Di kamar tempat pengantin dirias. Selena merasa mual tapi terus ditahan. Dia belum memutuskan harus bagaimana menghadapi kehamilannya, apalagi beberapa hari ini harus mempersiapkan pernikahan itu.“Anda baik-baik saja?” tanya perias yang melihat Selena seperti ingin mual.Selena tak mungkin berkata jika sedang hamil. Dia pun membalas, “Aku belum makan sejak semalam, sepertinya asam lambungku naik jadi merasa agak mual.”“Kenapa tidak bilang? Saya akan minta agar seseorang mengirim makanan ke sini,” kata perias lantas meletakkan alat make up.Perias itu keluar mencari pelayan untuk membawakan makanan, dia pergi sendiri karena asistennya sedang ditugaskan mengambil barang di mobil.Saat perias itu pergi. Mia masuk ke ruangan itu lantas menghampiri Selena yang masih menahan mual.“Bibi.” Selena sangat terkejut melihat Mia di sana.Selena berdiri sambil mengangguk ramah ke Mia.Mia memperhatikan Selena dari ujung kaki hingga kepala. Tatapannya menunjukkan rasa tak senang ke wanita itu. Di
“Kamu bilang menantikan sesuatu. Apa kamu sedang merencanakan sesuatu?” tanya Emily penasaran.Emily duduk di kursi yang berjajar di depan altar pernikahan bersama Alaric. Dia penasaran dengan apa yang dikatakan Alaric saat di rumah.“Tunggu saja,” balas Alaric, “aku hanya ingin memberi sedikit pelajaran ke Gio,” imbuhnya.“Kenapa main rahasia-rahasiaan?” tanya Emily yang benar-benar tak sabaran.“Biar kamu menikmatinya, kalau aku beritahukan dulu, kamu takkan terkejut sama sekali dan biasa saja,” jawab Alaric malah menggoda istrinya yang sudah sangat penasaran.“Ish … padahal aku sudah kepo. Apa acaranya akan berantakan?” tanya Emily lagi.“Bisa jadi,” jawab Alaric enteng.Emily benar-benar penasaran, tapi tak mau menebak karena takut salah. Dia pun akhirnya diam, menunggu sampai kejutan yang dimaksud suaminya dimunculkan.Alaric mengedarkan pandangan, hingga melihat sang mama yang baru saja masuk ke ballroom, tapi terlihat berpapasan dengan Lena. Dia pun tampak menajamkan pandangan
“Aku menolak pernikahan ini karena seharusnya dia bertanggung jawab, bukan malah menikahi wanita lain!”Semua orang sangat syok dengan yang terjadi. Emily sampai melongo ketika melihat wanita yang baru saja berteriak lantang.“Dia, dia hamil anak siapa?” tanya Emily sangat syok melihat perut Aster sedikit membuncit.“Siapa lagi kalau bukan Gio,” jawab Alaric dengan entangnya.Emily semakin terkejut dengan rasa tak percaya. Hampir saja suaminya itu terjebak dengan Aster kalau tidak menikahinya, bisa saja Alaric harus mengakui anak yang bukan darah dagingnya.“Kejutanmu luar biasa,” gumam Emily.“Sudah kubilang bukan?” Alaric membalas dengan jemawa.“Lalu, bagaimana dengan Si Kabel Paralel?” tanya Emily karena Farrel juga datang ke sana.“Entah, mungkin kebetulan,” jawab Alaric yang tak tahu soal kedatangan Farrel.“Jadi, apa Selena hamil anak Farrel? Ini sangat luar biasa.” Emily ingin sekali bertepuk tangan, tapi tahu ini bukan waktu yang pas.Bobby hanya diam melihat kedatangan Aster
“Apa maksudmu bukan?”Aster sangat terkejut mendengar ucapan Gio. Dia sampai menarik lengan pria itu agar menatap ke arahnya.Gio memandang Aster yang tampak kesal, hingga kemudian dia mengeluarkan ponsel, lantas memperlihatkan foto ke sang kakek.“Dia juga tidur dengan pria lain, bagaimana kalau itu benih dari pria lain dan bukan benihku?” Gio begitu percaya diri dengan ucapannya.Aster megap-megap mendengar ucapan Gio. Dia tak berkutik karena memang benar kalau sebelumnya pernah tidur dengan pria lain hanya agar mendapat posisi aman di dunia permodelingan.Bobby meletakkan ponsel Gio di meja, lantas menatap Aster yang sedang panik.Lena menatap tajam ke Aster yang dianggapnya tak tahu diri.“Aku yakin ini anak Gio, Kek. Aku berani tes DNA.” Aster mencoba membela dirinya.“Kamu atau Selena sama saja. Kalian ternyata hamil anak pria lain, lalu sekarang berani menantang? Apa jaminannya kalau kamu tidak hamil anak Gio? Apa kamu mau mengganti kerugian yang kami alami?” Lena langsung mene
Dua hari sebelum pernikahan Gio.Mia terlihat berjalan di koridor apartemen. Dia berhenti di depan pintu salah satu unit apartemen di sana. Hingga beberapa saat kemudian datang seorang cleaning service menghampiri.“Kamu sudah bawa kuncinya?” tanya Mia sambil menoleh cleaning service itu.“Sudah, tapi apa Anda yakin akan merahasiakan keterlibatan saya?” tanya balik cleaning service itu.Mia menoleh ke cleaning service itu, lantas memulas senyum dan berkata, “Kamu tenang saja, rahasiamu aman. Aku tidak akan melibatkanmu sama sekali andai yang kulakukan terbongkar.”Cleaning service itu pun percaya dengan ucapan Mia, lantas mengeluarkan kunci dan membuka.Mia masuk ke unit apartemen itu, begitu juga dengan cleaning service yang berpura akan membersihkan unit itu.Mia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan itu, lantas berjalan masuk kamar yang ada di sana.Dia ternyata mendatangi unit apartemen Selena. Mia sudah mencari tahu semua soal Selena, hingga sekarang mencoba mencari sesuatu unt
“Bibimu pasti sangat malu,” ucap Emily saat sudah berada di kamar bersama Alaric.Emily dan Alaric pulang setelah Bobby membuat keputusan agar dilakukan tes DNA.“Kurasa tidak. Aku yakin dia akan mencari pembelaan agar orang-orang tak menyalahkannya,” balas Alaric lalu duduk di ranjang bersama istrinya.“Iya juga, aku yakin dia akan melakukan segala upaya untuk membuat nama baiknya dan Gio bersih,” ujar Emily.Alaric memandang Emily yang terlihat banyak berpikir, apalagi yang dipikirkan ternyata masalah keluarganya.“Ada keriput di dahimu karena kamu banyak memikirkan masalah keluargaku,” seloroh Alaric tapi raut wajahnya terlihat serius.“Apa? Keriput?” Emily sangat terkejut hingga buru-buru mengambil ponsel untuk melihat apa benar dia punya keriput.Alaric terkejut melihat respon Emily. Dia melihat istrinya itu sedang berkaca dari kamera ponsel.“Kamu takut keriputan?” tanya Alaric terkejut tapi juga merasa lucu.“Iyalah, umurku baru berapa sudah keriputan. Nanti aku tidak terlihat m
“Apa Papa akan terus mempertahankan Lena sebagai keluarga, sedangkan Papa tahu kalau dia sudah banyak membuat malu?”Mia menemui Bobby di ruang kerja saat malam hari.Bobby menghela napas kasar mendengar ucapan sang menantu. Dia tahu jika apa yang dikatakan Mia benar, tapi banyak pertimbangan pula yang dipikirkan jika ingin mengeluarkan Lena dari keluarga.“Bukannya aku ingin mempertahankan mereka, Mia. Aku memiliki banyak pertimbangan yang harus dipikirkan. Keinginan putraku, janji pada keluarganya,” ucap Bobby menjelaskan.Mia langsung menatap sang mertua, tak pernah dia memberikan tatapan tak sopan, tapi sekarang adalah pengecualian.“Kenapa Papa masih menjaga perasaan orang yang sudah tiada ketimbang menjaga perasaanku atau perasaan Al yang masih setia bersama Papa? Kurang apa kami? Andai Papa melanggarnya, apakah itu akan membuat mereka bangkit dari kubur lantas membalas Papa?”Mia sadar ucapannya keterlaluan, tapi dia tak ingin terus tersakiti dengan keberadaan Lena.Bobby terke
Siang itu, Selena, Aster, dan Gio diminta ke rumah sakit untuk pengambilan sampel darah. Usia kandungan Aster sudah lima bulan, sedangka Selena sudah 12 minggu yang artinya bisa melakukan tes DNA pada janinnya.Selena melirik tajam ke Aster, dalam hati mengumpat kenapa tiba-tiba ada wanita itu, apalagi perut Aster lebih besar darinya.“Apa pun nanti hasilnya, aku tidak mau ada masalah lagi.” Bobby bicara tanpa memandang ke orang-orang yang ada di sana.Lena hanya diam mendengar ucapan Bobby, lantas menoleh ke Aster dan Selena yang duduk bersisian. Wanita itu duduk dengan tenang karena bagaimanapun nanti keduanya bersikeras, hasilnya sudah direncanakan.Gio lebih dulu diminta mengambil sampel, baru kemudian Aster dan Selena.Bobby dan Lena menunggu di luar ruangan. Kejadian ini tentunya mengingatkan Bobby pada kejadian bertahun-tahun silam saat Lena hamil dan Bobby mencurigai janin di rahim menantunya itu.Namun, karena hasil menunjukkan jika janin itu cocok dengan DNA Aryan, membuat B