Share

Memendam Luka

Tanpa berpikir panjang, segera kujawab telepon dari Mama.

"Assalamualaikum, Mah."

"Waalaikum salam! Nduk, Ichsan kambuh." Tersirat kepanikan dalam nada bicara Mama.

"Lho, kok bisa, Mah?"

"Bangun tidur, langsung ndak ngerespon. Diajak ngomong diem aja. Mama bingung harus gimana."

"Sejak kapan Mas Ichsan di sana, Ma?"

"Sudah dua hari," jawab Mama lirih. Pasti saat ini beliau sedang begitu sedih.

"Nggak papa, Ma. Mungkin sedang nggak stabil. Selama dia tenang dan nggak bertindak arogan, biarin aja."

Aku menghela napas, lalu mengusap perut yang sepertinya tak henti bergerak. Mungkin si kecil juga khawatir mendengar kabar tentang Ayahnya. 

Ayah yang masih meragukan keberadaannya.

Setahun terakhir kondisi Mas Ichsan sudah stabil. Kami sepakat menggunakan obat berupa suntikan setiap tiga bulan sekali. Menurut dokter yang menangani, selama masih mendapat suntikan tersebut secara rutin, suamiku tetap dalam kondisi stabi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status