Share

Bab 4. Malapetaka

Eddo baru bisa menemui Kanaya malam hari dimana pagi harinya Kanaya bertemu dengan Angkasa. Ia harus bisa mencari waktu yang pas agar semua berjalan lancar tanpa ada kecurigaan dari kedua belah pihak. Apalagi, Kanaya juga tidak tahu kalau Eddo sebenarnya sudah menikah.

Eddo menikahi Tiara yang penyakitan karena desakan ekonomi. Ia juga ingin membantu Kanaya melebarkan sayap bisnisnya dengan posisi yang ia miliki saat ini karena telah menjadi bagian dari keluarga Wijaya.

"Nay, maaf malam itu aku harus ninggalin kamu sendirian di kamar karena asistenku nelpon mendadak. " kata Eddo berbohong. Ia tak mau mengatakan yang sejujurnya karena ini bisa membuat Kanaya gelisah.

"Iya nggak apa-apa." jawabnya dengan pikiran yang berkelana kepada ucapan Angkasa tadi pagi. Ia terpaksa tak jujur sebab takut akan penilaian Eddo kepadanya.

"Oh ya, Kamu pulang sama siapa? Sory banget ya Nay, waktu itu, aku harus pulang karena ada pekerjaan mendadak. Kamu mabuk dan aku terpaksa ninggalin kamu di kamar hotel. Aku takut orang tua kamu marah kalau tahu kamu pulang dalam keadaan mabuk!"tutur Eddo muram.

Tapi dari sederet penjelasan panjang Eddo, Kanaya justru hanya notice dengan satu hal.

"Do, kamu yakin ninggalin aku di kamar hotel 233?" tanya Kanaya ragu-ragu.

Membuat Eddo mengerutkan kening." Yakin lah, memangnya kenapa?"

Kanaya seketika menggeleng menepis keraguan. Pasalnya ia ingat betul jika kamar yang ia huni adalah kamar nomor 321. Kamar yang hanya di huni oleh orang kelas atas. Tapi ia tidak boleh mengatakan hal ini. Ia tidak mau bila Eddo tahu soal dirinya yang bermalam dengan pria asing.

"Nay, kenapa malah diam? Aku benar-benar minta maaf!" Eddo memegang tangan Kanaya dan takut kalau kekasih gelapnya itu marah.

"Enggak apa-apa Do. Aku, cuman akan sibuk akhir-akhir ini. Aku juga minta maaf sama kamu kalau aku sempat berpikiran buruk sama kamu. Dan, makasih ya. Kamu banyak banget transfer aku uang. Yang kemarin saja masih utuh Do. Aku belum butuh- butuh banget!"

"Ga apa-apa. Lagipula, itu biar kamu bisa beli yang kamu mau. Ya, kamu tahu kan aku jarang bisa nyempetin waktu buat kamu semenjak aku pegang perusahaan!"

Kanaya sungguh tak berani bercerita jika 'keadaannya' kini sudah berbeda karena ia berpikir jika kesuciannya telah renggut oleh pria itu. Meski sebenarnya ia tak yakin akan ucapan pria itu sebab ia tak merasakan apapun, tapi ia sungguh takut kalau Eddo akan tahu jika dirinya bermalam dengan pria lain. Foto itu sungguh menjadi ancaman buatnya.

"Kamu terlihat pucat. Kamu sakit?"

Kanaya menggeleng. "Aku nggak apa-apa. Oh ya, kamu mau pulang sekarang? Ini ada kue buat kamu. Di makan ya?"

Eddo tersenyum senang ketika menerima makanan yang di masak sendiri oleh Kanaya. Inilah yang dia suka dari Kanaya. Wanita itu mandiri dan pandai memasak dan membuat apapun.

"Aku pulang dulu ya. Banyak laporan yang belum aku cek!"

Naya akhirnya berpisah dengan Eddo. Dan semua hal itu di lihat oleh Daniel yang langsung melaporkannya kepada Angkasa.

BRAK!

Angkasa menggebrak meja sebab murka ketika menerima laporan bahwa Eddo kembali datang menemui wanita itu. Sepertinya ia harus bergerak cepat.

Beberapa waktu kemudian, ia langsung turun ke bawah dan menghadang langkah Eddo yang terkejut bukan main demi melihat kakak iparnya tiba-tiba berdiri menyambutnya di jam selarut itu.

"Kakak, ke-kenapa ada di sini malam-malam begini?" tanya Eddo dengan terbata-bata.

Tapi Angkasa langsung merangsek maju mendekat ke arah Eddo.

"Kalau sedikit saja adikku kau lukai. Aku tidak akan segan-segan akan melenyapkan mu!"

Eddo sampai terhuyung usai di dorong kuat oleh angkasa. Ia sontak ketakutan. Eddo seketika tercenung sesaat setelah deru mobil mulai menjauh. Apa maksud ucapan kakaknya barusan ?

Menyakiti?

"Apa dia tahu soal Kanaya?" gumam Eddo sembari berpikir, " Ah tidak mungkin. Dia orang sibuk dan aku menemui Kanaya sangat jarang. Tidak, pasti karena aku sering pulang larut makanya dia berkata seperti itu. Sial, sakit sekali leherku!"

Keesokan harinya, Angkasa yang tak sabar akhirnya mendatangi kediaman Kanaya. Jangan di tanya dari mana dia mendapatkan alamat Kanaya. Uang selalu bisa memangkas birokrasi rumit yang menyusahkan.

"Aku ingin bertemu dengan Irwan!"

Wanita yang di sinyalir merupakan pembantu di keluarga Kanaya itu langsung undur diri dari hadapan Angkasa. Beberapa saat kemudian, datang seorang laki-laki yang rambutnya sudah di tumbuhi uban bersama seorang wanita yang mungkin istrinya dan seorang perempuan lagi berambut pendek yang usianya mungkin hampir sama dengan Angkasa.

"Maaf, siapa anda, dan ada keperluan apa?"

Angkasa seketika membalikkan badannya, " Kenalkan. Saya Asa!" jawabnya yang malah mengucapkan nama asli.

Irwan menjabat tangan Angkasa meskipun ia tak mengenali laki-laki itu. Daniel terlihat diam di belakang bosnya dan mengamati setiap gerak-gerik keluarga Kanaya. Meskipun ia sedikit takut karena kenapa angkasa tidak mengucapkan nama samaran saja.

"Sebelumya saya meminta maaf. Tapi hal ini harus segera saya bicarakan. Apakah, Kanaya tidak menceritakan hal ini kepada anda?"

"Soal apa?"

Ketiga orang itu makin bingung.

" Saya sudah lama menjalin hubungan dengan anak anda. Dan...saya harus segera mempertanggungjawabkan perbuatan saya karena saya dan Kanaya..."

" Mempertanggungjawabkan? Memangnya apa yang kalian lakukan?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status