Share

Sindiran ibu mertua

šŸŒ¹ Orang yang kamu ingat ketika bahagia adalah orang yang kamu cintai, sedangkan orang kamu ingat saat sedih dialah yang mencintaimu.

*******

Aku terbangun ketika jam di dinding menunjukkan pukul 16.00. Ternyata aku tertidur karena kelelahan saat bebenah tadi.

Bergegas aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri serta wudhu. Namun airnya ternyata mati, mungkin karena kamar ini lama tidak berpenghuni. Terlihat dari banyaknya debu saat aku masuk tadi.

Aku memutuskan untuk untuk mencari kamar mandi di luar. Tapi fokusku teralih saat mendengar seperti seseorang yang sedang mengobrol. Ku cari asal dari mana suara itu berasal.

Ibu mertua dan? aku mencoba mendekat untuk memastikan punggung siapa yang sedang duduk berhadapan dengan Ibunya mas Arya.

Lho, bukannya itu wanita tadi? kekasihnya mas Arya.

"Bu," aku mendekat berniat menyalami ibu mertuaku. Soalnya dia langsung pulang saat selesai akad tadi.

"Oh, ini dia istri pemalas, suaminya kelaparan malah ditinggal tidur. Untung saja Alea datang membawa makanan. Emang seharusnya kamu yang lebih cocok jadi mantu ibu kok sayang," ucap ibu mertua sambil melirik sinis ke arahku. Sedangkan saat menatap kekasih suamiku itu, tatapannya melunak.

Tanganku yang hendak menyalaminya menggantung di udara. Aku merasa jika mataku memanas. Ku lanjutkan saja langkah menuju ke kamar mandi. Ternyata bukan hanya suamiku saja yang tidak menyukaiku, ibu mertua juga.

Setelah selesai urusanku di kamar mandi, aku langsung menuju kamar. Kutundukkan pandangan saat melewati mereka. Masih ku dengar umpatan umpatan ibu mertua yang dilayangkan untukku.

Ku gelar sajadah yang sudah ku persiapkan dari rumah. Aku tadahkan wajah ke arah langit langit kamar. Air bah yang sedari tadi mendobrak keluar, akhirnya ku tumbahkan saja.

Beribu ribu doa ku panjatkan kepada sang pemilik raga, tiba tiba seutas senyum kang Faiq melintas di kepala. Aku menggeleng berusaha mengusirnya. Jangan sampai setan menggodaku dengan menghadirkan laki laki yang haram untukku.

Namun bukannya mereda, senyuman itu berubah menjadi bayang bayang semua memori yang ku simpan selama setahun ini. Banyak seandainya seandainya yang ku sayangkan.

Ku bersihkan sisa air mata yang belum mengering di pipi, lekas aku berdiri dan menunaikan kewajibanku, setelah kegundahan mereda.

Memang benar kata mereka, menangis tidak menandakan kamu lemah. Kamu hanya sedang mengungkapkan apa yang tidak terucap oleh lisan.

Kriiuuukkk

Perutku berbunyi minta di isi. Pantas saja, aku terakhir kali makan adalah tadi pagi sebelum akad.

Mendadak aku bingung. Bagaimana mau makan? untuk keluar saja aku tidak berani. Mungkin bisa ku tahan sampai ibu dan kekasih suamiku yang ternyata bernama Alea itu pulang.

Sambil menahan lapar ku buka mushaf berwarna ungu hadiah dari abah 5 tahun yang lalu. Saat aku berhasil mengkhatamkan Al Qur'an tiga puluh juz.

Tiba tiba aku teringat abah. Dulu waktu aku kecil, abah selalu bilang ingin menjadi garda terdepan yang menjagaku. Dan sekarang apakah abah menyesal jika mengetahui bagaimana putrinya diperlakukan?

Sayup sayup ku dengar suara adzan yang teramat jauh. Tidak terasa sudah hampir dua jam aku duduk termenung di atas sajadah, dengan mushaf di pangkuan. Ku lirik jam pada dinding.

Pukul 18.10

Aku berdiri untuk melakukan sholat magrib dengan wudhu yang sama.

Dengan tubuh yang lemas, aku keluar dari kamar. Menengok kanan kiri memastikan jika memang sudah sepi. Aku bergegas menuju dapur. Kulihat sama sekali tidak ada makanan.

Ku buka kulkas besar dua pintu di samping rak. Hanya ada dua butir telur. Tak apa, semoga ini cukup untuk mengganjal perutku.

Saat sedang asyik asyik makan, pintu utama terbuka. Ternyata mas Arya. Ia masuk dan langsung menyelonong menaiki tangga tanpa menyapaku.

Tidak papa, aku mulai paham maksudnya. Ia ingin kita hidup sendiri sendiri meski tinggal satu atap, bahkan meskipun ada ikatan pernikahan di antara kami.

Jika itu keinginan dia, aku bisa apa? setidaknya aku akan berusaha menjadi istri yang baik nantinya.

"Heh kamu....!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status