Share

Hamil Duluan?

“Aku bersyukur Kakak tidak jadi menikah dengan Kabel Paralel itu, hanya saja apa Kakak yakin ingin menikahi pria lain? Ini begitu cepat.”

Emily menoleh sang adik yang sedang melayangkan protes ke arahnya.

“Anak kecil tahu apa? Ssttt … diam saja.” Emily meminta adiknya diam karena dia sedang sibuk berhias untuk menyambut Alaric dan keluarganya datang hari ini.

“Bukan tak tahu. Kakak itu gampang dimanfaatkan orang. Dikit-dikit kasihan, dikit-dikit kasihan, ujungnya apa? Patah hati! Farrel selingkuh ‘kan, makanya Kakak patah hati dan mau menikah dengan pria lain?”

Emily langsung berdiri mendengar ucapan sang adik. Dia membekap mulut adiknya yang bocor saat bicara.

“Dari mana kamu tahu?” tanya Emily.

Sang adik menyingkirkan telapak tangannya dari mulut remaja itu, hingga sang adik bicara, “Ada, Kakak tidak perlu tahu. Yang jelas, Kakak putus sama si Kabel Paralel, tapi kenapa menikah dengan pria asing? Kalian tidak saling kenalkan?”

Emily terdiam mendengar ucapan sang adik. Terlepas dari mana sang adik tahu soal itu, tetapi kenyataannya itu benar.

“Alaric mencintai kakak. Daripada susah payah mencintai seseorang yang tak menghargai, bukankah lebih baik dicintai?” ucap Emily tetap menutupi kebohongannya agar rahasianya dengan Alaric terjaga.

“Pria itu benar-benar mencintaimu?” tanya pemuda itu. Adiknya masih berumur 20 tahun, tapi sikapnya sudah seperti orang dewasa.

Emily menatap sang adik lantas menjawab dengan cara menganggukkan kepala.

“Kalau dia tidak cinta, dia tidak akan melamarku bahkan menghadapi Mami yang posesif,” jawab Emily meyakinkan.

Setelah bicara dengan adiknya. Emily turun ke bawah karena keluarga Alaric sudah datang. Ternyata yang datang hanya ibu dan kakek Alaric, tetapi itu sudah cukup membuktikan kalau pria itu serius.

“Cucu saya pasti sudah menyampaikan sebelumnya tentang niatan melamar putri kalian. Saya minta maaf hanya datang berdua karena ini sangat mendadak. Ayahnya juga sudah meninggal, jadi sayalah yang akan menjadi wali untuk melamar putri kalian.”

Kakek Alaric bicara begitu sopan pada orang tua Emily. Emily sendiri tak menyangka jika keluarga Alaric akan bersikap sopan sekali untuk menghargai keluarganya.

Emily menoleh pada kedua orang tuanya yang tersenyum membalas senyum dari kakek Alaric.

“Kami berterima kasih atas kesungguhan kalian melamar putri kami. Ini pun sangat mendadak bagi kami karena selama ini tidak tahu soal hubungan keduanya,” balas ayah Emily.

“Kita ini para orang tua tak perlu tahu bagaimana hubungan keduanya berjalan, yang terpenting mereka sudah saling suka dan setuju membuat komitmen yang lebih jauh untuk ke depannya.”

Emily hanya tersenyum saat ibu dan kakek Alaric menatapnya. Dia menoleh pada orang tuanya yang ternyata juga sudah memandang dirinya.

“Kami ke sini karena serius ingin melamar putri kalian untuk putra saya. Saya harap kalian merestui agar saya juga tenang karena Alaric mendapatkan pendamping yang cantik dan ramah seperti Emily,” ucap ibu Alaric sambil menatap Emily.

Emily memulas senyum sambil mengangguk pada wanita itu.

“Karena mereka berkomitmen ingin menikah. Jadi, saya rasa tak ada masalah jika memang ingin disegerakan,” balas ayah Emily.

Emily bernapas lega mendengar keputusan sang Papi. Dia melirik Alaric yang terlihat sangat tenang.

“Kalau begitu, bisakah kita melaksanakan pernikahannya bulan depan?”

Emily dan keluarganya sangat terkejut mendengar ucapan kakek Alaric.

“Kenapa buru-buru?” tanya ayah Emily.

“Ya, saya rasa lebih cepat, lebih baik,” jawab sang Kakek dengan tenang.

Emily sampai tak bisa berkata-kata. Alaric tak memberitahu soal rencana pernikahan yang mendadak bahkan kini tatapan kedua orang tuanya menelisik penuh curiga karena pernyataan kakek Alaric.

**

“Kamu hamil duluan?”

Emily gelagapan mendengar pertanyaan sang Mami.

“Tidak, Mami kok gitu.” Emily mencoba membela diri.

“Itu, kenapa mereka mau mengadakan pesta dadakan? Mami tahu mereka sanggup menyulap sebuah tempat pesta dalam semalam, tapi ya tidak secepat itu juga.”

Padahal Emily tidak seperti yang dituduhkan ibunya, tetapi ia tetap panik. “Aku mana tahu, Mi. Mungkin Alaric takut aku direbut pria lain, makanya mau buru-buru nikahin aku.” Emily mencoba memberi alasan yang logis.

Sang Mami tertawa mendengar ucapan Emily, lantas menatap anaknya hingga membuat Emily merinding.

“Memang sebucin apa dia? Tatapan matanya saja seperti kulkas sepuluh pintu,” ucap sang Mami.

“Yang dingin-dingin gitu malah penyayang lho, Mi. Bukankah yang penting dia mencintaiku, mau menikahiku. Kenapa Mami ragu?”

Emily masih bersandiwara, meyakinkan sang Mami kalau dirinya memang serius dengan Alaric.

Emily melihat sang Mami ingin membalas ucapannya, hingga mendengar ponselnya berdering lebih dulu.

“Siapa itu?” tanya sang Mami penuh curiga.

“Kabel Paralel,” jawab Emily sambil memperlihatkan ekspresi wajah kesal.

“Kabel Paralel?”

Emily melihat sang Mami mengerutkan alis. Dia menghela napas kasar, lantas menjawab dengan benar.

“Farrel.”

Emily terkejut melihat sang Mami merebut ponselnya saat mendengar nama Farrel, dan melihat sang Mami menjawab panggilan itu.

“Mau apa kamu, hah? Jangan ganggu Emi lagi, dia mau menikah dengan pria yang lebih tampan dan baik darimu!”

Komen (16)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
makan tuh kabel pararel dimarahin kan sama mami kasihan deh
goodnovel comment avatar
Adeena
anak'y bar bar ibu'y lebih parah hadehhh jadi ngebayangin kulkas sepuluh pintu kyk apa ya dingin'y....
goodnovel comment avatar
wardah
wkwkwk runa sama emi klop bener dah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status