“Kita mau ke mana? Ada apa sebenarnya? Kenapa setelah lihat ponsel, kamu jadi panik?”Emily menatap Alaric yang menyetir dengan kecepatan tinggi. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat pria itu bersikap demikian.Belum lagi Emily sedikit trauma dengan mobil yang melaju cepat karena pernah kecelakaan, sampai membuatnya berpegangan erat.Emily melihat Alaric yang masih menyetir mengabaikan pertanyaannya, hingga akhirnya pria itu menurunkan kecepatan saat sampai di area sebuah apartemen.Mobil itu masuk ke area apartemen, membuat Emily bingung kenapa Alaric malah mengajaknya ke sana.“Al, kenapa ke sini?” tanya Emily cemas.“Turunlah!” Alaric memberi perintah sambil melepas seatbelt.“Tidak, aku tidak akan turun sebelum kamu mengatakan apa yang terjadi!” Tolak Emily karena merasa aneh tiba-tiba diajak ke sana.Emily juga harus waspada, jangan sampai Alaric melakukan hal-hal yang tak diinginkan.Alaric menoleh Emily yang terlihat cemas. Dia bisa saja meninggalkan Emily,
“Dari mana saja kalian? Kalian tahu betapa cemasnya mama karena ada berita soal perselingkuhanmu beredar di dunia maya?”Mia langsung menghadang Alaric dan Emily yang baru saja pulang.“Aku bisa menjelaskannya, Ma.” Alaric tampak tenang karena tak bersalah sama sekali.“Jangan membuat kakekmu murka, Al. Mama percaya kalau kamu tak mungkin mengkhianati Emi, tapi coba jelaskan biar mama dan Kakek yakin,” ujar Mia sambil menatap Emily yang berdiri di samping Alari.Bahkan Mia langsung menggenggam telapak tangan menantunya itu karena cemas jika Emily tertekan karena berita itu.Alaric dan yang lainnya pun pergi ke ruang keluarga menemui sang kakek. Alaric melihat Bobby sudah memasang wajah datar.“Kenapa muncul berita seperti ini?” tanya Bobby saat Alaric sudah duduk.“Apa kamu sebenarnya masih menyukainya, lalu mengabaikan istrimu?” tanya Bobby lagi.Emily melihat Bobby yang bicara dengan nada tinggi. Dia lantas menoleh Alaric yang masih duduk tegap menatap ke Bobby.“Aku bisa buktikan j
Emily berbaring miring menghadap ke jendela, sedangkan Alaric berbaring miring ke dinding, keduanya sama-sama berbaring saling memunggungi. Emily belum bisa tidur, entah kenapa tiba-tiba saja pikirannya penuh membuatnya sama sekali tak bisa memejamkan mata. “Kamu sudah tidur?” Emily bertanya untuk memastikan apakah Alaric sudah istiarahat. “Belum.” Emily membalikkan badan setelah mendengar jawaban Alaric, pria itu juga ternyata membalikkan badan, hingga keduanya saling tatap. “Kenapa belum tidur?” tanya Alaric. “Entah, mungkin karena aku mencemaskan apa yang akan terjadi besok. Aku tidak pernah menghadapi masalah seperti ini meski aku sering berinteraksi dengan orang. Bagaimana kalau semua orang menganggapku benar perebut pria orang, lalu menganggapku dan keluargaku buruk?” Emily mengungkap kegelisahan yang membuatnya benar-benar cemas. “Semua sudah dirangkai kamu tinggal membaca skripnya,” ucap Alaric yang kali ini tak bisa mengabaikan kegelisahan Emily. “Bagaimana kalau gug
Konferensi pers pun digelar di hotel milik keluarga Alaric. Bahkan orang tua Emily datang karena mencemaskan keadana Emily.“Kenapa Mami dan Papi ke sini?” tanya Emily terkejut melihat kedua orang tuanya di sana.“Mami tidak tenang melihatmu menghadapi banyak wartawan. Mami ingin memberikan support karena tahu kalian hanya kena fitnah,” jawab sang mami sambil menatap prihatin ke putrinya.Emily tersenyum melihat sang mami sangat mencemaskan dirinya. Dia pun memeluk wanita itu karena sangat butuh pelukan.“Terima kasih, Mami. Asal kalian percaya kepadaku, aku pasti akan baik-baik saja,” ucap Emily.Aruna mengusap punggung putrinya itu untuk memberi kekuatan agar bisa menghadapi masalah yang sedang terjadi.Alaric sedang berdiskusi dengan tim dan Billy. Dia melirik ke Emily sekilas, melihat istrinya itu sedang bersama mertuanya membuat Alaric sedikit tenang.“Aku akan memastikan semua wartawan di sini tidak ada yang jadi mata-mata Gio dan membuat berita palsu,” ucap Billy meyakinkan Ala
“Apa benar Anda berselingkuh padahal baru berapa minggu menikah karena masih mencintai mantan tunangan Anda?”Pertanyaan pertama mulai dilontarkan. Alaric mendekat ke mic lantas mencoba menjelaskan.“Itu tidak benar. Jika soal mencintai, aku mencintai istriku, bukan mantanku.”Alaric menjawab dengan tenang, satu tangan masih terus menggenggam telapak tangan Emily.“Tapi, bagaimana Anda menjelaskan foto yang beredar?” tanya wartawan lain.“Keberadaan kami di sini ingin meluruskan itu. Jadi, di sini saya punya bukti rekaman dashboard mobil yang memperlihatkan jika pelaku datang secara tiba-tiba lalu memaksa saya agar menerimanya.”Emily tampak terkejut mendengar Alaric menyebut Aster dengan kata pelaku. Dia sampai menoleh ke pria itu dan melihat jika Alaric sepertinya bicara tanpa beban.Para wartawan terkejut mendengar jawaban Alaric, hingga melihat pria itu meminta ke tim untuk memutar rekaman saat Aster mendatanginya.Alaric dan Emily menoleh ke layar besar yang terpasang di belakang
Emily sangat terkejut saat Alaric menarik lalu memeluknya, hingga dia merasakan ada sesuatu yang memercik sedikit di tangan yang tak tertutup tubuh suaminya. Dia melihat Alaric memeluknya erat untuk melindunginya.Seorang wanita dan pria melempar telur ke punggung Alaric, hingga akhirnya satpam berhasil mencegah keduanya. Tentu saja hal itu membuat syok semua orang, termasuk orang tua Alaric dan Emily.“Mereka itu menjijikkan. Berani-beraninya mereka membuat idola kami menderita. Mereka memalukan hanya karena punya uang!” Seorang wanita berteriak keras sambil berusaha melempar telur lagi tapi ditahan satpam.Emily benar-benar syok, hingga Alaric melepas pelukan lantas pria itu menoleh ke Billy.“Jasmu kotor,” ucap Emily saat mencium bau amis.“Tidak masalah, ayo pergi! Biarkan dua orang itu ditangani Billy dan security,” ajak Alaric tak ingin Emily berlama-lama di sana yang bisa jadi sasaran orang lain lagi.Orang tua Alaric dan Emily langsung menyambut keduanya. Mereka meraih tangan
“Sialan!” Gio membanting gelas yang dipegang setelah melihat berita klarifikasi dari Alaric.Aster yang juga bersama pria itu, hanya diam melihat Gio mengamuk.“Gagal semua!” geram Gio.Gio membuat banyak skenario untuk menjatuhkan Alaric, tapi kenyataannya semua gagal.“Sekarang bagaimana? Aku sudah berusaha semampuku. Alaric bukan pria yang mudah terbujuk rayu, bahkan meski aku membuka seluruh pakaianku di depannya, jika dia tak ingin maka dia takkan tertarik!” Aster mencoba membela diri lebih dulu sebelum disalahkan.Menjadi calon tunangan Alaric selama berbulan-bulan, tentu membuat Aster sedikit bagaimana sifat Alaric. Jangankan berciuman, jika Alaric tak menginginkan, disentuh pun takkan mau.“Sepertinya dia punya kelainan. Nyatanya, aku berkali-kali merayunya agar mau tidur denganku dia selalu menolak. Dia sangat hati-hati saat bersamaku, bahkan mabuk pun tak mau jika tanpa asisten atau temannya itu,” ucap Aster lagi lantas menggigit ujung kuku jempolnya.Gio menatap tajam ke As
Emily memberanikan diri mengambil ponsel Alaric. Dia mengamati dengan seksama layar ponsel suaminya, hingga menutup mulut menggunakan satu tangan karena sangat terkejut.Layar ponsel itu redup, Emily buru-buru menekan tombol agar layarnya kembali menyala untuk memastikan karena dia tak bisa membuka kunci pengaman ponsel itu.“Kenapa?” Emily benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihat, bahkan merasa itu mustahil meski sudah mengamatinya dengan seksama.Di saat Emily masih larut dengan rasa tak percayanya. Pintu kamar mandi terbuka, Alaric keluar dari sana sambil mengusap rambut basah menggunakan handuk kecil.Emily menoleh Alaric yang baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu juga ternyata sudah menatapnya, hingga pandangan suaminya itu turun ke ponsel yang dipegang Emily.“Apa ini?” tanya Emily sambil menunjukkan wallpaper di ponsel Alaric.Alaric sangat terkejut dengan yang dilihat Emily. Dia buru-buru mendekat untuk merebut ponsel itu, tapi Emily mengangkat ponsel tinggi-tinggi