Share

Bab 6

Jemima hanya berdiri mematung, air matanya terlihat mulai mengalir, gadis itu sudah berusaha tak menjatuhkan air mata dengan menggigit kuat bibir bawahnya. Tapi sepertinya itu tak berhasil, adegan itu terlihat sangat miris hingga rasa sakitnya terasa sampai ke ulu hati Julian.

“Hey! Kamu siapanya? Pelanggannya?” tanya wanita itu pada Julian sambil menarik lengannya yang segera Julian tangkis, rasanya jijik dipegang-pegang wanita paruh baya yang dandanannya menor begitu.

Julian hanya diam sambil menatap bengis ke arah wanita itu.

“Uh! tatapanmu itu sungguh mengerikan.” Cibir wanita itu sambil bergidik.

“Apa kau kira aku takut? Hah!” lanjutnya berseru, seolah menantang.

Entah mengapa, baru kali ini Julian ingin menampar mulut seorang wanita setelah Sarah.

“Dengar anak muda, saya berhak karena saya adalah ibu tirinya.” Ungkap wanita itu.

Mendengar perkataan wanita itu, batin Julian merasa lega karena tadi dia sempat menebak profesi Jemima yang bukan-bukan.

“Terus apa bagus seorang ibu tiri bersikap begini? Bahkan sampai menjual harga diri anak tirinya?” tanya Julian karena selain rasa penasaran, dia juga ingin memberi motivasi agar Jemima berani melawan wanita yang menindasnya itu.

“Sadarlah! kamu tidak pantas menerima perlakuan ini, Jemi.” Kata Julian, tepat di depan wajah gadis itu.

Jemima hanya berdiri sambil menundukkan kepalanya dengan air mata berjatuhan ke lantai.

“Ayo bicara sesuatu!” desak Julian, pria pendiam itu jadi terdengar banyak bicara setelah kedatangan wanita paruh baya itu.

“Cukup Julian! Biarkan saja wanita itu bersikap semaunya.” Balas Jemima yang akhirnya bersuara.

Julian merasa kecewa tapi dia juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga wanita ini terlihat begitu membenci Jemima, setelah selesai mengusap kepala Jemima yang basah oleh kuah mie instan tadi, akhirnya Julian memilih kembali duduk. Lagipula dia tidak mau keluar, dia tidak mau memberi ruang wanita itu untuk terus-terusan menindas Jemima.

“Apa kau senang menjadi penonton?” cibir wanita itu, dia tampak ingin duduk tapi disana hanya ada satu sofa yang sudah diduduki pria asing bernama Julian itu.

“Katakan padaku, apa maksud Anda datang kesini?” sahut Jemima, dia tak peduli meskipun ada pria asing di ruangan itu.

“Kalau tentang Ian, maaf. Aku tak pernah meminjam uang pada pria itu, Anda sendiri yang meminjamnya untuk modal tambahan bisnis perusahaan suami Anda.” Lanjutnya.

“Seharusnya Anda meminta pertanggungjawaban Sania, dia yang harus membayarnya. Bukan aku, semua yang terjadi dalam keluarga kalian tak ada hubungannya denganku. Bukankah keluarga kita sudah putus hubungan sejak lama?!” lanjutnya lagi.

Wanita itu terlihat tak senang mendengar perlawanan Jemima, “bagaimanapun juga kau itu darah daging suami saya. Perusahaan ayahmu diambang kehancuran, Jemi.”

“Apa kau tega melihat ayahmu jatuh miskin?” tanyanya.

Jemima mengangkat kepalanya, lalu membalikkan tubuhnya dan membalas tatapan tajam wanita yang mengklaim sebagai ibu tirinya itu.

“Lalu, apa selama ini kalian peduli keadaanku? Atas dasar apa, aku harus memperdulikan keadaan kalian?” balas Jemima, balik bertanya.

“Dasar anak durhaka kau, Jemi. Seharusnya kau tak pernah dilahirkan, tidak berguna.” Maki wanita itu.

“Sebaiknya Anda keluar dari rumah ini dan jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi.” Usir Jemima sambil menunjuk ke arah pintu keluar.

Wajah wanita itu tampak sangat murka, dia berjalan mendekat ke arah Jemima, lalu melayangkan tamparan kerasnya tepat di pipi gadis malang itu.

PLAK!

“Sebaiknya segera cari suami, kalau kamu tidak mau memberikan tubuhmu itu pada Ian!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status