***Malam ini, Sean mendatangi apartemen Nisa. Memang sudah larut, tapi ia tidak sabar mendengar cerita wanita itu untuk hari ini. Ia ingin mendengar langsung cerita menurut versi Nisa. Sean memarkirkan mobilnya. Meski saat ini ia adalah seorang Direktur Utama, ia tidak memiliki sopir tetap. Ia lebih nyaman menyetir mobilnya sendiri.Sean memencet kode angka untuk membuka apartemen Nisa. Ia dan Sarah sudah hapal dan dibebaskan masuk kapan saja oleh pemiliknya.Pintu apartemen terbuka dan detik ini mereka saling berhadapan dan juga saling diam terpaku menatap satu sama lain. Beberapa detik tidak ada suara hingga akhirnya suara heboh Nisa yang menjerit dan langsung kabur masuk ke dalam kamarnya.Sedangkan Sean, saat ini ia masih diam terpaku. Ia masih belum bisa berpikir jernih. Lalu ia tersadar dan mengusap wajahnya dengan kasar. Bagaimana bisa barusan, ia hanya diam menatap tanpa berkedip saat melihat Nisa hanya dibalut dengan handuk tipis dan juga rambut basahnya. Hasrat lelakinya be
***Sarah akhirnya kembali ke Jakarta, tetapi suaminya tidak ikut karena mendadak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Sarah merasa aman karena kali ini dijemput di bandara oleh kakaknya, Sean, dan juga Nisa.“Kakak!” peluknya manja pada Sean, lalu ia beralih memeluk Nisa.“Gimana honeymoon tahap duanya? Semoga ada kabar baik, ya!” goda Nisa.“Gimana hasilnya? Hmm…” Sarah berpura-pura berpikir. “Semoga bulan depan juga ada kabar baik dari kalian, ya,” balas Sarah menggoda mereka berdua.Nisa hanya tertawa, lalu ia berkata, “Apa kamu tidak merindukanku?”“Enggak tuh!” balas Sarah.“Jahatnya!” keluh Nisa, lalu ia merangkul lengan Sean dan berkata, “Handsome, lihat adikmu! Dia sangat menyebalkan!”“Pepet terus Kakakku, jadikan alasan saja aku agar kamu bisa merangkulnya,” ujar Sarah.“Memangnya kenapa? Kamu tidak suka? Aku sih tak masalah, yang penting Handsome sangat menyukainya,” bangga Nisa.Sarah hanya memanyunkan bibirnya. “Aku memang tidak suka, tapi aku bahagia. Aku hanya mengiz
***Pagi ini heboh dengan berita tentang Nisa. Media kali ini memberitakan sisi lain dari Nisa. Nisa, yang bernama lengkap Annisa Zhafira, adalah sosok perempuan tangguh, berprestasi, dan mandiri. Di usianya yang masih muda, Annisa sudah mengharumkan nama bangsa di kancah internasional dengan menjuarai beberapa olimpiade Taekwondo. Potretnya yang memukau juga mampu meraih juara di kancah internasional. Terakhir, Nisa menjuarai lomba The International Photography Awards (IPA). IPA adalah salah satu penghargaan fotografi tahunan terbaik yang memilih tiga fotografer dengan karya paling apik di dunia. Nisa mengharumkan Indonesia dengan meraih juara kedua, sehingga karyanya mendapatkan kesempatan untuk dipamerkan di New York City, tepatnya di Lucie Awards Gala (LAG). LAG adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh IPA dan dianggap sebagai tempat berkumpulnya para maestro fotografi.Berita tentang Nisa yang sudah tersebar di internet membuat semua orang berdecak kagum. Para netizen pun m
***Sean hari ini mengantarkan Sarah ke rumah sakit. Sarah merasa tubuhnya kaku dan sering mual tanpa sebab, membuat mood-nya sering berantakan. Sean menjemput Sarah dari penthouse karena adiknya istirahat di sana sejenak. Sementara itu, Sophia berada di rumah bersama Zeline.Sean masuk ke penthouse, mencari keberadaan adiknya. Lalu, Sarah muncul dengan wajah pucat."Harumi, apa kamu benar-benar sakit?" tanya Sean khawatir."Kakak ini bagaimana sih, iya aku sakit. Mana ada pura-pura sakit," sahut Sarah dengan sebal."Maksud Kakak, apa kamu mau ke rumah sakit atau panggil dokter pribadi saja? Takutnya kamu tidak kuat datang ke rumah sakit," ucap Sean."Kakak ini anggap aku nenek-nenek? Aku ini masih muda, masa aku enggak kuat ke sana," balas Sarah sebal.Sean hanya melongo, heran dengan perubahan mood adiknya yang akhir-akhir ini sangat mudah marah dan manja. "Mau Kakak gendong?" tawarnya."Ogah! Aku bukan anak kecil, nanti orang lain menertawakanku," kata Sarah sambil memanyunkan bibi
***Nisa sangat menikmati harinya di Suku Baduy luar. Ia tidak menyangka akan disambut dengan ramah oleh penduduk setempat. Suku Baduy sangat ramah dan juga bersahabat, membuat ia dan rombongannya merasa nyaman seperti di rumah sendiri.Ia dan rombongan menginap di salah satu rumah pemangku adat dari Suku Baduy. Para lelaki tinggal di rumah yang berbeda. Mood Nisa kembali membaik, ia merasa ada energi baru. Suku Baduy terbagi menjadi dua, yaitu Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam. Tadinya, ia ingin menginap sebulan di keduanya. Tapi, para porter menyarankan jangan terlalu lama, jadi ia memutuskan hanya menginap sepuluh hari di sana. Lima hari pertama, ia menginap di Suku Baduy Luar. Dari awal ia dan rombongan ke sana, mereka melapor pada ketua adat dan membayar seikhlasnya.Kampung Gajebo adalah kampung suku Baduy Luar. Bu Rudinah dengan sangat ramah mempersilakan rombongan mereka untuk tinggal di rumahnya. Ia adalah istri kepala adat suku Baduy Luar, Kang Dadan. Mereka dipersilakan
***Kantor sangat ramai dengan gosip menjelang kedatangan CEO baru esok hari. Kabar yang beredar menggambarkan sosok CEO tersebut sebagai orang yang tegas dan tak kenal ampun, siapapun yang melakukan keaalahan,l siapa pun yang melanggar aturannya, maka jangan harap mendapatkan ampunan dari CEO nan kejam yang dikenal sebagai monster itu.Sarah, bagaimanapun, tak terlalu ambil pusing. Baginya, sebagai karyawan biasa, kemungkinan bertemu langsung dengan atasan baru itu sangat kecil. Selama ini, dia bahkan belum pernah berjumpa langsung dengan CEO sebelumnya. Jadi, mau sekejam dan mirip monster pun, ia tak peduli. Baginya lebih baik fokus pada pekerjaannya saat ini.“Sar, lembur lagi? Jam segini?” tanya Nitha.“Iya nih, Bu Sonia minta proposal ini segera selesai dan harus dikirim malam ini,” jawab Sarah sambil fokus mengetik.“Baiklah, aku pamit duluan ya. Bye-bye,” kata Nitha sebelum pergi, meninggalkan Sarah yang tengah sibuk.Sarah hanya mengangguk sebagai tanggapan.“Akhirnya selesai!
*** Sophia merasa sangat bahagia karena kali ini dia mendapatkan dua keranjang boneka. Biasanya sangat sulit baginya untuk mendapatkan boneka, tetapi hari ini pertemuannya dengan Sarah membuatnya bahagia dan menghilangkan kekesalannya pada Kevin, sang ayah.“Shopia lapar, Kak,” rengek Sophia, dan Sarah sadar bahwa mereka sudah terlalu lama bermain dan sekarang waktunya untuk makan siang.“Ayo, kita makan. Biar kakak yang traktir,” ajak Sarah sambil menggandeng tangan Shopia menuju food court, dan Sophia mengangguk senang dengan mata berbinarnya.“Sayang, apakah kamu sering bermain di sini?” tanya Sarah.“Sering, Kak. Bahkan hampir tiap minggu ke sini,” balas Shopia.“Tapi kenapa Kakak tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya, padahal Kakak juga sering datang ke sini? Apa jamnya Shopia datang ke sini tak menentu?” tanya Sarah heran.“Mungkin Kakak datang ke sini hanya pada hari Sabtu ya?” tanya Sophia sambil menyeruput minumannya.“Iya, tapi bagai
Bab 3***"Yuk, jalan!" Ajak Riky."Gak ah, lagi males banget nih," jawab Nisa dengan santainya."Hmm..tadi aku lihat ada tas limited edition tuh. Kalau ada yang mau diajak jalan plus ngajak Sarah, kayaknya aku sanggup beliin tas itu," goda Riky, dan langsung saja Nisa tertarik dengan ajakan itu."Sar, sini," teriak Nisa saat melihat Sarah celingak-celinguk mencarinya. Ia memang pura-pura sok malas agar Riky memberikannya reward karena sudah mengajak Sarah bersamanya.Sarah menghampiri Nisa saat ia mendengar namanya disebut."Nis, kenapa tiba-tiba ngajak nonton? Ada apa, kok mau ngebagi tiket buat orang lain?" tanya Sarah curiga. Ia paham kalau Nisa itu adalah wanita terhemat di dunia."Hehehe, aku engga ngajak kamu nonton tuh. Ih, mana mungkin aku nonton sama kamu. Mending aku ngajak cowok aja, enak dibayarin segala," jawab Nisa seenaknya."Terus, kenapa kamu maksa aku kemari, huh?" tanya Sarah, dan Nisa menunjuk ke arah datangnya Riky yang tadi langsung menghilang saat Nisa memangg