Nila mulai memindahkan sepatu Zanna untuk dibersihkan secepat mungkin di kamar mandi. Setelah itu—sekitar sepuluh menit berlalu—dia meletakkan bangku kecil di lantai, kemudian membiarkan kaki Zanna berada di atas pahanya yang dilapisi handuk hitam kecil.Kaki jenjang putih nan mulus itu dia bersihkan dengan sangat hati-hati karena Zanna memberi peringatan. Nila juga takut ditendang jika sampai melakukan kesalahan.Perempuan yang pernah menjadi kakak ipar Nila tersenyum miring. Dia senang mengerjai gadis itu setelah selama ini selalu mem-bully dirinya. Sebenarnya dia sengaja menginjakkan kaki ke tanah yang basah karena sebelum pulang tadi, hujan deras sempat mengguyur."Emang pekuburan mana yang sebecek ini, Mbak?""Aku nggak nyuruh kamu buat nanya. Cepat bersihin!"Wajah ketus Zanna akan selalu Nila ingat. Ketika gadis itu berhasil menikahi lelaki kaya, maka dia akan membalas semuanya. Meskipun tahu bahwa Zanna banyak berubah karena kesalahan di masa lalu. Nila menyadari itu, tetapi t
"Digadai?!" Bu Tika dan Nila tersentak bersamaan.Zanna mengulum senyum. Hujan di luar sana masih begitu deras mengguyur bumi. Kilatan cahaya disertai suara gemuruh menciutkan nyali apabila ingin keluar.Ibu dan anak itu saling pandang, tenggelam dalam pikiran kacau. Mereka tidak menduga kalau Dimas akan menggadaikan ibu dan adiknya demi mendapatkan sejumlah uang untuk Sandra. Bagaimana jika pada akhirnya perempuan itu meninggal dunia?Tidak ada keuntungan besar dalam upaya menyelamatkan Sandra selain penantian anak yang akan dilahirkan. Namun, prematur adalah masalah besar. Terkadang beberapa bayi bisa tumbuh sehat, sebagian lainnya justru menghabiskan hidup di ruang perawatan."Berapa nominal yang Dimas ambil, Za?""Kurang tahu, Kak Alyssa yang mengurusnya. Miskin banget ya sampai nggak punya malu minjem duit sama mantan istri yang dulu dianggap babu. Sekarang hidup kalian ada di tanganku!""Menggigit tangan yang dulu memberimu makan itu keterlaluan, Za!""Kami bukan boneka, Mbak!"
"Bayinya sudah lahir, kecil banget jadi harus menjalani perawatan dulu. Sandra dia ...."Zanna menatap dalam pada kakaknya. "Sandra kenapa, Kak?""Dia koma. Kecil kemungkinan bisa diselamatkan, tapi kata dokter, menunggu keajaiban."Setelah itu, Alyssa langsung pergi ke kamarnya. Tadi malam dia menghabiskan malam bersama teman-temannya karena merasa bosan jika terus menunggu di rumah sakit. Bukankah mereka tidak memiliki hubungan apa-apa selain karena dendam?Zanna pun memilih cuek. Hari ini dia harus menemui Akmal karena ada hal penting terkait pernikahannya yang akan digelar dalam waktu dekat. Perihal Sandra bisa hidup lagi atau tidak, bukan urusan Zanna. Namun, untuk anak itu ... semoga baik-baik saja.Anak itu selalu lahir dalam keadaan suci sekalipun berasal dari perbuatan salah orang tuanya. Kalau boleh memilih, maka mereka pun pasti ingin lahir dari pasangan yang patuh pada norma kehidupan serta agama.Sementara itu, Bu Tika kembali ke dapur setelah kepergian Zanna. Minimal dia
"Akmal Atharrayhan, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak perempuan saya, Zanna Amani Zaroun dengan mas kawin seperangkat alat salat dan uang tunai seratus juta rupiah dibayar tunai!""Saya terima nikah dan kawinnya Zanna Amani Zaroun binti Arsenio Zaroun dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" Akmal mengucap qabul dengan suara lantang, debar di dada seperti genderang penambah rasa gugup yang kian menjadi."Bagaimana saksi?""Sah!""Sah!" sorak para tamu undangan mengikuti ucapan saksi utama pernikahan itu."Alhamdulillah."Setelah serangkaian doa terucap dari semua tamu undangan di acara sakral itu, kedua pengantin menandatangani berkas yang telah disediakan oleh penghulu, tanda bahwa mereka telah resmi menjadi pasangan halal.Acara sakral itu sengaja dilakukan di rumah Zanna sesuai permintaannya, padahal dua pekan lalu Akmal bilang akan menyiapkan dengan mewah di salah satu hotel berbintang. Namun, menurut Zanna lagi, asal pernikahan itu sah, di mana pun dia tetap sen
Sandra sudah diperbolehkan pulang ke rumah meskipun tetap dilarang melakukan pekerjaan berat. Perempuan itu menghabiskan waktu di dalam kamar, sesekali menjemur diri di luar, pun hanya satu jam. Bayi mereka selamat, tetapi nutrisi harus tetap dipenuhi. Satu keuntungan bagi Dimas adalah ASI Sandra yang banyak.Semua pekerjaan rumah mulai dari memasak, menyapu, mencuci dilakukan oleh Dimas. Bahkan kerapkali mengepel kamar karena Sandra memberi perintah dengan alasan anak mereka bisa terinfeksi virus apabila ada debu sedikit pun. Demi sang anak, Dimas rela melakukan apa saja.Terkait pinjaman online yang dilakukan teman atas namanya itu masih menjadi masalah besar. Dimas belum menemukan solusi setelah mencoba memikirkan jalan keluar. Sementara nominal yang dipinjam mencapai lima belas juta. Dimas menghela napas berat setiap kali mengingat utang yang tidak pernah dia pinjam.Terlintas dalam benak untuk menjadi pengemis di lampu merah. Akan tetapi, Dimas khawatir rekan kerjanya dulu akan m
"Mas, kamu marah sama aku karena ada suaminya Vita?" Sandra menyusul Dimas ke kamar ketika Gunawan sudah pulang.Sejak tadi Dimas memilih diam dan Sandra menjadikan situasi itu sebagai kesempatan. Dengan gesit, dia duduk di samping Dimas yang sedang memegang tangan kecil Xavier."Kamu cemburu?""Nggak. Dia kan punya istri, gak mungkin lah goda istri orang."Nyes! Jawaban dari Dimas terdengar sarkas di telinga Sandra. Dia merasa tersindir karena telah memiliki suami, tetapi masih bermain api bahkan dengan lelaki beristri pula. Namun, mereka sudah terlalu jauh dan Sandra merasa sulit untuk kembali."Iyalah, Mas. Mas Gun itu istrinya cantik. Kamu belum pernah ketemu sama Vita, kan? Kata Mas Gun, nanti Vita dibawa ke sini nanti."Lagi, tidak ada jawaban karena Dimas sedang mencoba mengontrol emosi. Suami mana yang tidak marah dan cemburu melihat istrinya tertawa bersama lelaki lain, sedangkan saat berdua justru lebih banyak marah. Dimas sudah berusaha sabar serta memberikan yang terbaik u
"Mbak Za!" panggil Nila yang baru pulang dari ketemuan. Sekarang dia sudah resmi pacaran dengan Falen, sepupu jauh Akmal. Zanna yang berdiri di anak tangga ke tiga menghentikan langkah kakinya, kemudian menoleh. "Kenapa?" "Udah denger kabar baru belum?" "Kabar apa?" Nila pun menceritakan pada Zanna bahwa tadi dia bertemu Dimas di jalan lantas menceritakan bahwa pernikahannya dengan Sandra telah kandas. Sekarang Dimas tinggal di rumah sendirian tanpa ponsel ataupun televisi. Seperti di zaman dahulu, terutama karena para tetangga mulai cuek padanya semenjak menikah lagi. Kemalangan yang berduyun-duyun menghampiri semua Nila ceritakan pada Zanna dengan raut wajah bahagia. Dia berbalik melawan kakak sendiri karena takut diputuskan oleh Falen. Nila juga memberitahu Zanna bahwa untuk makan pun, Dimas harus berpikir dua kali. Hidup dalam kemalangan seharusnya membuat Zanna bersorak pada dunia. Namun, wanita itu masih memasang air muka datar. "Dimas siapa yang kamu bicarakan?" "Loh, Mba
"Kenapa nyari aku, Za?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Gunawan. Tentu saja dia gugup karena tahu bahwa Vita dan wanita di hadapannya saling mengenal. Poin utama adalah Sandra telah merusak rumah tangganya."Atha sudah meninggal, jadi aku mau ketemu langsung sama kamu. Nggak usah gugup, aku ke sini sendirian.""Lalu?""Bayi Sandra dirawat oleh Vita, itu berarti dia nggak bebas ke mana-mana lagi. Anak hasil perbuatan kotormu dijaga istri sah. Menakjubkan!" Zanna menepuk tangan tiga kali dengan tatapan yang sulit diartikan.Gunawan semakin tidak tenang, dia mengepalkan kedua tangan. Namun, siapa yang berani memukul Zanna terlebih saat melihat dua bodyguard-nya? Gunawan hanya bisa menggerutu di dalam hati sebagai luapan amarah."Ayo, aku harus ketemu Sandra." Zanna melirik jam tangannya. "Masih ada waktu kurang dari dua jam, bilang aja sama Vita kalau kamu lembur.""Kenapa mau ketemu Sandra?""Dia abis melahirkan, tentu aku harus ngasih ucapan selamat, 'kan?"Gunawan mendesah pelan,