Riani melangkahkan kakinya masuk ke dalam ballroom dengan tidak percaya diri. Apalagi drees barwarna ungu tanpa lengan begitu mengekspose bahunya yang mulus. Kaki jenjang dan putihnya pun terekspos karena panjang dress itu hanya sampai lutut. Hair do yang Kenzo sewa tampak menghias kepala wanita itu dengan headpiece dan mengcurly rambut panjang Riani. "Apa dia Riani? Si anak ODGJ?" Bisik-bisik orang yang ada di dalam ballroom melihat Riani melangkahkan kakinya masuk. Tangan Riani terlihat memegang tas kecil keluaran d*ior terbaru. Semua orang terbelalak melihat penampilan Riani yang amat cantik dan sempurna itu."Dia cantik sekali!""Gaunnya pasti mahal!""Itu bukankah tas keluaran di*or?""Rambutnya sangat indah.""Si upik abu jadi cinderella sekarang.""Tubuhnya sangat putih dan indah.""Roda kehidupan memang berputar ya?""Dari mana dia mendapatkan uang untuk barang-barang branded itu?""Pasti dia sukses sekarang!"Itulah ucapan teman-teman yang dilayangkan ketika melihat penampi
Kenzo melepaskan tautan tangannya di pinggang Shakilla begitu MC mengumumkan jika sesi dansa sudah berakhir. Shakilla terlihat enggan untuk melepaskan tangannya di leher pria jangkung itu. Ia seolah tidak rela harus berjauhan dengan Kenzo, apalagi saat ini mereka jadi pusat perhatian. Banyak yang menilai jika Shakilla dan Kenzo adalah pasangan yang sangat serasi. Mereka tampan dan cantik, juga berasal dari keluarga konglomerat."Ayo, Sha!" Kenzo membuyarkan tatapan Shakilla ke arahnya. Entah mengapa Kenzo menjadi agak kurang nyaman dengan bahasa tubuh Shakilla. Apalagi saat berdansa tadi wanita itu terus membusungkan dadanya agar menempel dengan dada Kenzo. Shakilla seakan berubah. Shakilla dulu yang sulit untuk ditaklukan terasa sangat mudah didapatkan saat ini."Oh iya ayo!" Pipi Shakilla bersemu merah. Kemudian wanita itu berjalan sembari menggenggam tangan Kenzo. Riani yang berjalan di belakang mereka hanya menatap nanar tautan kedua tangan itu.Rundown acara selanjutnya adalah m
PLAKKK!!Jovita menampar wanita cantik itu dengan keras. Membuat orang-orang yang ada di sana terlonjak kaget. Terutama Kenzo. "Kenapa kamu tampar aku?" Riani memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari Jovita."Kamu emang pantes dapetin itu. Dasar cewek murahan!" Jovita menatap Riani dengan penuh amarah. Kenzo hendak maju untuk menjauhkan Jovita dari Riani."Biarin aja!" Shakilla menahan tangan Kenzo yang akan melerai keduanya."Dasar emang wanita j*lang!!" Hina Dimas pada Riani. Kenzo mengepalkan tangannya. Kenzo sangat marah mendengar hinaan yang Dimas berikan untuk Riani. Bukankah yang pantas menyebut wanita itu j*lang adalah dirinya sendiri? Tapi mulut Kenzo seakan membisu. Diirinya takut Shakilla mengetahui rahasia gelapnya bersama Riani."Dasar wanita tidak tahu malu!" Hina Dimas lagi."Diam kamu pria berengsek!!" Riani berteriak."Dan kamu!!" Riani menunjuk wajah Jovita. Kemudian tanpa terduga Riani menampar pipi Jovita dengan sangat keras."Kurang ajar!!!' Jovit
Kenzo semakin meradang ketika melihat rekaman CCTV yang menampilkan jika Dimas lah yang mengganggu Riani dan juga secara harfiah melecehkannya secara verbal. Kenzo keluar dari ruangan operator CCTV. Bergegas ia langsung berjalan kembali ke area ballroom. Senyuman licik terus terulas di bibirnya. Entah apa yang ia rencanakan. "Kamu dari mana aja?" Shakilla menatap Kenzo penuh tanya. Pasalnya pria itu menghilang dalam waktu yang lumayan lama untuk ukuran orang yang pergi ke toilet."Dari toilet," jawab Kenzo dengan sedikit kesal karena Shakilla terlihat semakin posesif padanya."Bener. Tadi wanita jalang itu godain Dimas!' Kenzo mendengar Jovita terus menghina dan menjelek-jelekan Riani pada semua orang yang ia temui."Aku juga heran sih, Jo! Dia dapet barang-barang branded dari mana? Pasti lah ngangkang ke om gadun!" Teman Jovita lain tertawa. Kenzo semakin jengkel mendengarnya, dirinyalah yang membeli Riani, bukanlah om-om seperti yang mereka tuduhkan."Iyalah. Dapet dari mana? Dia c
Kenzo mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Pikirannya seakan penuh dengan Riani. Di mana gadis itu? Kenzo seolah tidak menyadari segala kecemasan dan kegundahan hatinya untuk Riani. Tanpa mereka sadari, mereka sudah semakin dekat. "Di mana dia?" Kenzo terus menggerakan setirnya untuk mencari wanita yang telah ia beli itu.Sementara itu, Riani terus melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Ia tidak tahu di mana dirinya saat ini. Pulau dewata terasa sangat asing baginya."Aku harus ke mana?" Riani menitikan air matanya. Kemudian ia terduduk dengan lemas di sebuah ayunan yang berada di dekat pantai. Riani dapat mendengar jelas suara deburan ombak yang membuat jiwa dalam dirinya seketika hampa."Bapak lagi apa?" Riani bergumam sembari mengeluarkan ponselnya dari dalam tas branded yang diberikan Kenzo.Lagi lagi ia harus menghirup nafasnya dengan dalam ketika melihat ponselnya mati kehabisan daya."Ya ampun!" Riani mengusap wajahnya. Kemudian ia berdiri dan menghadap ke arah pantai."Aa
Riani membuka matanya. Ia sedikit tersentak ketika melihat sisi kasurnya sudah kosong. Ke mana kah Kenzo? Biasanya pria itu tidak bangun sepagi ini. Jika mereka bercinta, pasti Riani yang akan bangun terlebih dahulu dan segera meninggalkan kamar. Lalu, Kenzo akan keluar dari dalam kamar dan makan di meja makan dengan hening.Riani membangunkan tubuhnya. Ia mengambil kimono handuk milik Kenzo yang ada di dekat kasur. Dengan gesit Riani mengucir rambutnya dan lekas memeriksa kamar mandi."Kenzo?" Panggil Riani. "Sebenarnya di mana dia?" Riani menutup kembali pintu ketika pria arogan itu tidak ada di sana.Mata Riani kemudian terfokus pada pintu balkon yang terbuka. Wanita itu tanpa ragu melangkahkan kakinya menuju balkon. Ia melihat Kenzo sedang asik berbicara dengan seseorang melalui sambungan telfon."Apa ada yang penting?" Riani bergumam karena tidak biasanya Kenzo mengangkat telfon sepagi ini.Riani terus berjalan menuju Kenzo yang sedang duduk memunggunginya."Iya, Sha. Kita berte
Riani dan Kenzo sarapan dengan hening. Hubungan yang seolah sudah membaik kini renggang kembali karena kejadian tadi. Sesekali Kenzo melirik Riani yang duduk di depannya dengan wajah yang tenang. Wanita itu kini sedang menikmati sarapannya dengan damai, seolah tidak terjadi apapun di antara mereka sebelumnya."Tolong pilihkan buket bunga yang pas untuk Shakilla!" Kenzo menggeser ponselnya ke arah Riani."Mengapa harus aku yang memilih?" Riani menatap sebentar ke arah ponsel Kenzo, kemudian dia menyendokan kembali nasi goreng yang menjadi menu sarapan pagi ini ke dalam mulutnya."Karena kamu sahabat Shakilla. Pasti kamu tahu kesukaan dia!" Kenzo menatap lurus wajah Riani yang kini tengah menatapnya tanpa ekspresi."Sahabat? Kamu yakin dia anggap aku sahabat?" Riani tersenyum sinis. "Wanita yang kamu cintai itu tidak mungkin mau bersahabat dengan rakyat jelata," tambahnya seraya mengelap mulutnya dengan tisu."Shakilla bukan orang seperti itu. Ingat dia yang selalu bela saat kamu dibul
"Kira-kira sedang apa dia sekarang?" Riani duduk di atas sofa. Matanya menerawang jauh ke arah jendela yang terbuka. Angin-angin sepoi menerpa wajahnya.. Diam-diam Riani merasa penasaran ke mana Kenzo dan Shakilla pergi berkencan?"Untuk apa aku memikirkannya? Tidak penting!" Riani beranjak dari duduknya. Ia menutup jendela yang tengah terbuka dan menguncinya.Riani masuk ke dalam kamar. Ia berguling ke sana ke mari untuk menemukan posisi yang nenurutnya nyaman. Riani membuka ponselnya. Ia pun mencoba untuk mengisi waktunya dengan membaca novel online. Akan tetapi, Riani merasa jenuh. Riani pun menutup kembali aplikasi novel itu. "Aku kira Kenzo tidak akan marah jika aku berjalan-jalan ke luar sebentar. Aku ingin udara segar. Apa tidak sekalian ya aku membeli oleh oleh untuk Bapak?" Riani tersenyum.Ia mengambil ponselnya kemudian mengirimkan pesan kepada Kenzo jika dirinya akan pergi ke luar dari villa dan membeli oleh-oleh. Sebelum pergi, wanita itu menjelajah internet dan mencari