Angkasa menghela napas terlebih dahulu dan berusaha meyakinkan diri bahwa inilah yang terbaik untuk dirinya terlebih keluarganya.
"Kami....telah melakukan sesuatu hal yang seharusnya baru boleh di lakukan oleh pasangan suami istri!"DUAR!Iriana yang semula hanya diam menyimak, tampak syok begitu mendengar kalimat tersebut."Apa maksud kamu?" teriak Talita yang merupakan kakak kandung Kanaya dan terlihat tidak terima."Sebaiknya, Kanaya juga harus ada di sini. Saya ingin segera membicarakan soal pernikahan ini karena takut kalau..."PLAK!"Kurang aja kamu!""Hey!" kata Daniel yang seketika gusar.Angkasa memberikan kode mata kepada Daniel untuk tenang dan dia tidak apa-apa meskipun di tampar oleh Irwan. Daniel akhirnya mundur. Mereka tidak tahu saja siapa yang barusan mereka tampar."Anda benar-benar terlalu baik bos!" kesal Daniel dalam hati sebab ia benar-benar ingin menghajar Irwan yang telah seenaknya saja menempeleng wajah bosnya."Dengan segala kerendahan hati, kita harus segera membicarakan masalah ini!" sambung Angkasa yang entah bagaimana bisa masih bisa terlihat tenang."Anak kurang ajar, panggil anak itu kemari!" teriak Irwan yang suaranya makin menggema di ruangan. Iriana terisak-isak, sementara Talita lari ke dalam untuk memanggil biang kerok.Talita yang melihat Ayahnya marah langsung berlari. Ia menuju kamar adiknya yang ternyata masih tidur."Naya, Naya bangun!" ucap Lita mengguncang tubuh adiknya yang bergulung selimut."CK, ad apa sih Kak?""Naya ini serius kamu harus bangun. Ada laki-laki datang kemari namanya Asa, dia bilang ke Ayah kalau kalian sudah melakukan hal tidak benar itu!""Hah, hal tidak benar apa?" Naya sontak bangun dengan wajah kebingungan."CK, Duh, buruan kamu keluar dulu deh. Ayah ngamuk!"Ia lanta buru-buru mencuci wajahnya dan berlari segera ke ruang keluarga. Ketika ia datang, ia mendelik demi melihat Angkasa yang sudah ada di rumahnya."Kamu, ngapain kamu ke sini?"Namun sebelum mulut Angkasa menjawab pertanyaan sinis Kanaya, sebuah tamparan rupanya lebih dulu mendarat di pipi Kanaya.PLAK!"Ayah!" teriak sang Istri hendak melerai namun sia-sia."Anak kurang ajar kamu. Begini kekakuan kamu di luaran sana, hah?" maki Irwan yang matanya sudah merah.Angkasa tiba-tiba menjadi kasihan saat melihat wajah mulus Kanaya di tampar oleh Irwan. Pun dengan Daniel."Ayah, kenapa Ayah tiba-tiba tampar Naya?""Lihat ini!" teriak sang Ayah menunjukkan sebuah gambar kepada Kanaya.Air mata Kanaya langsung merembes ketika melihat foto yang kemarin di ancam kan kepadanya, kini ada di genggaman tangan sang Ayah."Kau, kau benar-benar menjebakku!" kata Kanaya menatap geram ke arah Angkasa yang diam misterius."Ayah tidak mau tahu. Kalian harus segera menikah. Ayah tidak mau sampai keluarga kita tercoreng namanya!""Aku sudah punya pacar Yah. Aku tidak kenal sama dia!" tunjuk Kanaya pada Angkasa."Tidak kenal tapi sudah berhubungan badan? Ayah sama sekali tidak percaya sama kamu!"Maka Kanaya tetap pada posisi yang kalah."Aku benci kalian semua. Kalian tidak ada yang pernah mau dengar apa kata Naya!"Di dalam mobil."Apa perlu saya balas orang yang menampar anda tadi Bos?" ucap Daniel sesaat setelah mereka masuk ke dalam mobil."Tidak perlu. Hal ini tidak ada apa-apanya buatku. Yang penting Tiara tetap bahagia!"Angkasa benar-benar nekat kali ini. Ia bahkan mempertahankan nama baiknya andai Irwan sadar siapa dirinya. Tapi sebelum itu semua terjadi, ia akan lebih dulu membawa Kanaya pergi agar rumah tangga adiknya selamat.Kanaya mengunci dirinya di kamar. Ia tak menghiraukan gedoran membabi-buta Ibu dan kakaknya. Hatinya di jejali kesesakan akibat kejadian barusan. Bagaimana sekarang? Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia lari dari semua ini? Ia memang belum pernah memperkenalkan Eddo kepada keluarganya, tapi saat ini ia hanya mencintai satu orang yaitu Eddo, pria yang sudah ia kenal sejak dulu. Dan rencana memperkenalkan Eddo tinggallah rencana. Ayahnya terlanjur berang dengan keterusterangan pria bernama Angkasa itu. Seandainya saja Eddo mau di kenalkan lebih awal, hal seperti ini mungkin tidak akan pernah terjadi."Naya, buka pintunya. Kakak perlu bicara!" seru sang kakak dari balik pintu berpelitur.Tapi air mata Naya semakin menganak sungai. Hatinya sakit terhimpit kenyataan. Malu, sedih, sakit, kecewa. Entah kekecewaan itu ia tujukan kepada siapa. Yang jelas, tidak seharusnya pria bernama Angkasa itu datang ke rumahnya dengan cara seperti ini."Sudah Ta. Biarkan adikmu sendiri dulu. Nanti biar I
Seminggu setelahnya akhirnya Angkasa dan Kanaya akan menikah. Irwan yang mendengar soal Angkasa yang rupanya merupakan orang kaya menjadi terhipnotis. Tak lagi mempermasalahkan soal tindakan amoral mereka beberapa waktu yang lalu. Baginya kebahagiaan selalu berbanding lurus dengan kekayaan. Ia bahkan mengabaikan perkataan istrinya.Sementara itu, sang Ibu tak lagi bisa banyak mendebat karena ia selalu kalah ketika berargumen dengan suaminya. Sedangkan Talita lebih takut karena ia tahu jika Angkasa sepertinya bukan orang sembarangan. Ia memilih cari aman untuk dirinya sendiri dan juga karirnya.Kanaya, dalam balutan gaun cantik yang mahal ia justru diam dengan tatapan kosong cenderung sedih saat pria yang ditugaskan untuk menikahi mereka mulai bersuara. Kata demi kata yang terucap membuat kesedihan di relung hatinya kian bertalu-talu.Hingga beberapa saat kemudian," Apa yang telah di satukan oleh Tuhan, tak dapat di ceraikan oleh manusia!"Ia semakin tenggelam dalam tangisannya ketika
Yeremia, pria yang kini mengemudikan mobil yang di tumpangi Kanaya tampak lebih bisu dan kaku dari pada Daniel. Membuat Kanaya semakin merasa ketakutan. Namun kesunyian itu tak bertahan lama. Mulut Kanaya akhirnya terbuka saat Yeremia mengentikan mobilnya di traffic light."Sebenarnya apa yang kalian rencanakan? Kenapa kamu yang malah bawa saya?" tanya Kanaya ragu-ragu.Yeremia melirik istri bosnya itu dari kaca kecil di depannya. "Rencana apa Bu? Kenapa anda berkata seolah-olah Bapak adalah penjahat? Mungkin saja Bapak ingin membuat anda lebih nyaman dengan sendirian!"Mendengar jawaban yang tak sesuai harapan, Kanaya akhirnya kembali diam saat sorot mata yang ia lihat dari pantulan rear vission mirror di depannya seperti mau menelannya. Ia mencoba membuka ponselnya dan mengetik pesan kepada Eddo untuk membunuh rasa takutnya. Namun seperti yang sudah-sudah, ponsel Eddo hanya centang satu. Pasti kekasihnya itu sedang sibuk."Kamu di mana Do?" ia gelisah dalam hati.Sementara itu, Angk
Kanaya menatap sengit pria bermulut pedas itu. Padahal ia hanya bertanya baik-baik tapi kenapa jawaban yang terlontar sungguh menjengkelkan hati. Kini ia mulai bertanya pada dirinya sendiri, apakah keputusasaannya menikah ini benar?"Kontrak pernikahan? Untuk apa semua ini?" Kanaya semakin terkejut demi membaca kop yang tercetak tebal diatas kertas itu. "Kau ini benar-benar lebih bodoh dari yang ku sangka. Baca!" ia menekankan suaranya di akhir kalimat dengan muka berang.Kanaya sontak shock ketika mendengar dirinya di bentak keras oleh angkasa. Sebenarnya apa maunya pria itu. Tiba-tiba berada di kamar dan menidurinya, setelah itu membocorkan hal memalukan kepada orangtuanya dan memintanya menikah secara mendadak dan paksaan, sekarang malah menunjukkan surat nikah kontrak?" Selain berkelakuan buruk, kau ternyata juga sangat bodoh!"Kanaya dengan muka kesal membuka map itu lalu membacanya. Ia sontak membulatkan matanya demi membaca poin poin tak wajar yang ada di sana."Apa-apaan kau
Angkasa rupanya pergi untuk menemui adiknya tercinta, Tiara. Bagaimanapun juga, pasti fokusnya setelah ini harus terbagi. Tapi itu tidak masalah, yang terpenting ia bisa menghindarkan kemungkinan paling buruk yang bakal di lakukan Eddo dengan mengkudeta Kanaya."Kakak?Kau tidak bekerja?" tanya Tiara tak mengira kakaknya ada di rumah di jam sibuk seperti saat ini. Wanita itu bahkan tidak tahu jika sang kakak baru menikahi seorang wanita."Sepertinya adikku ini sudah lupa kalau aku bosnya di sini!" Tiara tersenyum saat mendengar kakaknya berkelakar. Sejurus kemudian pria itu maju dan memeriksa laci kamar adiknya."Sudah waktunya kontrol. Apa suami mu tidak mengecek?" kata Angkasa melihat ke kalender di meja adiknya.Tiara sedikit kelabakan karena Eddo mengatakan jika dua hari akan pergi ke luar kota. Dan dia takut jika kakaknya akan marah bila mengetahui hal tersebut."Dia masih sibuk. Tapi tenang saja kak, aku bisa pergi bersama Bibi Wahyu!""Pergi, kemana?" air muka sang kakak sudah b
Kanaya lekas bangkit dan membuka pintu guna memuaskan keingintahuan.CEKLEK!"Salam kenal Bu Kanaya, saya Daruha, pelayan di rumah ini. Monggo kalau mau makan, sudah siap semuanya di meja makan!"Kanaya mengangguk setengah melolong karena tak menyangka. Rupanya ada wanita juga di rumah ini. Tadinya dia pikir rumah ini hanya di tempati para laki-laki itu saja."Jangan panggil saya Bu, itu... terdengar terlalu tua! Panggil saja saya Naya!" tukasnya mencoba mengakrabkan diri."Maaf Bu, tapi itu sudah peraturannya. Kalau begitu, saya permisi!"Kanaya langsung menghela napas panjang. Baru saja dia merasa senang karena bakal memiliki teman, eh ernyata dia salah menilai. Tentu saja, Daruha kan orangnya Angkasa. Pasti semua orang sudah di doktrin di sini.Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul. Tentang bagiamana dengan toko bunga miliknya? Apa dia minta izin saja pada Angkasa untuk tetap bekerja? Atau, ia mungkin ia juga harus berusaha membuat Angkasa menceraikannya dengan bersikap yang pria itu t
Angkasa memiliki beberapa sumber kekayaan yang berasal dari perusahaan yang sejak dulu sudah dimiliki oleh keluarganya berupa beberapa lahan perkebunan, perikanan, perusahaan manufaktur, dan yang terbaru ia merintis sendiri sebuah perusahaan pengembang properti. Mulai dari membangun apartment, jembatan, jalan tol, hingga bangunan milik pemerintah.Angkasa pernah terlempar di titik nadir ketika di tinggal oleh kedua orangtuanya. Ia bahkan pernah di kecewakan orang dan mengkhianatinya habis-habisan ketika jatuh. Dan dengan susah payah ia kembali merayap, membangun dan mempertahan kebanggaan keluarganya itu. Dan setelah Tiara menikah dengan Eddo, ia memang sengaja memberikan jabatan yang tinggi kepada Eddo di perusahannya sendiri dan tak ingin membiarkan orang baru mengutak-atik perusahan milik keluarganya. Ia cukup selektif memilih orang di perusahaan milik keluarganya.Mobil ia lajukan sendiri menuju kantornya. Ia lantas bergegas memanggil Sarah, staff kepercayaannya untuk mengklarifik
Angkasa malah terkekeh saat melihat wajah serius Daniel ketika berbicara kepadanya. Pria itu malah mirip seperti bapak-bapak yang menasihati seorang anak yang berkelakuan bengal."Kenapa kau malah jadi seperti ini Dan? Kerasukan atau bagiamana?" Angkasa menggeleng."Saya serius Bos. Saat kita menggenggam pasir terlalu erat, maka pasir itu justru akan keluar dan hanya menyisakan sedikit di tangan. Dan sebaliknya anda pasti paham ucapan saya!"Angkasa memandang lekat-lekat pria yang sudah seperti adik, sahabat, teman itu dengan perasaan lain. Baru kali ini Daniel berbicara benar."Akan aku pikirkan!""Tidak usah di pikir. Lakukan saja Boss. Ah elah!" keluh Daniel hanya berani dalam hati."Baik Bos. Maaf, tadi, Bos mau membicarakan apa?" Daniel mengganti topik pembicaraan.Angkasa terlihat menggerus ujung rokok sebelum menjawab,"Aku mau kau menyadap ponsel perempuan itu. Terserah bagiamana caranya. Yang penting kita bisa tahu dengan siapa saja dia berkomunikasi. Sepertinya dia dan Eddo me