Jemima mengerutkan dahinya, dari cara Julian membalas semua pernyataannya dia terkesan tahu sesuatu. Tapi rasanya tidak mungkin mengingat latar belakang Julian yang ditemuinya berasal dari jalanan, meskipun Jemima penasaran tentang kehidupan Julian dimasa lalu, tapi wanita itu memilih tak peduli dan menjalani hari-hari dengan tenang bersama pria misterius itu.
“Ayo pulanglah, kamu tidak akan mendapat pekerjaan di Hotel ini.” Kata Jemima membuyarkan keheningan.Julian tampak manggut-manggut, raut wajahnya terlihat muram.“Berarti… aku tidak bisa masuk kesini, meskipun hanya melamar sebagai Security atau Housekeeping?”Kedua mata Jemima sampai membelalak saat mendengar pertanyaan dari Julian barusan.“Ayolah, jangan harap. Minimal lulus sarjana dan pernah bekerja minimal satu tahun di Hotel lain.” Jawab wanita itu.Julian tampak kembali manggut-manggut, “sebaiknya kamu pulang dulu.” Sambung Jemima.“Oh, apa kamu tidak menyukainya? bagaimana dengan presidential suit?”Jemima tampak tak bergeming mendengar pertanyaan konyol itu.“Wah! haha… kalau itu… kita harus menyesuaikan jadwal, apa kau mau di kamar tersebut?”Pertanyaan yang terlontar dari mulut Diego yang tak tahu malu itu membuat Jemima seketika merasa emosi, bagaimana mungkin seorang Asisten Manager berbicara demikian pada pegawai magangnya?“Ayolah… Jemima, jangan sok jual mahal. Kalau kamu mau tidur denganku, mungkin… aku bisa menjadikanmu pegawai tetap.” Kata Diego sambil berbisik di telinga Jemima.“Cukup, Tuan Diego. Seharusnya Anda tidak berbicara begini padaku, atau aku__”“Atau apa, nona Jemima?” potong Diego, menantang.“Melaporkan Ku?”“Kemana dan siapa yang peduli.”Jemima terdiam dengan kedua mata memerah, lagi-lagi dia merasa tak berdaya untuk membalas pria-pria seperti Diego ini.
Jemima berpikir demikian karena ada dalam beberapa artikel yang menceritakan tentang privasi Victor Flaming yang tak pernah berkencan dengan wanita manapun dan selalu terlihat hanya dengan beberapa pria, entah saat berpesta maupun saat liburan, diketahui pria terkenal itu bahkan belum pernah menikah di usianya yang sudah matang. Banyak dugaan-dugaan jika pria tersebut memiliki oriental seksual yang menyimpang, alias tidak menyukai wanita.Tok! tok! suara ketukan di meja, membuyarkan isi lamunan di kepala Jemima.“Hey! Nona?” tanya Victor lagi.“Ah, maaf Tuan.” Balas Jemima sedikit terkesiap.“Sudah lama berteman? dengan orang tadi?” tanya Victor lagi.Jemima tampak menggeleng ragu, “baru beberapa hari.” Jawabnya.“Oh, siapa namanya kalau saya boleh tahu?” tanya Victor tampak tertarik.“Tentu saja, namanya Julian.” Jawab Jemima masih bersikap jujur.Victor tampak manggut-manggut, “Julian.” katanya lirih sambil senyum-senyum membuat Jemima semakin curiga.“Dimana dia tinggal, apa saya b
Jemima masih berusaha mencari celah untuk kabur karena tak mau berurusan dengan Ian lagi, namun tampaknya pria itu sangat teguh serta bersungguh-sungguh.“Tolonglah.”“Hanya kita berdua.” Lanjut Ian memastikan.Terdengar suara klakson mobil lain hingga beberapa kali dan membuat keributan, kelihatannya mereka sangat kesal karena jalannya terhalangi oleh mobil yang Ian kendarai.“Masuklah, cepat!” seru Ian.Jemima akhirnya mengalah setelah dia melihat keadaan sekitar.“Kita bicara di Cafe Vascos.” Jawab Jemima sambil membalikan badannya dan kembali kelingkungan Hotel.“Shit!” seru Ian sambil memukul stir mobilnya, meskipun pada akhirnya pria itu berbelok arah mengikuti kemana Jemima pergi.“Tunggu Jemi.” Panggil Ian setelah dia buru-buru keluar dari mobil, dia bahkan tak peduli saat petugas Hotel menyuruhnya parkir di dalam basement.“Pak, saya ada urusan sebentar. Tolong izinkan mobil ini parkir disini, lima menit.” Pinta Jemima pada petugas Hotel yang memang sudah dikenalnya, petugas
Jemima tampak sedang menunggu jawaban dari Julian dengan tatapan penuh harap.“Mau ya, ikut ke tempat kerjaku?” pinta wanita itu terlihat merajuk.“Apa ada lowongan kerja untukku?” tanya Julian ragu-ragu.“Hump!”Julian menatap curiga.“Ayolah, sungguh, tapi….” Balas Jemima tampak sulit menjelaskannya karena sudah pasti pria itu akan menolaknya.“Tapi? tapi apa?”“ADA SESEORANG YANG MENYUKAIMU, TAMPAKNYA DIA NAKSIR KAMU.” Jawab Jemima sambil menutupi wajahnya setelah selesai bicara dengan cepat, dia sungguh sangat malu.(...)Mata Julian sampai melebar, wanita gila? apa dia mau menjualku? batinnya bertanya.(...)“Baiklah, siapa?” tanya Julian setelah hening beberapa lam dan Jemima sudah kembali mengangkat wajah juga menatapnya.“Victor.”“Hah!”“Apa Kau mengenalnya?” tanya Jemima.Julian buru-buru menggeleng.“Terus kenapa terkejut begitu?” tanya Jemima lagi.“Ah, aku kira nama itu nama seorang pria, bagaimana aku tidak terkejut? haruskah aku bersikap biasa saja?” balas Julian.“Halo
Jemima berekspresi keheranan, tak percaya dengan apa yang didengarnya.“Maaf, Kamu semakin repot.” Kata Julian.“Tidak sama sekali.” Balas Jemima bahkan tak terlihat keberatan.“Ya sudah nanti aku beli, aku keluar sebentar.” Sambungnya sambil bersiap-siap.Julian bingung karena tadinya dia berpikir bahwa mereka sudah menyetujui ide gila tersebut, menyepakatinya bersekongkol, maka semuanya selesai, jadi Jemima tak perlu keluar malam-malam begini lagi.“Sudah malam Jemima, kita makan yang ada di ruangan sempit ini saja.”“Ah, maksudku rumah indah ini.” Ralat Julian setelah tak sengaja keceplosan.“Tidak, aku keluar bukan hanya untuk membeli makan__”“Lalu?” potong Julian.“Cari baju untuk Kamu besok.” Balas Jemima tersipu.Julian mangap, akhirnya dia paham.“Besok saja kita lakukan.” Pintanya.“Aku yakin Victor akan men
“Hah! a-a-apa? Kau berani menyebut pemimpinku dengan mulut kotormu itu?!” “Tentu saja? masalah?” tantang Julian. Emosi Diego benar-benar memuncak, pria itu membuka kunci mobilnya dan berniat segera keluar untuk menghajar Julian. Julian segera mundur beberapa langkah, kali ini dan mumpung tidak ada Jemima, dia akan memberikan pelajaran pada Diego yang bermulut kasar juga pedas ini. “Kubunuh Kau, gembel!” seru Diego sambil menerjangkan kaki panjangnya, maksud hati ingin menendang malah dia yang langsung kesakitan karena dengan secepat kilat, Julian menendang area kemaluannya. “Akh, akh!” teriak Diego seakan tercekak karena kesakitan yang teramat mantap di area biji kesayangannya itu. Diego tampak berjalan kesana kemari sambil memegangi area pribadinya tersebut. “SIAL! SIAL! SIAL!” umpat Diego dengan gerakan tubuh menahan sakit. “Awas, Kau gelandangan. Tunggu saja, aku akan membalasmu!” lanjutnya mengancam. Julian membalas dengan mengangguk sambil tersenyum mengejek s
“Cukup Diego, makin kesini Kau makin ngelantur. Apa perlu aku suruh Victor menendang Mu dari Hotel itu?” tanya Julian. “Hah! Kau mengancamku? apa Kau memiliki kemampuan itu?” Julian mengangguk. “Hah! memangnya siapa Kau, gembel?!” “Aku? kalau... kukatakan Dante Vascos, apa Kau percaya?” Diego sempat terdiam sejenak, tapi tak menunggu lama pria itu kembali tertawa. “Hahaha….” “Kau? Dante Vascos?” “Hey gembel! apa kurasa Kau semakin sakit?” “Selain gembel, Kau juga mungkin saja orang gila. Apa Kau punya uang untuk berobat?” “Haha… dasar sinting!” Diego terus saja mengejek Julian dengan berbagai macam kutukan, dia benar-benar tak habis pikir dengan pria paling dibencinya ini, bagaimana mungkin dia mengaku sebagai Dante Vascos? idolanya selama ini. “S
Mendengar perkataan dari Julian yang tampak lebih berani dari Victor, Diego yang dari tadi menjadi orang yang menyimak pertemuan akrab dua pria tersebut semakin penasaran.“Iya Tuan, pecatlah aku. Asal Kau kembali ke tempatmu,” terdengar Victor membalas dengan santai.“Haha… sialan Kau! masih tetap tak berubah.” Puji Julian sambil menepuk-nepuk pundak Victor.“Terimakasih, Kawan.” Lanjutnya, tampak sangat bersyukur.“Ah, terimakasih untuk apa?” tanya Victor.“Karena sebagai manusia, Kau dapat kupercaya.” Jawab Julian.Victor menghela napas dalam-dalam, “Kau terlalu baik, tak pantas dikhianati.” Katanya sambil senyum.“Ayo sebaiknya kita segera masuk.”“Aku mulai kedinginan.”Julian mengangguk.“Tuan Victor, tunggu! siapa dia sebenarnya?” tanya Diego.Victor dan Diego segera menghentikan langkahnya, Victor berbalik dan mendekat ke arah Diego.“Ah, hampir saja aku melupakan pecundang yang satu ini.” Ucap Victor.“Bangun Kau!” lanjutnya berseru.Diego segera bangun dengan terhuyung-huyun