Julian tertegun bingung, ruangan itu terasa sepi tanpa kehadiran Jemima. Dia bertanya-tanya akan kesalahannya, hingga membuat wanita itu pergi tanpa pamit dulu padanya.Beberapa saat terdiam, namun Julian segera bangkit karena dia berpikir mungkin saja wanita itu sedang keluar mencari makanan. Namun, sebuah notifikasi pesan terdengar dari ponselnya, Julian segera melihatnya, berharap itu dari Jemima dan benar sekali tebakannya.Julian tampak senang, sebelum membaca dengan serius pesan panjang dari Jemima.Jemima : Siang Julian, maaf aku harus segera pergi ke kota redapple, aku tak mau membangunkanmu yang tampak sangat nyenyak.Jemima : Julian, maafkan juga atas kejadian semalam, aku benar-benar mabuk.Jemima : Julian, aku pasti sudah gila. Aku bahkan sangat malu jika berbicara langsung mengenai kejadian semalam.Julian tersenyum lembut saat membaca tiga pesan itu, dia juga ingin membalasnya
Jemima sampai di depan pintu kamar nyonya Valencia, dia mengetuk pintu, lalu masuk setelah dari dalam ada seseorang yang menyuruhnya masuk.“Jemima sayang, saya lihat pagi sekali kamu datang? bukankah mulai kerja besok?” tanya Nyonya Valencia, hanya melirik sebentar lalu kembali fokus menyirami tumbuhan yang ada di dalam kamar tersebut.“Iya, Nek. Lagi apa, Nek? Butuh bantuan?” balas Jemima sambil berjalan mendekat.“Ah, tidak perlu. Sudah hampir selesai, sebaiknya kita keluar untuk makan siang.” Ajak nyonya Valencia.Jemima mengangguk, dia masih tampak sungkan. Mereka berdua keluar dari kamar menuju ruang makan, beberapa orang koki terlihat sudah mengatur jatah makan para lansia kaya raya tersebut, nyonya Valencia tak suka berbicara dan terlihat fokus makan saat makanan sudah ada di depannya, Jemima pun ikut diam meskipun memperhatikan.Setelah selesai, dia langsung pergi keluar dan memilih duduk di teras sambil melihat pemandangan, lansia lain tampak sangat menghormatinya.Jemima ta
Jemima menyangkal dengan berbagai cara, masalahnya tidak mungkin, intinya Julian dan cucu wanita ini ibarat bumi dan langit.“Hm, baiklah. Jadi apa karena dia? hingga membuatmu tidak bisa tinggal disini bersama Alma?” tanya nyonya Valencia.Jemima tampak berpikir untuk sejenak, “bisa iya, bisa juga tidak, Nek. Soalnya aku masih ada urusan dengan keluargaku disana.” Jelasnya.Nyonya Valencia tampak mengerti, hanya saja dia tidak mau terlalu kepo dengan urusan gadis itu disaat dia memiliki sosok Alma yang sudah seperti ibu kandung bagi gadis tersebut.“Baiklah, Nek. Ayo lanjutkan ceritakanlah tentang cucu Nenek itu lagi.” Pinta Jemima karena selain ingin lebih mengenal nyonya Valencia, dia juga ingin menjadi pendengar yang baik disaat wanita itu terlihat antusias mengenang cucu nakalnya.Keduanya terlihat intens, sesekali tertawa, menangis hingga merenung bersama, obrolan keduanya tampak menarik.***Hotel Vascos, Kota Spring Brooks.“Masih menolak untuk bertemu tuan Maxim?” tanya Victo
Tak lama kemudian Sang manajer tadi datang dengan menggandeng dua gadis cantik.“Keduanya yang terbaik, selamat bersenang-senang.” Ujarnya penuh kebanggaan.Dua gadis itu tampak sudah tahu posisinya masing-masing, sepertinya Sang manajer sudah memberinya bocoran tentang siapa saja kedua tamu tersebut. Victor terlihat bersemangat, seperti kucing yang diberi makan ikan, tak mau menunggu untuk segera menyantapnya. Dia dan pasangannya segera pergi ke ruangan yang lebih privasi, sementara Dante ditinggalkan dengan gadis pendampingnya.Dante tampak datar saat gadis di sampingnya mulai duduk merapat kepadanya, dirasa Dante diam saja, gadis itu pun mulai ingin melanjutkan aksinya.“Lama tidak datang, tuan Dante.” Kata gadis itu sambil duduk di pangkuan Dante, lalu mengambilkan minuman dan meminumkannya ke mulut Dante dengan sangat lembut, bergairah dan profesional.“Hump, your name?” balas Dante setelah meneguk satu tegukan minumannya dan mendorong agar gelas itu segera disingkirkan dari depa
Dante mengangguk.“Aduh! apa Kau jatuh cinta pada wanita itu?” Dante terdiam, bingung, lalu mengedikkan kedua bahunya.“Apa kalian… sudah tidur bersama?”Dante menatap nyalang, “apa di otakmu itu tidak ada pertanyaan lain selain pertanyaan mesum?”“Haha… baiklah, maaf, Kawan. Ya, sudah kenapa tidak menjalaninya?”“Aku senang kalau Kau lepas dari wanita ular itu, Jemima benar-benar hebat, bisa menaklukanmu hingga Sarah bisa Kamu lupakan.”“Masalahnya dimata dia, aku adalah pengangguran, gembel tak jelas.”“Wah?! kenapa tidak jujur saja, katakan siapa dirimu sebenarnya.”“Sudah, tapi dia tak percaya. Katanya nama Dante memang pasaean wajar kalau namaku sama dengan pewaris itu.”Mendengar itu, Victor malah tertawa terbahak-bahak.“Nona Jemima benar-benar polos.” Kata Victor.“Ya, aku sampai tak bisa berkata-kata.”“Sudahlah, bersabarlah, jelaskan pelan-pelan.” “Hump, semoga saja dia mau mendengarku.”Victor menepuk pundak Dante, sebagai teman sekaligus pelindungnya, Victor merasa lega
Dante mengusap lembut pipi Viona, gadis itu tampak tersipu apalagi Dante memperlakukannya dengan sangat lembut. Awalnya dia berniat memberikan service terbaiknya, tapi kini malah sebaliknya, saat tubuhnya berada di bawah tubuh pria tampan itu, situasi telah berubah.“Ah__” Viona mendesah saat Dante menjamahnya, tubuhnya terasa hangat dan hatinya berbunga-bunga.“Ah__” Viona kembali mendesah cukup keras saat tubuh kekar di atasnya benar-benar menyatu bersama, kini diantara mereka berdua tak ada tembok pembatas seperti pertama kali mereka bertemu.“Kamu menyukainya, Sayang?” bisik Danta, Viona mengangguk hingga tak bisa berkata-kata.“Maaf, aku ingin melakukannya perlahan, tapi entah kenapa sesuatu terasa mendorong adrenalinku untuk menjamahmu segera.” Bisik Dante lagi, sesekali mengusap rambut kepaka gadis yang kini sedang ditindihnya itu, lalu mengecup keningnya.“Lakukan sesukamu, fuck me!” desah Viona.
“Sial! apa yang Kau lakukan, Viona?” tanya Rocky yang tak percaya dengan apa yang dilihatnya itu.“Aku tak menyuruhmu melayani tuan Dante! berani sekali Kau, Viona!” teriak Rocky, andai Dante tak menyuruhnya menggeser atau melakukan apapun, dia pasti sudah membuat jera wanita itu.“Lihatlah, apa yang akan Kau terima setelah semua ini selesai!” ancam Rocky dengan napas tersengal-sengal karena menahan amarah.Dante hanya terduduk pasrah, bersandar sambil memejamkan kedua matanya. Tentu saja itu dilakukannya untuk melawan hasrat birahinya yang sangat tak terkendali itu, dia tak mau nantinya malah menerkam Rocky dan berbuat mesum pada pria itu, dalam keadaan begini, siapapun akan terlihat menggairahkan dan tidak mau dicap pria tak bermoral.“Ada apa, Tuan___” Victor datang terburu-buru, tapi pertanyaannya tak berlanjut karena melihat situasi Dante yang berantakan.Victor melihat sekeliling, ada wanita di ats kasur yan
Malam hari di kota Coast Field yang dingin.“Lepaskan! Apa yang kalian lakukan!”“Tolong… “Sayup-sayup terdengar suara seorang wanita berteriak meminta pertolongan sambil berlari ketakutan di dalam lorong yang disampingnya berjejer para tunawisma yang sedang beristirahat.“Lepaskan! Tolong… tolong!”Salah satu pria diantara para tunawisma itu terbangun dan mengangkat kepalanya, pria tersebut itu melihat sekeliling, dia sadar jika itu bukan mimpi apalagi halusinasi karena tepat beberapa meter di depannya terlihat ada seorang gadis yang tampaknya sedang dikejar tiga orang pria. Ada begitu banyak tunawisma, tapi tak ada satupun dari mereka yang mau menolong seorang gadis yang kini sedang diganggu beberapa pria hidung belang itu, mereka tak mau peduli dan memilih mengabaikan dengan pura-pura tidur.Baiklah, masa bodoh! batin pria itu, dia jadi ingat akan dirinya sendiri yang baru saja mengalami hal tak mengenakan, mengapa juga dia harus mempedulikan gadis malang itu, yang bukan siapa-siap