Selamat membaca!*****"Iya, Pak! Dia istri saya," ucap Yuta sungguh-sungguh, membuat Hasna terperangah, serta merta ia dipaksa Yuta keluar dari jok mobil, menarik tangannya ke bagian samping area kafe.Hasna menyentak hingga pegangan Yuta terlepas, akibatnya tubuh wanita itu oleng, dia kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjerembap ke tanah, tapi Yuta merengkuh pinggangnya, tatapan mereka bertemu sesaat sebelum Hasna terkejut lantas buru-buru berdiri tegak.Dua kali ia hampir mencelakai Alya hari ini, dia mendekap erat putrinya. Lantas netranya beralih menatap Yuta, pria berkulit putih itu hanya menatap Hasna dengan perasaan lega, lega karena berhasil menahan wanita itu pergi."Apa yang Anda inginkan? Jangan berbuat aneh seperti tadi! Saya bukan istri Anda!" Hasna menekan kata terakhirnya, wajahnya menyiratkan kekesalan. Yuta membuang muka, menyembunyikan senyum terkulumnya dari Hasna, tak ingin wanita itu semakin marah dan pergi lagi."Oke, tidak masalah kalau kamu tidak mau me
Selamat membaca!*****Sesampainya di rumah, Hasna langsung menyuapi Alya bubur, anak itu makan dengan lahap, setelahnya Hasna menyusuinya, lantas menidurkan dalam box bayi, tak perlu waktu lama, Alya sudah terlelap.Gegas ia membersihkan diri, lantas bersiap-siap, ia akan pergi dengan Puspa dan Arya melayat ke rumah Prasetya. Sepuluh menit kemudian wanita itu telah rapi dengan abaya hitam dan hijab berwarna senada, gegas ia ke luar kamar, jam dinding sudah menunjuk angka tiga sore."Bi! Bi Marni!" panggilnya. Dari arah dapur Bi Marni keluar, dengan tergopoh ia menghampiri Hasna."Bi, saya titip Alya, ya. Ayah teman meninggal, Hasna mau melayat ke sana, nanti kalau dia bangun, kasihkan ASI di dalam kulkas! Saya pamit ya, Bi!" serunya, Bi Marni mengangguk paham, setelahnya Hasna berlalu keluar.Tepat saat ia mengeluarkan mobil, bunyi klakson dari mobil Arya mengagetkannya. dia mengangguk sepintas kala Puspa melambaikan tangan, setelahnya ia masuk ke dalam BMW hitam itu, lantas melajuk
Selamat membaca!*****Satu minggu berlalu, setelah meminta petunjuk kepada Allah dengan shalat Istikharah selama 3 malam berturut-turut, Hasna kini yakin untuk memenuhi janji menerima lamaran terakhir Prasetya. Malam itu, Yuta mengirikan pesan padanya.[Apa kamu yakin ingin menepati janji itu?] tanyanya.[Ya,] balas Hasna singkat, ia tak mau memperpanjang interaksi dengan pria itu, tqkut menimbulkan syahwat dan membawa mereka kepada zina hati.[Tidak, bukan itu maksudku,] jawabnya lagi.[Lantas?] Hasna mengernyit heran, kenapa dengan lelaki ini.[Apa kamu merasa terpaksa karena terikat janji dengan almarhum papa?] tanyanya setelah hening beberapa saat. Hasna menarik napas dalam membaca pesan lelaki yang menghiasi mimpinya tiga malam ini, mendadak ia merasa bahwa pria ini tengah ragu dengan pernikahan mereka.[Apa maksudmu? Jika kau tidak mau, kita bisa batalkan. Aku juga tidak mau terkesan memaksamu menikah,] tulis Hasna emosional. Dia malu dengan dirinya sendiri, mungkin saja Yuta t
Selamat membaca!*****"Kembalikan ponselku, Jalang!" teriaknya, tapi Hasna hanya membalas dengan senyum miring, ia mengangkat tinggi-tinggi ponsel berlogo Apple itu, sekali hantam benda pipih tersebut hancur berkeping-keping. Siska kalap, dengan langkah tergesa ia maju menerjang Hasna.Argh! Erang Siska saat tubuhnya tersungkur ke tanah akibat dorongan Hasna, Toha maju hendak melindungi istri mudanya, tetapi langkahnya di tahan Yuta dengan menarik kerah baju bagian belakang pria itu. Siska memungut serpihan ponselnya, dia menatap Hasna berang."Kau harus mengganti ponselku, atau ....""Atau apa?""Atau kubongkar hubungan kalian pada publik!" teriaknya. Hasna tersenyum miring, ia mendekat menyorot netra Siska tajam."Lakukan sesukamu," ucapnya, kemudian mendekat pada telinga perempuan itu, "Aku akan menikah," bisiknya kemudian menarik diri. Senyum puas terpatri di wajahnya kala melihat wajah Siska menegang."Pak Mahmud!" panggil Hasna."Iya, Neng,""Usir mereka! Lain kali jangan dibi
Selamat membaca! Jangan lupa tahan napas!*****Setelah Siska berlalu dari ruangan itu, Puspa menghampiri Hasna lantas duduk di sampingnya, ia menatap iba sahabatnya."Kasihan kamu, Has. Banyak sekali ujian yang harus kamu hadapi," ucap Puspa mengelus lembut bahu Hasna. Wanita berhijab itu tersenyum sendu."Aku tetap bersyukur, Kak. Di balik semua ini ada hikmahnya, aku ditempah menjadi wanita kuat dan pantang menyerah," sahutnya seraya menepuk pelan punggung tangan Puspa."Ceritakan bagaimana kehidupanmu belakangan ini! Kita sudah jarang bertemu," ujar Puspa menopang dagu, Hasna tersenyum simpul, kemudian menceritakan kejadian di rumah sakit dengan Prasetya pada wanita itu."Ya Tuhan, jadi bagaimana? Kau menerimanya?" tanya Puspa antusias, ia tak bisa menyembunyikan senyumannya."Aku sudah minta petunjuk sama Allah juga sudah terikat janji sama almarhum Pak Prasetya, so ...." ucap Hasna menangguk seraya tersenyum. Puspa memekik girang, ia memeluk Hasna erat, ikut bahagia untuk sahaba
Selamat membaca!*****Di rumah sakit, Yuta menunggu dengan panik, ia tak tenang, berjalan mondar-mandir di depan ruangan IGD. Tak lama dari arah pintu masuk Puspa dan Arya tiba bersamaan, keduanya telah dihubungi Yuta sejak Hasna diperiksa."Gimana Hasna?" tanya Puspa ngos-ngosan, Arya mengusap punggung wanitanya, hanya agar ia tenang. "Dia mengeluarkan banyak darah, sekarang sedang ditangani dokter," sahut Yuta, Puspa memijit dahinya dengan sebelah tangan, "Ya Tuhan, Hasna ...." gumamnya menitikkan air mata, Arya merangkulnya kemudian mengajak wanita itu duduk di bangku lobi."Tenang, Sayang," ucap Arya, Puspa menatap lelaki itu dengan mata basah."Aku harus menghubungi keluarganya, Mas, Bu Rani harus tahu," ucap Puspa seraya merogoh tas tangannya. Arya mengangguk kemudian bangkit mendekati Yuta, pria itu tampak sangat resah, ia menepuk pelan pundak Yuta, "Kau terlalu menghawatirkannya, apa aku melewatkan sesuatu?" tanya Arya penasaran.Yuta menghujam tatapan tajam pada Arya, seket
Selamat membaca!*****Sinar mentari pagi menghangatkan seluruh pelosok kota, gedung-gedung menjulang, arakan mega serta embusan sepoi udara pagi, menambah syahdu suasana pagi itu. Di dekat pintu Yuta berdiri mengamati setiap inci wajah Hasna, walau sedikit berjarak, netra tajamnya dapat memindai dengan saksama.Rani menyuapi putrinya makan, Hasna tertawa lepas kala melihat tingkah ayah dan ibunya, mereka meributkan hal-hal kecil yang membuatnya iri, orang tuanya tetap mesra di usia senja, tampak sekali bahwa mereka saling kasih-mengasihi, tanpa memandang rupa, sang ayah tetap mencintai ibunya.Yuta dikejutkan dengan tepukan pelan di bahunya, ia menoleh, terlihat Puspa dan Arya datang menjenguk, mereka membawa keranjang buah dan satu buket bunga mawar putih, mereka saling sapa."Kenapa Pak Yuta berdiri di luar?" tanya Puspa heran, pria jangkung itu sudah rapi mengenakan setelan kantornya, tetapi ia belum berangkat, lebih memilih memastikan keadaan Hasna lebih dulu. Semalam Yuta tidak
Selamat membaca!*****Pagi ini Hasna mendapat panggilan ke kantor polisi untuk dimintai keterangan, ia pergi diantar Puspa, sampai di sana ia langsung memaparkan kronologis kejadian, Yuta pun turut hadir sebagai saksi mata.Walhasil Siska dan Toha terancam hukuman penjara seumur hidup, sesuai pasal 340 KUHP. Toha sudah melakukan upaya menyewa pengacara, tetapi semua bukti memberatkannya, terutama sidik jari pada gagang pisau yang digunakan Siska untuk menusuk Hasna.Mereka digiring ke dalam sel yang terletak berdekatan, Toha menatap Siska penuh kebencian di balik jeruji, sedang wanita itu tampak santai dengan pakaian oranye khas tawanan, ia bersedekap kepuasan memancar dari wajahnya melihat Toha ikut menderita."Jalang! Kenapa kau melakukan ini padaku? Katakan!" teriaknya. Siska meringis, ia memegang telinganya."Psssst! Diam! Kau bisa merusak gendang telingaku," ucap Siska tersenyum mengejek. "Aku melakukan ini karena cinta, Sayang," ucapnya lagi, sedangkan Toha melongo tak percaya,