya kini memeluknya, tapi ia benar-benar kepikiran dengan Kanaya yang belum bisa dia hubungi.

"Ada yang tidak beres. Maaf aku belum bisa menelpon mu Naya!"

***

Tiga hari pasca kejadian itu Kanaya masih sulit menghubungi Eddo. Ia menjadi uring-uringan tidak jelas. Prasangka demi prasangka juga semakin berimprovisasi di dalam benaknya. Apakah semua ini terencana? Atau murni karena kesalahpahaman?

Belum terpecahkan satu masalah, pria yang tak ia ketahui namanya itu malah tiba-tiba menelpon dan membuat kepalanya berdenyut.

"Temui aku di XXX!"

Ia akhirnya mengaduk tasnya dan mencari kartu nama yang tempo hari sempat di berikan kepadanya sesaat setelah teleponnya di matikan secara sepihak.

"Jadi namanya Angkasa? Cih, dia benar-benar seorang petinggi perusahaan. Sial!" gumam Kanaya sambil mencibir usai membaca keterangan di kartu nama berwarna biru navy tersebut.

Kanaya kebetulan sedang tidak ingin ke kantor hari ini. Perempuan berusia 25 tahun itu merupakan pemilik sebuah toko bunga yang cukup terkenal . Ia akhirnya menemui Angkasa karena takut dengan ancaman yang akan menyebarluaskan video dan foto tak senonoh itu.

Kanaya tiba di sebuah tempat yang di infokan oleh Angkasa. Ia sontak terkejut ketika ada seorang pria tampan yang tiba-tiba menghadang langkahnya.

"Bos kami sudah menunggu anda. Mari ikuti saya!"

"Bos?" ia mengerutkan keningnya.

"Anda nona Kanaya kan?"

Kanaya semakin mengernyit heran. Darimana pria ini tahu mamanya? Bahkan dia saja tidak kenal siapa orang di depan ini.

"Mari, jangan sampai anda membuat Bos menunggu!"

Kanaya akhirnya berjalan mengekor di belakang pria bertubuh tinggi itu dengan harap-harap cemas. Ia terus berjalan melewati beberapa ruangan berdinding kaca tebal. Restoran mewah itu benar-benar hanya bisa di kunjungi oleh orang-orang berduit tebal.

Langkah terhenti ketika ia melihat pintu besar terbuka. Daniel tampak mempersilahkan Kanaya masuk.

"Silahkan, Bos ada di dalam!"

Meski ragu Kanaya akhirnya masuk. Dan benar saja, di dalam sana ia melihat pria itu sedang sibuk menuang minuman mahal ke dalam cawan kristal.

"Kau sudah datang?" sapa Angkasa tanpa menoleh.

"Langsung saja, apa maumu?" ucapnya sedikit kesal cenderung kasar.

Angkasa seketika menarik seringai tipis dari bibirnya demi mendengar intonasi suara yang terlontar.

"Duduklah, aku sudah memesankan makanan ini untukmu. Kenapa harus terburu-buru. Orang sepertimu pasti belum pernah makan di tempat seperti ini kan?"

Kanaya menahan geram akibat dihina. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat sebab ucapan yang keluar dari mulut pria itu sungguh menyakitkan.

"Aku tidak punya banyak waktu meladeni orang sepertimu. Cepat katakan!"

Angkasa mengeraskan rahangnya ketika mendengar ucapan penuh kesombongan itu. Selingkuhan Eddo ini benar-benar sangat sombong pikirnya.

"Menikah lah denganku!" seru Angkasa dengan mimik wajah yang sukar di definisikan.

DEG

Kanaya berusaha mencari kebenaran dari kalimat ngasal yang terlontar. Ia menatap mata Angkasa yang juga memandangnya tajam.

"Apa kau bilang? Kau gila ya?"

"Tidak, Aku tidak gila. Aku bahkan sangat waras!"

Kanaya ingin tertawa detik itu juga demi lelucon ini namun suara selanjutnya tiba-tiba membuatnya mendelik.

"Aku ingin kau menikah denganku sampai batas waktu yang aku inginkan."

"Apa?" Kanaya makin menatap bingung ke arah Angkasa, ia tertegun dan mencoba mencari tahu apa maksud pria itu.

"Tidak mau. Aku yang dirugikan di sini, kenapa kau malah yang bersikap seperti ini. Anggap saja itu kecelakaan. Aku tidak mau menikah dengan mu. Aku sudah punya kekasih!"

"Benarkah?" sambar Angkasa menyeringai, "Kalau begitu aku akan menyebarluaskan video dan foto kita. Dan kita lihat, apakah keluarga mu akan tahan melihat semua ini?"

DEG

Jelas Kanaya terpojok. Ia seperti kalah telak dengan semua ini. Apa-apaan ini, kenapa dalam sekejap hidup yang semula baik-buruk saja malah menjadi semrawut macam ini?

"Akan aku beri waktu hingga lusa. Ingat, aku tidak main-main, KANAYA!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status