“Sebisa mungkin, Dev, kita selamatkan Mom terlebih dahulu,” ucapku. Berharap Devan bisa mengerti jika keadaan Mom sudah hampir tidak bisa tertolong. Kalau sampai terlambat, aku tidak bisa memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain.
“Tapi, bagaimana dengan yang di depan kita, Dav?”
Aku mengerti dengan kekhawatiran Devan. Musuh di depan kami tidak hanya ada dua atau tiga orang saja, melainkan puluhan. Di antara mereka ada werewolf dan vampire. Dan aku, sama sekali tidak merasakan keberadaan penyihir di antara mereka.
“Kau mau melakukannya bersamaku? Tidak ada pilihan yang mudah, tetapi bukan berarti tidak ada yang tidak bisa kita lakukan, kan?” Percayalah! Aku mengatakan itu bukan karena sudah merasa percaya diri akan bisa menghadapi mereka, tetapi karena pertaruhan semata. Siapa tahu setelah ini, kami bisa menyelamatkan Mom dan Dad, juga Daphne. Karena aku pernah mendengar dari Paman Sean,
Dia mungkin menyebalkan, tetapi bukan itu poin pentingnya. Yang ada hanyalah setelah aku bertemu dengan beliau, ada banyak hal yang berubah dari hidupku. Ada banyak hal yang tidak bisa kuungkap dengan kata-kata. Aku harus menjadi lebih baik. Mengingat sebelum ini aku sama sekali bisa dikatakan tidak bisa apa-apa, dan tidak memiliki kemampuan apa-apa. Namun, kata Paman Sean hal itu bukan berupakan sesuatu yang buruk. Hanya saja, satu sisi diriku sangat tidak bisa menerimanya.Aku ingin diakui, oleh siapa pun di dunia ini. Akan tetapi, rasa-rasanya hal itu sangat mustahil untuk didapatkan. Aku tidak memiiki kemampuan seperti Paman Sean atau ibuku dalam mengendalikan sisi serigala yang buas. Aku tidak bisa melawan rasa rendah diri, apalagi mendongkrak semangatku hingga ke titik yang bisa membuatku lebih hebat.“Kata siapa kau tidak mampu,” Ujar Devan. Aku terkesiap mendengarnya. Meski dia tengah menghadapi vampire yang tak terhitung
Karena aku masih bisa melihat bagaimana Paman Davian memandang Mom dengan sendu. Ibuku tidak pernah menjadi orang yang pernah paman cintai, melainkan masih menjadi orang yang dicintainya. Padahal, Paman Davian dan ibuku sudah memiliki dunia yang berbeda. Mereka sudah tidak dipersatukan oleh waktu dan tempat. Juga, ibuku yang sudah dimiliki oleh orang lain.“Apa Paman masih ada sampai sekarang itu karena rasa cintamu padanya? Paman arwah penasaran?” tanyaku. Tiba-tiba saja mulut ini berkata seolah hal itu bukanlah sebuah masalah yang besar. Memang, apalagi yang bisa membuat arwah Paman Davian gentayangan sampai sekarang jika bukan karena rasa cintanya pada ibuku?Plak!Meski kuat, aku tidak begitu merasakan sakit atas pukulan paman. Sakit yang kurasa tentu hanya dari luka yang didapatkan oleh Devan.“Kau ini bicara sembarangan! Mana ada hal yang seperti itu di dunia ini!?” sang
“Bukankah kau sudah melangkah sejauh ini? Aku yakin kau bisa melakukannya bersama Davian. Aku juga percaya untuk kali ini kau bisa melakukannya dengan baik,” tambah paman. Dia tersenyum, dengan senyuman yang belum pernah kulihat selama ini.“Lakukan, Dev! Kalian pasti bisa!” perintah paman. Jantungku berdegu kencang, seolah ada sesuatu yang menekannya, dan tubuh serta bibirku kelu untuk berucap.“Dav, kuserahkan untuk selanjutnya padamu.” Suara Devan lirih seperti dia sedang berbisik. Aku tertegun. Bayangan pertempuran di depan sana terasa sangat jelas. Seperti aku bisa melihatnya secara langsung tanpa perantara apa pun.Sepertinya, ucapan mereka sama sekali tidak main-main. Di detik berikutnya, aku merasakan tubuhku memanas, dengan kesadaran yang mulai perlahan menghilang. Padahal, aku sudah berusaha untuk menahannya mati-matian. Kepalaku terasa memberat, dan tubuhku lemas. Namun, ada
Sayang sekali. Ada banyak hal yang membuatku harus mengeluarkan tenaga lebih banyak, yakni ada banyak yang menungguku di depan. Vampire gila! Apa mereka tidak tahu aku harus segera mnyelamatkan ibuku, atau aku akan kehilangannya? Dengan jantung berdegup kencang, aku berusaha untuk menyingkirkan mereka. Tentu dengan taring dan cakar yang dimiliki Devan.“Dev, aku berhutang banyak pada tubuhku,” ucapku pada Devan.Cakaran demi cakaran aku kerahkan untuk menyingkirkan tubuh dingin nan gesit dari mereka. Beberapa ada yang tersungkur dan diam. Mungkin sedang mengumpulkan tenaga, atau menyembuhkan luka dari hasil perbuatanku. Kalau saja tidak banyak yang harus kusingkirkan, aku tak akan sungkan untuk menghabisinya langsung.Di saat seperti ini, di mana ayah berada? Daphne sudah tidak berdaya, dan sekarang giliran ibuku. Awas saja kalau sampai aku kehilangan mereka—atau salah satunya saja. Aku berjanji untuk t
Begitu mengetahui siapa yang mengatakan hal itu, jantungku terasa berdegup semakin kencang saja. Napas yang memburu juga seolah mengatakan, dia orang yang tak boleh berada di depanku. Atau, aku akan kehilangan jati diri, lalu beralih pada musnahnya aku.“Kau anak kemarin sore yang tak seharusnya mengambil tempatku, Delta! Yang harus memiliki kewenangan untuk mengatur para werewolf bukan kamu atau ibumu, melainkan aku.”Aku mendecih sinis. Kudekap tubuh ibu yang sudah melemas dengan kedua tangan terkulai. Omong kosong apa yang dia katakan? Werewolf cacat yang di setiap katanya terdengar begitu arogan, seolah raja yang menguasai segalanya itu dia. Selama aku mengingat, belum pernah ada orang searogan dia. Bahkan jika itu Alpha yang pernah membuatku celaka.“Kau hanya werewolf jelek, tua, dan bau. Ah, jangan lupakan juga tubuhmu yang cacat itu! Mana mungkin kau cocok untuk memimpin para serigala yang lebih
“Aku yakin mereka menjebakmu bukan karena disengaja, atau memang menyakitimu secara sadar. Pasti ada hal yang membuat mereka melakukan hal itu padamu, Ar. Aku sangat yakin kedua orang tuaku dan Paman Sean tidak akan melakukan hal itu padamu! Aku percaya pada mereka,” lanjutku.Dari yang kuketahui selama ini, Arthur memang bukan sosok yang baik. Aku juga tahu alasan apa yang mendasari Dad melakukan hal itu padanya. Aku pernah mendapati Dad yang merenung, dengan wajah yang sendu saat menceritakan hal itu padaku. Dari sana, aku bisa menyimpulkan jika Dad tidak bermaksud kejam. Ada penyesalan yang Dad pendam seorang diri.Sedangkan untuk Mom, aku sama sekali belum pernah mendengar beliau menceritakan hal itu. Dan, kesempatanku telah hilang. Tidak ada yang akan menceritakan bagaimana perlakuan Arthur pada Mom hingga beliau tega.Kutukan yang Mom lakukan padaku saja, bukan sesuatu yang Mom inginkan, melainkan terpa
“Terima kasih, Paman,” ucapku lirih.Yah, tak jauh dariku, ada Paman Sean yang datang bersama pasangan penyihirnya. Aksi kejar-kejaran yang aku dan Arthur lakukan namun, ….Aku tidak bisa mengeluarkan suara manusiaku. Sepertinya benar, bahwa aku telah berubah ke wujud serigala. Akku tak habis pikir, bagaimana bisa? Apa ada hal yang tidak kuketahui.Dugh! Brak!Terlalu larut dalam lamunan, aku sampai tidak menyadari jika tubuhku terlempar hingga menghantam batang pohon besar. Ah … sakit rasanya. Aku sampai bisa mendengar tulang punggung yang bergemeretuk. Aku berdoa semoga tidak mengalami patah tulang yang parah.Sayangnya, doaku tidak terkabul. Punggungku terasa sakit sampai untuk menggerakkannya saja butuh tenaga yang lebih. Sial!“Kau tidak seharusnya kehilangan konsentrasi karena kedatangan pamanmu itu, Delta! Ah, haruskah nanti aku memberikan monument untuk mengenang, bahwa kau mati di tanganku karena kedatangan Sean?” ujar Arthur. Dia tertawa mencemooh. Mungkin merasa buruk kar
Akibat serangan itu, aku mengalami kesakitan di tangan kanan. Untuk beberapa detik, aku terpekik. Namun, semua itu harus ditahan agar tidak kehilangan kesadaran dan menghabisi Arthur. Dia yang harus kuhadapi, bukan sekawanan rogue atau vampire lagi. Dengan segera kubawa dia ke tempat yang sepi, dan samar aku pernah melewatinya.Meski dengan salah satu kaki yang terluka, aku memaksakan diri untuk membawa Arthur. Tidak bisa kubiarkan dia tetap di tempat itu, sementara ada banyak nyawa yang harus dilindungi. Di sela-sela kesakitan, aku sadar jika firasatku tentangnya sangat mengerikan.“Delta, kau tidak berniat untuk menghabisiku sendirian, kan?” tanyanya. Aku menyalak, membenarkan apa yang dituduhkan padaku, karena itu memang tujuan yang sebenarnya. Mau bagaimana lagi? Aku tidak ingin kehilangan lebih banyak lagi. Cukup keluargaku, jangan Paman Sean juga. Aku yakin jika beliau bisa menghadapi mereka, tetapi tidak Arthur. Meskipun sebelum ini beliau sudah pernah menghadapinya, aku sama s