Share

Bab 6. Di keresahan hati

Kanaya mengunci dirinya di kamar. Ia tak menghiraukan gedoran membabi-buta Ibu dan kakaknya. Hatinya di jejali kesesakan akibat kejadian barusan. Bagaimana sekarang? Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia lari dari semua ini?

Ia memang belum pernah memperkenalkan Eddo kepada keluarganya, tapi saat ini ia hanya mencintai satu orang yaitu Eddo, pria yang sudah ia kenal sejak dulu. Dan rencana memperkenalkan Eddo tinggallah rencana. Ayahnya terlanjur berang dengan keterusterangan pria bernama Angkasa itu. Seandainya saja Eddo mau di kenalkan lebih awal, hal seperti ini mungkin tidak akan pernah terjadi.

"Naya, buka pintunya. Kakak perlu bicara!" seru sang kakak dari balik pintu berpelitur.

Tapi air mata Naya semakin menganak sungai. Hatinya sakit terhimpit kenyataan. Malu, sedih, sakit, kecewa. Entah kekecewaan itu ia tujukan kepada siapa. Yang jelas, tidak seharusnya pria bernama Angkasa itu datang ke rumahnya dengan cara seperti ini.

"Sudah Ta. Biarkan adikmu sendiri dulu. Nanti biar Ibu yang bujuk!" tutur sang Ibu dengan wajah murung.

Talita yang muram akhirnya mengangguk mengiyakan. Mereka berdua akhirnya pergi meninggalkan Kanaya yang pasti memerlukan waktu untuk sendiri.

Malam harinya, Talita yang baru pulang bekerja di hadang oleh seseorang yang membuatnya terkejut setengah mati. Namun, pria itu tak lain itu adalah Angkasa.

"Aku ingin berbicara dengan mu!"

***

"Apa yang kau inginkan?" tanya Talita yang akhirnya duduk berhadapan dengan Angkasa di sebuah tempat bernuansa hangat. Meskipun jaraknya terbilang dekat, namun ia masih menjaga jarak aman dengan Angkasa. Pria yang baru ia temui tadi pagi dan membuat suasana di rumahnya berubah total.

"Jabatan mu adalah sekretaris direksi PT. NusaTrans bukan? Oh ya, mega proyek yang mangkir itu ada sangkut pautnya denganmu juga bukan? " kata Angkasa sembari tersenyum penuh arti.

DEG

Talita sontak mengeraskan rahangnya melihat kelicikan yang tersirat. Siapa orang di hadapannya ini sebenarnya? Kenapa dia bisa tahu seluk beluknya hingga ke pekerjaan?

"Tidak usah bertele-tele. Cepat katakan apa yang ingin kau omongkan?" semburnya langsung murka karena sepertinya Angkasa merupakan orang yang berbahaya.

"Santai lah sedikit kakak ipar!"

Maka semakin takut lah Talita saat ini demi mendengar kalimat bernada ironi yang di iringi senyum penuh kelicikan.

"Aku tahu Kanaya pasti tidak mau menikah denganku. Oleh sebab itu..." Angkasa merubah intonasi suaranya menjadi tegas, " Aku mau kau yang harus melakukan sesuatu untukku. Jika tidak, aku bisa membawa orang lain untuk menempati posisi mu di NusaTrans!"

***

Tiga hari ini Irwan benar-benar tak berbicara sama sekali dengan Kanaya. Pria itu stres dan frustasi dengan kejadian memalukan yang telah terjadi. Ia takut kalau aib ini bakal menyebar dan membuat nama keluarganya hancur. Talita pun yang terintimidasi dengan Angkasa akhirnya memprovokasi sang Ayah.

"Yah, menurutku, Kanaya memang harus tetap menikah dengan laki-laki itu. Masih untung laki-laki itu datang kemari untuk mencari. Sebab jika Kanaya sampai hamil dan tidak ada pria yang bertanggungjawab, itu semua akan membuat permasalahan makin panjang!" ucapnya yang berusaha membujuk agar sang Ayah mau menyetujui dan memaksa Kanaya untuk menikah.

" Tapi kita tidak mungkin tiba-tiba menikahkan mereka. Apa kata teman-teman Ayah?" keluh Irwan.

" Angkasa akan mengatur semuanya. Kalian hanya perlu membujuk Kanaya agar mau menikah. Dan kalian juga harus percaya dengannya. Lagipula , mereka tidak akan tinggal di sini setelah menikah. Mereka akan pergi ke perusahaannya yang ada di luar pulau ini. Jadi, kita bisa bebas dari pertanyaan orang!"

Iriana menitikkan air matanya sebab suaranya tak di dengan oleh suami dan anak sulungnya. Ia takut kepada Angkasa sebab pria itu teramat asing bagi mereka.

"Kita tika kenal dengan pria itu. Lalu bagiamana kita bisa percaya? Bagaimana kalau Kanaya akan menderita. Kita tidak tahu pekerjaan laki-laki itu. "tutur Ibu di sela tangisnya.

"Bu, kita tidak perlu kuatir dengan kehidupan Kanaya. Angkasa adalah bos dari beberapa perusahaan. Dia bahkan sudah mentransfer uang padaku untuk perlengkapan Kanaya menikah!"

" Apa, kau serius?" kata sang Ayah yang langsung tertarik demi mendengar kata uang.

Talita mengangguk meyakinkan. " Lima ratus juta, dan itu baru untuk keperluan kecil!"

Maka tersenyumlah sang Ayah demi mendengar hal itu.

" Nikahkan mereka segera. Aku yakin dia bukan orang sembarangan!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status