Malam harinya.Kinara baru saja hendak menutup toko kue miliknya. Namun berhasil dikejutkan dengan kedatangan Arka yang secara tiba-tiba berada di sampingnya."Astaga Arka! kenapa mengagetkanku seperti ini!?" Kinara beberapa kali terlihat mengelus dada."Biar aku saja yang tutup tokonya! kamu pergi siap-siap!" ucap Arka merebut rolling door yang hendak di tarik oleh Kinara."Makan malamnya sekarang?" tanya Kinara polos, membuat Arka seketika menoleh ke arahnya."Ya iya! emangnya kapan? besok!? Kamu nggak lihat aku udah rapi begini!?" Arka terlihat begitu kesal dengan Kinara yang berpura-pura lupa dengan ajakan makan malamnya."Harus dandan ya? begini aja boleh nggak?""Nggak-nggak! aku udah ganteng begini, masak kamu ucel-ucelan begitu!" Arka mendorong tubuh Kinara agar segera memasuki tokonya.Kinara dengan terpaksa menuruti perintah Arka yang menyuruhnya untuk berdandan.Seperempat jam kemudian.Kinara keluar dengan mengenakan dress merah muda selutut, dengan rambutnya yang tergerai
"Kamu tidak apa-apa? minumlah dulu!" Arka dengan cepat menepuk punggung Kinara yang tengah tersedak. Kinara mencoba mengatur nafasnya yang tersengal. Sementara Arka dengan sabar menunggu Kinara hingga merasa baikan."Ra! Menikahlah denganku!" Arka mengulang kembali kalimatnya, agar Kinara bisa mendengar pernyataan cintanya dengan baik. Namun tidak sesuai harapan, Kinara hanya tertunduk, terdiam, telinganya seakan tuli."Kinara?" Arka kembali memastikan jika Kinara telah mendengar ucapannya."Arka! aku minta maaf. Sepertinya aku tidak bisa," ucap Kinara lirih, menatap manik hitam pekat yang tengah berhadapan dengannya. Arka membeku seketika, benarkah apa yang didengarnya saat ini? apakah ini sebuah penolakan yang diucapkan Kinara padanya?"Kenapa Ra?" tanya Arka lirih, lirih sekali, hingga Kinara hampir tak mendengarnya. Tubuhnya terasa bergetar begitu hebat, ada gejolak dalam hati yang terus meronta. Kenapa harus seperti ini? apakah dirinya tidak pantas mendapatkan cinta sejati untuk
Arka tidak henti-hentinya menyemangati diri sendiri.Sementara itu, kelap-kelip bintang di langit yang tadinya menyinari gelapnya malam, secara tiba-tiba tertutup awan pekat, angin pun bertiup cukup kencang, membuat balon-balon di sekeliling mereka beterbangan tanpa arah. Gerimis pun mulai menghujani mereka. Dengan sigap, Arka bergegas menggendong Nathan untuk berteduh di bawah tangga, diikuti Kinara yang berlari di belakang sembari menenteng troller."Apa Nathan tidak apa-apa?" ucap Kinara panik, memastikan kondisi sang putra yang masih berada dalam dekapan Arka. Kinara begitu khawatir karena tidak mendengar suara dari sang putra. Namun ternyata, Nathan tertidur pulas dalam pelukan Arka, membuat Kinara bernafas lega."Hahaha .. apa cara Nathan tidur itu turunan darimu?" ejek Arka ketika mulut Nathan yang tertidur lelap mengeluarkan air liur, dan mendengkur cukup keras, tidak seperti bayi pada umumnya."Mana ada! aku tidur seperti putri tidur dalam dongeng, cantik sekali." Kinara seak
"Sudahlah! pompa saja dulu! aku akan memikirkan caranya, kamu temani Kinara! aku akan pergi keluar sebentar," ucap Arka melangkah pergi dengan tangan yang terus memijat kening.Sementara Risa tidak berhenti menatap Kinara yang saat ini tengah berhadapan dengannya. Dirinya begitu terkejut ketika mengetahui hubungan Kinara dengan atasannya, Arka. Bahkan Kinara tidak segan untuk memukul atau mencubit Arka di depannya. Padahal yang dia tahu, Arka adalah sosok yang begitu menyeramkan di kantor, dirinya tidak segan untuk segera memecat karyawan yang melakukan kesalahan sekecil apapun. Menuntut semua pekerjanya untuk melakukan semua tugas darinya dengan sempurna. Seperti seorang perfeksionis. Dirinya bersikap begitu angkuh, dingin, dan keras. Namun hal itu tidak menenggelamkan sosok gagah berwibawa, dengan aura yang terpancar, begitu menyilaukan darinya."Mbak?" Kinara melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Risa yang hampir tidak berkedip memandangi Kinara. Risa bahkan hampir tidak meng
Kinara mendorong paksa tubuh Arka yang tengah berbaring di sampingnya dengan kasar."Pergi!" Kinara melayangkan tatapan nyalang pada Arka yang terdiam di sampingnya."Kamu bilang boleh tidur di sini? Kenapa sekarang aku diusir?""Hey, Pak Arka, apakah Anda ini tidak mengerti bahasa manusia?" ejek Kinara, dengan tatapan sinis yang dilayangkan pada Arka."Tidak, aku ini dari planet mars, apakah kamu bisa berbicara dengan bahasa planet mars, makhluk bumi?" Arka berbalik mengejek Kinara, dengan nada bicara yang dibuat-buat seperti robot, membuat Kinara tertawa lepas sembari memukulkan bantal pada Arka yang berusaha menghindar.Tok! Tok! Tok!"Pak Arka, ini saya, Risa. Apakah saya boleh masuk?" Terdengar suara seorang wanita yang baru saja mengetuk pintu ruangan pribadi Arka."Masuklah!" Arka berdiri, lalu berjalan kembali menuju sofa panjangnya yang berwarna merah. Perlahan pintu mulai terbuka, nampak seorang wanita cantik keluar dari sana. Dengan tangannya yang membawa sekantung kresek h
Keesokan harinya, waktu telah menunjukkan pukul delapan pagi, namun dua sejoli yang semalam ketiduran itu, tak kunjung menampakkan tanda-tanda dirinya akan bangun dari tidur lelapnya.Sementara Nathan yang telah terbangun lebih dulu, merangkak menghampiri Arka yang terbaring di sampingnya, menindih dada Arka dengan tubuh kecilnya, dan meneteskan air liur ke wajah Arka, hingga membuatnya terbangun."Kenapa basah? Apa atapnya bocor?" ucap Arka lirih, dengan mata yang masih enggan untuk terbuka. Nathan menepuk-nepuk pipi Arka dengan keras, membuat Arka begitu terkejut."Aduh! Apa sih ini?" Arka membuka sedikit matanya yang masih terasa berat. Terlihat Nathan yang tersenyum di depan wajahnya, membuat Arka tertawa kecil."Astaga, ternyata ini air liurmu?" Arka mengusap wajahnya yang terasa basah.Kinara yang baru terbangun dari tidur lelapnya, begitu tersentak melihat Nathan yang sudah merangkak sampai di atas dada Arka."Astaga, Nathan!" Kinara bergegas mengambil Nathan yang masih menepuk
"Kinara," ucap Arka lirih, sembari membalik tubuh Kinara menghadapnya. Namun, seketika pintu dengan cepat terbuka, membuat Kinara dan Arka terkejut, nampak Risa yang tengah tergopoh-gopoh hendak menghampiri Kinara."Maaf, Mbak Kinara, tadi saya harus ...." Ucapan Risa terhenti begitu melihat Arka yang telah berada di ruangannya, yang kini telah berdiri berhadapan dengan Kinara.'Astaga! Pak Arka, sudah ada di sini. Apa yang harus ku lakukan?' batin Risa dengan raut kecemasan terpampang di wajahnya."Ma-maaf jika saya mengganggu, silakan dilanjutkan!" Risa dengan cepat kembali menutup pintu dan berlari menjauh, melihat tatapan Arka yang begitu nyalang terhadapnya, membuat bulu kuduknya seketika berdiri tegak."Eh? Mbak Risa! Tunggu dulu, ini tidak seperti bayanganmu," teriak Kinara ketika Risa dengan cepat kembali menutup pintu ruangan pribadi milik Arka."Sudahlah, biarkan saja dia berimajinasi dengan pikirannya sendiri. Ini! Aku membeli popok bayi dan makanan instan, sebenarnya mau m
Kinara begitu antusias ketika Arka menyetujui permintaannya untuk pergi ke food court hari ini. Dirinya tidak bisa membayangkan apa saja yang akan di belinya nanti. Kinara benar-benar berencana untuk membuat dompet calon suaminya jebol."Astaga, antusias sekali, ya sudah, ayo!" Arka mengacak rambut Kinara, membuat Kinara mengerucutkan bibirnya."Tck! Arka! Katanya mau pergi? Kalau begini aku harus merapikannya lagi," keluh Kinara, membenarkan posisi rambutnya yang berantakan."Udah, tidak perlu, begitu juga sudah cantik kok." Arka menggendong Nathan untuk memasukkannya ke dalam stroller, setelah itu dengan cepat menarik lengan Kinara agar segera mengikutinya. Arka memasuki mobilnya, di ikuti Kinara yang masih sibuk membenahi posisi rambutnya dengan sisir kecil."Astaga, Kinara, itu sudah rapi," ucap Arka frustasi dengan wajah Kinara yang semakin cemberut. Namun Kinara yang merasa kesal tidak berniat sedikit pun untuk menyahut ucapan Arka. Dirinya diam membisu di sebelah Arka yang tela