Share

Wanita Sewaan?

Prosesi pernikahan pun dilakukan. Emily dan Alaric terlihat sangat bahagia dari sudut pandang keluarga dan tamu karena semua orang itu tak tahu dengan sandiwara keduanya.

“Pengantin pria, kamu bisa mencium pengantinmu,” ucap Master Ceremony.

Emily langsung melotot mendengar ucapan Master Ceremony, lantas menatap panik ke Alaric meski senyum masih tersungging di wajah.

“Kamu tidak akan melakukannya, kan!” Emily bicara tanpa suara hanya bibir yang bergerak.

“Ini sandiwara, kita tak bisa mengelak,” balas Alaric.

Emily ingin sekali berteriak mendengar balasan Alaric, bagaimana bisa pria itu mau menciumnya sedangkan mereka sudah sepakat untuk tak melakukan kontak fisik selain berpegangan tangan.

Belum juga Emily sadar dari keterkejutannya. Alaric sudah meraih pinggangnya, lantas menyentuhkan bibir mereka. Emily membulatkan bola mata, meski hanya menyentuhkan tapi tetap saja namanya ciuman.

Semua orang bertepuk tangan atas pernikahan Alaric dan Emily.

Emily kesal karena Alaric menciumnya, dia menatap pria itu tanpa dosa masih bisa tersenyum ke semua orang.

“Lihat saja, aku balas nanti,” gerutu Emily dalam hati.

Semua tamu memberi selamat ke Emily dan Alaric, di saat itulah Emily harus pandai bersandiwara jika sangat bahagia dengan pernikahan itu.

“Aku dengar di luar banyak wartawan, memangnya kamu mengundang wartawan?” tanya Emily penasaran saat keduanya duduk berdua.

“Tidak, tapi mereka datang karena penasaran,” jawab Alaric.

“Penasaran? Kenapa? Kamu bukan anak presiden, untuk apa penasaran dengan pernikahanmu?” tanya Emily cerewet karena penasaran.

Alaric menoleh Emily yang berisik, lantas membalas, “Menurutmu?”

Emily memanyunkan bibir karena Alaric tak menjawab, padahal tinggal bilang saja alasannya apa.

“Rekan bisnisku datang. Sapalah mereka!” ajak Alaric meminta Emily menemui rekan bisnisnya.

“Tukang perintah!” gerutu Emily karena Alaric mulai memperlihatkan sifat otoriter.

Emily melihat Alaric yang meliriknya karena mendengarnya menggerutu, tapi Emily tak peduli.

Emily ikut Alaric menemui rekan bisnis, dia menebak jika itu rekan bisnis penting sampai Alaric yang menghampiri.

“Dia ....” Rekan bisnis Alaric menatap Emily karena berbeda dengan calon yang seharusnya dinikahi Alaric.

“Ini Emi,” ucap Alaric memperkenalkan Emily.

Emily mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri.

“Emily,” ucap wanita itu sambil menjabat tangan rekan bisnis.

Emily melihat tatapan aneh pria itu kepadanya, lantas buru-buru menarik tangannya. Dia menoleh Alaric yang ternyata menatapnya, masa bodoh dengan pria itu yang menganggapnya tak sopan karena menarik tangan dengan cepat, yang jelas Emily tak mau berjabat tangan dengan pria yang menatap aneh kepadanya.

“Aku mau menemui Mami dulu,” ucap Emily ke Alaric.

Pria itu mengangguk mengizinkan Emily pergi. Dia pun sedikit mengangkat gaun bagian depan, lantas pergi ke arah sang mami berada.

Alaric menatap Emily pergi, lantas memandang ke rekan bisnisnya.

“Apa ini? Siapa yang kamu kenalkan lalu siapa yang kamu nikahi?” tanya pria itu.

Alaric mengambil gelas berisi wine dari nampan pelayan, lantas menenggaknya pelan sebelum menjawab pertanyaan rekan bisnisnya.

“Dia lebih baik dari Aster,” jawab Alaric lantas menatap rekan bisnisnya.

“Dia bukan wanita sewaan, kan?”

Alaric menatap tak senang mendengar ucapan rekan bisnisnya itu. Dia hanya menatap tapi langsung bisa membuat rekan bisnisnya panik.

“Aku hanya bercanda, kenapa tatapanmu begitu?”

Alaric masih menatap rekan bisnisnya yang kini sedang menenggak wine. Dia tadi juga melihat bagaimana cara pria itu menjabat tangan Emily.

“Emi itu istriku, kuharap kamu memperlakukannya hormat sama seperti memperlakukanku.” Alaric bicara dengan penekanan ke pria di depannya.

Di sisi lain. Emily memilih bergabung dengan sang mami dan adiknya yang sedang menikmati hidangan.

“Di mana Claudia?” tanya Emily tak melihat sahabatnya.

“Tadi bilang mau ke toilet.” Evano menjawab pertanyaan sang kakak.

Emily mengangguk-angguk mendengar jawaban Evano, lantas mengedarkan pandangan.

“Di mana Archie, bukankah tadi dia ada di sini?” tanya Emily mencari sepupunya.

Emily melihat Evano mengedarkan pandangan, hingga adiknya itu mengedikkan bahu.

“Mami, kuenya enak? Suapi.” Emily bersikap manja ke sang mami.

“Kamu ini, sudah nikah masih minta suap.”

Emily tertawa kecil mendengar sang mami menggerutu, meski begitu wanita paruh baya itu tetap menyuapinya.

“Disuapi Mami tuh bikin makanan yang masuk mulut lebih enak,” ujar Emily memuji agar sang mami terus menyuapinya.

“Alasan.”

Emily menikmati makan disuapi sang mami, bahkan minta lagi sampai dirinya puas. Menjadi anak perempuan satu-satunya dalam keluarga besarnya, membuat Emily manja karena perhatian semua orang tertuju kepadanya.

Saat sedang makan disuapi sang mami, tiba-tiba saja ada yang memeluknya, membuat Emily sangat terkejut begitu juga dengan sang mami dan adiknya.

Alaric yang juga kebetulan sedang menoleh Emily, begitu terkejut ada pria yang memeluk erat istrinya itu.

Komen (12)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
sapa ya yang main meluk emi dari belakang lancang sekali dia
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
siapa itu yg kurang ajar main peluk emi ya
goodnovel comment avatar
wardah
hayo sopo seng meluk aduh bikin q panik ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status