"Wildan, sepertinya kamu melupakan tongkatmu sewaktu berlari tadi? Kenapa kamu muntah? Kupikir aroma masakanku sangat enak," ujar Vanilla tanpa rasa dosa.Sebuah gerakan secepat kilat dari Wildan membuat Vanilla tak bisa menghindar.Lelaki itu berbalik dan merapatkan tubuh Vanilla di dinding, menguncinya. Kedua tangan Vanilla ditahannya kuat menempel di sisi kepala gadis itu."Heh, kamu mau ngapain?" Jerit Vanilla saat wajah Wildan yang terlihat mengerikan itu berada begitu dekat dengan wajahnya. Bahkan hembusan napas lelaki itu terasa menerpa kulit wajahnya."Apa maksud kamu menaruh belatung-belatung itu di atas makananku? Kamu mau meracuniku hah? Iya? Apa ini salah satu rencanamu dengan Argan? JAWAB!" Tegas Wildan dengan gertakan rahangnya yang mengeras. Wildan semakin menekan tubuh Vanilla ke dinding membuat Vanilla kesakitan dan sesak napas."Lepas!" Ucap Vanilla berontak dan berusaha melepaskan diri, tapi sialnya tenaga Wildan saat itu benar-benar kuat. "Aku cuma mau membuktikan
"Ini!"Vanilla memberikan sederetan persyaratan yang baru saja dia tulis di atas sebuah kertas HVS.Sederetan persyaratan yang harus Wildan penuhi jika lelaki itu tidak mau Vanilla memutuskan untuk kembali bertukar tempat dengan Vanessa."Aku pastikan sekali lagi, bahwa aku sama sekali nggak ada sangkut pautnya dengan rencana busuk Om Haris dan Argan untuk menghancurkanmu. Hubunganku hanya sebatas dengan Vanessa saja. Dan mengenai masalah apakah Vanessa terlibat dengan rencana yang Om Haris dan Argan susun, aku sendiri nggak tahu menahu dan sama sekali nggak berniat untuk mengetahuinya karena hal itu nggak penting! Jadi, jika kamu mau melaporkan aku ke polisi karena tuduhan penipuan, itu artinya mau nggak mau kamu harus menerima Vanessa kembali, apa itu yang kamu mau Tuan Wildan yang terhormat?" Tanya Vanilla dengan rasa percaya dirinya yang teramat sangat. Vanilla tahu bahwa dirinya kini mulai bisa menguasai keadaan. Terlebih saat Wildan yang terus memohon padanya untuk tidak menghub
Sejak hari di mana Wildan memberikan perintah pada Vanilla untuk kembali menjalin hubungan dekat dengan Argan, semakin hari Vanilla memang terlihat semakin akrab dengan lelaki itu.Tidak hanya di kantor, tapi saat gadis itu di rumah pun, Vanilla seringkali telepon-teleponan dengan Argan.Dan hebatnya Vanilla, dia dengan terang-terangan melakukan semua itu di depan Wildan.Seperti saat dirinya yang memancing Argan untuk menciumnya saat dirinya sedang bersama Wildan di dalam ruang kerja Wildan.Mengingat yang Argan ketahui bahwa Wildan itu buta, dengan leluasanya Argan masuk ke dalam ruangan direktur utama untuk bertemu Vanilla.Lelaki itu dengan cepat memanfaatkan keadaan, memeluk dan mendaratkan sebuah ciuman manis di pipi Vanilla dan semua itu terjadi di hadapan Wildan.Sementara Vanilla sendiri berpikir jika cuma sekadar pelukan dan cipika-cipiki pipi saja, dia masih mau melakukannya demi melaksanakan tugas yang diperintahkan Wildan padanya, tapi jika untuk ke tahap yang lebih intim
Sejak awal, Vanilla sudah punya firasat buruk atas gerak-gerik Aji yang mencurigakan.Dari masalah kedatangan lelaki paruh baya itu yang begitu tiba-tiba dan beberapa perkataan Aji yang menegaskan bahwa kini dirinya sedang terlibat dalam hutang besar dengan rentenir.Ya, Aji mengatakan pada Vanilla bahwa dia sedang membutuhkan banyak uang untuk melunasi hutang-hutang tersebut, tapi Aji tak ingin merepotkan sang menantu dengan meminta secara cuma-cuma pada Wildan melainkan dengan cara yang lebih halus, yakni bergabung dengan Haris dan Argan untuk bersama-sama menghancurkan Wildan. Lagipula, dengan begini, persenan yang akan didapatkan Aji pastinya lebih besar daripada Aji harus mempertaruhkan harga diri dengan meminta uang pada Wildan secara langsung.Dan, akhirnya di sinilah Vanilla berada. Duduk di dalam sebuah kafe elit di selatan Jakarta bersama tiga orang lelaki yang memiliki segudang pikiran jahat dan buruk terhadap Wildan.Hebatnya, kini mereka sedang berusaha memanipulasi Vanil
Vanilla baru saja melaporkan informasi yang berhasil dia dapatkan dari pertemuannya dengan Haris, Argan dan Aji pada Wildan.Gadis itu tersenyum bangga dan merasa bahwa apa yang telah dia lakukan adalah sesuatu yang hebat dan pantas diapresiasi.Meski saat itu, kekakuan ekspresi Wildan membuat Vanilla jadi ngeri sendiri.Sepertinya, Wildan terlihat sangat marah setelah mendengar isi percakapan itu."Aku nggak bisa menunggu lagi, Raga! Rekaman ini sudah cukup menjadi bukti bahwa Haris dan Argan sudah menjadi tersangka atas kasus kecelakaan yang menimpaku di tol! Aku akan segera melaporkan mereka ke polisi!" Ucap Wildan saat itu. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan meremas kepalanya frustasi. Berjalan mundar-mandir seperti setrikaan di hadapan Vanilla dan Raga."Tenang, Bos. Sepertinya kita perlu rekaman Video yang dimiliki Aji untuk lebih memperkuat kejahatan Haris dan Argan," timpal Raga dengan sikapnya yang tenang."REKAMAN VIDEO APALAGI?" Jerit Wildan, membuat Vanilla terlonjak kag
Di dalam sebuah gudang tempat di mana Haris menaruh barang-barang pribadinya yang tak terpakai, seorang wanita tengah terduduk di lantai dalam posisi tubuh yang bersandar ke dinding dan kedua kaki yang selonjoran. Kedua tangan dan kaki wanita itu terikat. Bahkan mulutnya pun tertutup lakban.Perlahan-lahan mata sayup sang wanita mulai terbuka. Kesadarannya mulai kembali sedikit demi sedikit.Kepalanya pening. Pandangannya berkabut. Dia berusaha membuka mata, namun keadaan di sekelilingnya saat itu begitu gelap. Hanya ada seberkas cahaya yang mengintip masuk melalui ventilasi di atas pintu yang terhubung dengan ruangan di sebelahnya yang terang benderang. Mata si wanita masih berkedip-kedip. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri menatap keadaan sekitar, namun dirinya tetap tak bisa menangkap apapun saking gelapnya ruangan tersebut.Ketika kesadarannya sudah sepenuhnya kembali secara sempurna, Vanilla meronta dan menarik-narik tali yang mengikat kedua tangan dan kakinya. Panik. Vanill
Setelah berhasil memanjat tembok belakang kediaman pribadi Haris, dibantu oleh Argan, Vanilla pun berhasil melarikan diri.Berlari tanpa alas kaki, Vanilla mendatangi pangkalan ojek terdekat dan meminta diantarkan ke kediaman Wildan."Darimana Neng? Kok nggak pakai sandal?" Tanya si tukang ojek saat mereka sedang diperjalanan."Udah cepetan anterin saya pulang ke rumah suami saya, Pak, nggak usah banyak tanya," omel Vanilla saat itu.Sesampainya di kediaman Wildan, Vanilla melihat ada sebuah mobil polisi terparkir di sana.Perasaan was-was Vanilla semakin menguat tatkala dia masuk dan melihat Wildan, Raga, beberapa anggota kepolisian dan Ibunya, Kenari sedang berkumpul di ruang tamu rumah besar itu."Ibu?" panggil Vanilla dengan segenap perasaannya yang berkecamuk.Bukan hanya Kenari saja yang menoleh ke ambang pintu, namun Wildan, Raga dan anggota polisi pun ikut menoleh dan menatap Vanilla dengan penampilan Vanilla yang acak-acakkan.Bahkan saat melihat Vanilla tak memakai alas kaki
Setelah tahu apa yang terjadi menimpa Ibunya, Vanilla terus mendesak Wildan agar lekas menyelamatkan sang Ibu.Gadis itu terus menangis tanpa henti.Bahkan Vanilla sempat nekat berlari keluar untuk mencari ibunya sendirian, jika saat itu Wildan tidak mengejar dan menyelamatkannya, bisa jadi nyawa Vanilla sudah terancam bahaya karena Vanilla hampir saja tertabrak mobil ketika menyebrang jalan.Sungguh, ini kali pertama Wildan melihat Vanilla begitu kacau seperti ini. Perempuan itu seolah kehilangan pijakan atas dirinya sendiri, tak bisa dikendalikan hingga akhirnya Wildan terpaksa mendatangkan dokter dari klinik saat Vanilla terus menerus mengamuk di kamar karena Wildan menguncinya.Kini, Vanilla dalam fase tenang setelah pihak dokter menyuntikkan obat tidur berdosis rendah untuknya.Wildan memasuki kamar Vanilla dan mendapati Vanilla sudah memejamkan mata, meski saat itu Vanilla masih terus saja menggumamkan nama ibunya bahkan yang lebih membuat hati Wildan tersayat adalah ketika dia