Share

DITUDUH MENCULIK

Bakda dzuhur aku dan Ikke memutuskan untuk pergi ke rumah Dikta. Meski dengan perasaan campur aduk, aku berusaha untuk tetap tenang saat taksi berhenti di depan rumah bertingkat dua itu.

"Kamu yang tenang ya, Lan. InsyaAllah semua baik-baik saja." Ike memelukku sembari tersenyum tipis untuk menenangkan.

"Aku akan selalu bersamamu, Lan," sambungnya lagi.

Kupejamkan mata sesaat lalu membukanya perlahan. Tak lupa mengucap basmallah sebelum menekan bel rumah itu. Seorang laki-laki tengah baya membuka gerbang. Sepertinya dia supir pribadi keluarga Dikta. Aku sempat melihatnya mengantar Tante Delima waktu itu.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanyanya sopan. Ike melangkah mendekatiku yang berdiri di samping gerbang.

"Maaf, Pak. Kami temannya Dikta. Apa bisa bertemu dengan Dikta sekarang?" tanya Ike dengan senyum tipisnya.

Ekspresi bapak itu berubah seketika. Dia menghela napas panjang lalu menatapku dan Ikke bergantian. Mendadak aku curiga dan khawatir terjadi sesuatu pada Dikta.

"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status