Share

Part 5

Daniella merasa, ia baru saja memejamkan matanya, ketika ia di bangunkan oleh suara ponselnya yang terus menerus berbunyi. Rasa kantuk yang luar biasa membuat Daniella enggan menjawab telpon pagi itu dan memilih untuk melanjutkan tidurnya, setelah dia mematikan nada dering ponselnya.

Daniella terbangun dari tidurnya di jam 1 siang, dia bangun setelah dia merasa kelaparan. Setelah tidur cukup lama, dia merasa badannya segar dan pikirannyapun tenang. Ini semua terjadi setelah semalam dia melakukan meditasi karena kesulitan untuk tidur.

Hari ini Daniella akan menghabiskan waktunya di rumah saja, dia tidak ada rencana kemana-mana dan dia juga belum menemukan pekerjaan yang cocok dengannya. Sebelumnya, Daniella di suruh oleh Kakek Michael untuk membantu Om nya di perusahaan, dia pernah mencobanya selama satu bulan namun dia merasa jenuh karena rutinitas yang ia lakukan disana selalu sama. Kakek juga tidak memaksakannya untuk bekerja selama Kakek masih mampu untuk membiayai semua kebutuhannya.

"Model? Wajah baru JS Group?" Ia termenung sebentar di kasurnya sambil duduk bersila. Entah kenapa dia berpikir, menjadi seorang model pekerjaan yang cocok untuknya. "Ah tidak! Mentalku belum sekuat orang-orang di luaran sana." Gumamnya. Dia masih trauma dengan pekerjaan pertama yang dia lakukan. Daniella mengambil ponselnya dan terbelalak melihat 150 panggilan tidak terjawab dari sebuah nomor yang tidak di kenal.

Apakah ada orang segabut ini? Menelpon sampai 150 kali? Jarak telponnya hanya sekian detik.

"Kalau ini penipuan, dia tidak mungkin menelpon sebanyak ini." Ia pun mencoba menelpon kembali nomor tersebut tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Hanya sekali mencoba, setelah itu dia meninggalkan ponselnya di kasur dan dia pergi ke kamar mandi sambil bersenandung kecil. Dia akan menciptakan suasana menyenangkan hari itu, setelah dia melewati hari-hari mengerikan.

Daniella masih di kamar mandi, sementara ponselnya kembali berdering, tak hanya sekali namun sepuluh kali. Dia kembali ke kamarnya masih dengan senandung kecil, sembari mengecek ponselnya. Daniella sangat terkejut melihat panggilan tak terjawab itu.

Dia mencoba menghubunginya, dan  deringan pertama panggilannya langsung di jawab.

"Darimana saja kau? Kenapa kau baru menjawab telponku?" Suara berat dan penuh amarah itu sudah sangat familiar di kuping Daniella. Orang yang menelponnya sampai 150 kali itu adalah Gavriel. Untuk apa dia menelpon? Apakah dia tidak punya pekerjaan?

"Aku baru bangun tidur. Ada apa?" Tanya Daniella, dia berusaha santai walau rasanya dia ingin membunuh Gavriel saat itu juga, pria itu menelpon dan langsung marah-marah padanya.

"Kau dimana?"

"Di rumah. Kenapa? Kau ingin aku kembali membayar biaya pengobatan Kakimu?"

"Tidak."

"Lalu apa? Apalagi sekarang?"

"Jadi kau di rumahmu?"

"Ya." Daniella terbelalak, panggilannya di akhiri begitu saja oleh Gavriel. Sungguh menyebalkan sekali, Keluhnya. Suasana menyenangkan yang ingin ia ciptakan sebelumnya lenyap begitu saja.

Kenapa aku harus bertemu Gavriel? Dia mengacak-acak rambutnya dengan kesal.

"Tunggu dulu! Untuk apa dia bertanya apakah aku ada di rumah atau tidak? Jangan bilang dia mau datang ke rumah?" Pikirnya, namun dengan cepat dia menepis pikirannya itu. Jangan sampai Gavriel datang dan membuatnya semakin kesal.

Tak ingin suasana hatinya semakin memburuk, dia menyalakan musik dan melakukan perawatan  pribadi di kamarnya. Dia memakai masker wajah karena merasa kerutan diwajahnya bertambah semenjak bertemu Gavriel.

"Kulit wajahku harus tetap terjaga, sehingga nanti saat aku punya anak, aku masih bisa hang out sama anakku."

Sementara menunggu masker wajahnya kering dia keluar kamar untuk mengambil cemilan di kulkas dia berencana ingin movie time di kamarnya. Ada beberapa list film yang sudah lama ingin dia nonton, namun karena kesibukannya yang sering di ajak hang out sama Zeva dia tidak memiliki waktu untuk quality time sama dirinya sendiri.

"Astaga! Non ...bikin Bibi kaget aja." Teriak Bibi, dia terlalu serius dengan pekerjaannya sampai dia tidak menyadari Kehadiran Daniella disana.

"Bibi bikin apaan itu?" Daniella mencoba mengendus. "Ramuan buat Kakek?" Tebaknya.

Bibi menganggukan kepalanya. Bibi memang sering membuatkan jamu untuk Kakek, katanya biar Kakek semakin sehat. Bibi juga pernah menawarkan Daniella untuk minum jamu, tetapi dia menolaknya karena tidak suka dengan aroma dan rasanya.

Bibi sibuk mengaduk ketika bel pintu rumah berbunyi. Bibi menghentikan gerakannya dan meletakan spatula di atas sebuah piring, dia mematikan kompor, dan hendak pergi ke arah pintu utama untuk membukakan pintu.

"Biar aku saja yang buka." Tahan Daniella.

"Iya Non, minta tolong." Kata Bibi. Dia menyalakan kompor lagi dan melanjutkan pekerjaannya.

"Oh iya Bi, Kakek kemana?" Tumben gak ada di ruang tengah.

"Kakek lagi pergi Non."

"Hah? Sama siapa? Kapan? Kok nggak bilang-bilang sama aku?" Dia heran, karena biasanya Kakek akan memberitahu Daniella jika dia sedang keluar rumah.

"Bibi juga gak tau Non. Kakek perginya udah dari 3 jam yang lalu," kata Bibi. "Non maaf, kasihan itu tamunya nungguin." Dia mengingatkan Daniella untuk segera membuka pintu.

Daniella pergi kearah pintu, karena bel pintu rumahnya terus berbunyi. Dia bingung kenapa hari ini semua orang yang datang padanya tidak sabaran?

Daniella membuka pintu dan penasaran siapa yang datang ke rumahnya. Dia terbelalak dan mulutnya terbuka lebar, melihat Gavriel berdiri di hadapannya dengan muka kesal seperti ingin menerkam Daniella.

"Kenapa mukamu seperti itu?" Tanya Gavriel, dia memgulurkan tangannya dan menutup mulut Daniella.

Daniella tetap terbelalak. Dugaannya benar, Gavriel datang ke rumahnya.

"Kau tidak punya pekerjaan dan bersantai di rumahmu, tetapi kenapa kau tidak menjawab telepon ku sama sekali? Kau membuang-buang waktuku."

Daniella kembali menerima ocehan dari pria angkuh itu.

"Ganti pakaianmu sekarang dan ikut aku."

Ingin membantah, tetapi dia tidak mau menghabiskan tenaganya, dia akan kalah dengan Gavriel,  yang dia pikirkan turuti saja perintah Gavriel maka urusannya akan cepat selesai. Karena dia tidak mau berurusan terlalu lama dengan pria itu.

***

Gavriel membawa Daniella bertemu dengan seorang sutradara di sebuah cafe. Dia memperkenalkan Daniella sebagai seorang model dari JS Group. Sutradara itu sedang mencari seorang model video klip musik salah seorang penyanyi. Gavriel menyarankan Daniella karena JS Group yang mensponsori hampir 60% biaya produksi video klip tersebut.

Sutradara musiknya mengamati Daniella, dan menganggukan kepalanya.

"Wajah dan penampilannya Ok. Tetapi, aku harus melihat aktingnya dulu." Si Sutradara terlihat mengagumi kecantikan Daniella.

"Okay, kau boleh melakukan casting padanya."

"Akting?" Daniella menatap Gavriel, pria itu mengiyakan semuanya tanpa persetujuan Daniella. "Aku tidak bisa akting." Katanya pada Gavriel dan juga Sutrada musik itu. Dia tidak mau mengambil resiko yang nantinya akan membuat rugi orang yang bekerjasama dengannya. Dia tidak mengerti dengan isi kepala Gavriel, kenapa dia tidak mempertimbangkan semuanya dengan baik? Apa yang membuatnya begitu terobsesi agar Daniella menjadi model?

"Kita akan tau setelah mencobanya." Sutradaranya mencoba menenangkan Daniella. Setelah memberitahu Daniella jadwal dan lokasi syutingnya, Sutrada itu bergegas pergi.

"Kenapa kau bertingkah seenaknya seperti ini? Kau bahkan tidak meminta saranku dan melakukan semuanya sesuai dengan kemauanmu. Kau ingin mempermalukanku?"

"Sepertinya kau melupakan sesuatu Daniella." Gavriel berbicara santai, dia meraih gelas minumnya dan meneguknya sebentar. Dia menatap Daniella tanpa mengatakan apapun, dan meletakan gelasnya di meja.

"Apa? Apa yang aku lupakan? Aku harus bertanggung jawab untuk insiden yang aku lakukan 5 tahun yang lalu?"

Gavriel menggelengkan kepala. "Kau melakukan untuk dirimu sendiri, aku hanya membuka jalan untukmu." Gavriel melirik Daniella sebentar, sebelum dia menerima telpon dari Alberto.

Daniella mengamati ekspresi wajah Gavriel, raut mukanya yang mengkerut menunjukan kalau hal yang di sampaikan oleh Alberto adalah hal yang buruk. Kasihan sekali Alberto, bagaimana bisa dia betah bekerja dengan Gavriel?

"Kau bisa pulang sendiri, kan?" Tanya Gavriel, ponselnya masih menempel di telinganya. Begitu Daniella menganggukan kepala dia langsung berdiri dan pergi darisana sembari berbicara dengan Alberto.

Daniella mengingat lagi apa yang di katakan oleh Gavriel, "Dia hanya membuka jalan? Apa maksudnya?" Dia bertanya-tanya, sesaat kemudian dia mengamuk kesal, karena sekarang dia harus belajar akting. Dia mengeluarkan begitu banyak sumpah serapah untuk Gavriel.

Daniella menghubungi Zeva dan memberitahu Zeva tentang permasalahannya itu, saat mendengar Daniella akan membintangi sebuah video klip, tentu saja Zeva sangat bahagia dan mendukungnya. Walau Daniella belum terpilih, dia sudah bangga dan berkata, jika Daniella akan menjadi Bintang Besar.

"Sepertinya, sebentar lagi aku akan mempunyai teman seorang model dan bintang populer." Kata Zeva senang.

"Aku harus mengikuti casting dulu! Kau tau sendiri aku tidak bisa melakukannya, tetapi karena aku mempunyai teman yang serba bisa sepertimu, maka aku akan mencobanya dan kau harus melatihku."

"Dengan senang hati Babe."

"Zev, kau lagi dimana?" Tanya Daniella. Melalui pintu kaca Cafe, dia melihat Zeva sedang berjalan sambil telponan dengannya dan di sampingnya ada seorang pria tampan yang menggandeng tangan Zeva.

"Aku sedang di luar."

"Bersama pria keren impianmu? Aku melihat semuanya. Tetapi, bukan itu pria yang kita temui di pesta pernikahan Agatha. Kau punya pria lain dan tidak memberitahuku?" Kata Daniella.

Zeva langsung melihat kiri dan kanannya, "Daniella bilang dia melihat ku, dimana dia?" Zeva berbicara dengan pria di sampingnya.

"Kau tidak perlu mencari keberadaanku, sekarang nikmati saja kencanmu sebelum aku mencuri semua waktu kencanmu untuk mengajariku akting."

Zeva tertawa  lebar, "Baiklah, aku akan kencan dengan selingkuhanku dulu, kau tetap prioritasku. Dan, aku akan menceritakan semuanya nantu." Dia mengatakannya sambil terkekeh dan Daniella yang masih memperhatikan mereka langsung heboh, saat dia melihat Zeva memberikan ciuman bibir pada pria itu.

"Oh my god, sudah sejauh itu?"

"Belum sejauh kau dan Gavriel." Katanya.

Daniella terkekeh pelan. "Baiklah, lanjutkan kencanmu. Hubungi aku jika sudah selesai." Katanya.

Daniella masih duduk di cafe sambil menikmati minuman dan cake yang dia pesan. Dia terlalu memikirkan mengenai casting yang akan dia lakukan nanti, tanpa disadari disana ada seorang pria yang memperhatikannya dengan penuh dendam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status