“Bukankah kau sudah melangkah sejauh ini? Aku yakin kau bisa melakukannya bersama Davian. Aku juga percaya untuk kali ini kau bisa melakukannya dengan baik,” tambah paman. Dia tersenyum, dengan senyuman yang belum pernah kulihat selama ini.
“Lakukan, Dev! Kalian pasti bisa!” perintah paman. Jantungku berdegu kencang, seolah ada sesuatu yang menekannya, dan tubuh serta bibirku kelu untuk berucap.
“Dav, kuserahkan untuk selanjutnya padamu.” Suara Devan lirih seperti dia sedang berbisik. Aku tertegun. Bayangan pertempuran di depan sana terasa sangat jelas. Seperti aku bisa melihatnya secara langsung tanpa perantara apa pun.
Sepertinya, ucapan mereka sama sekali tidak main-main. Di detik berikutnya, aku merasakan tubuhku memanas, dengan kesadaran yang mulai perlahan menghilang. Padahal, aku sudah berusaha untuk menahannya mati-matian. Kepalaku terasa memberat, dan tubuhku lemas. Namun, ada
Sayang sekali. Ada banyak hal yang membuatku harus mengeluarkan tenaga lebih banyak, yakni ada banyak yang menungguku di depan. Vampire gila! Apa mereka tidak tahu aku harus segera mnyelamatkan ibuku, atau aku akan kehilangannya? Dengan jantung berdegup kencang, aku berusaha untuk menyingkirkan mereka. Tentu dengan taring dan cakar yang dimiliki Devan.“Dev, aku berhutang banyak pada tubuhku,” ucapku pada Devan.Cakaran demi cakaran aku kerahkan untuk menyingkirkan tubuh dingin nan gesit dari mereka. Beberapa ada yang tersungkur dan diam. Mungkin sedang mengumpulkan tenaga, atau menyembuhkan luka dari hasil perbuatanku. Kalau saja tidak banyak yang harus kusingkirkan, aku tak akan sungkan untuk menghabisinya langsung.Di saat seperti ini, di mana ayah berada? Daphne sudah tidak berdaya, dan sekarang giliran ibuku. Awas saja kalau sampai aku kehilangan mereka—atau salah satunya saja. Aku berjanji untuk t
Begitu mengetahui siapa yang mengatakan hal itu, jantungku terasa berdegup semakin kencang saja. Napas yang memburu juga seolah mengatakan, dia orang yang tak boleh berada di depanku. Atau, aku akan kehilangan jati diri, lalu beralih pada musnahnya aku.“Kau anak kemarin sore yang tak seharusnya mengambil tempatku, Delta! Yang harus memiliki kewenangan untuk mengatur para werewolf bukan kamu atau ibumu, melainkan aku.”Aku mendecih sinis. Kudekap tubuh ibu yang sudah melemas dengan kedua tangan terkulai. Omong kosong apa yang dia katakan? Werewolf cacat yang di setiap katanya terdengar begitu arogan, seolah raja yang menguasai segalanya itu dia. Selama aku mengingat, belum pernah ada orang searogan dia. Bahkan jika itu Alpha yang pernah membuatku celaka.“Kau hanya werewolf jelek, tua, dan bau. Ah, jangan lupakan juga tubuhmu yang cacat itu! Mana mungkin kau cocok untuk memimpin para serigala yang lebih
“Aku yakin mereka menjebakmu bukan karena disengaja, atau memang menyakitimu secara sadar. Pasti ada hal yang membuat mereka melakukan hal itu padamu, Ar. Aku sangat yakin kedua orang tuaku dan Paman Sean tidak akan melakukan hal itu padamu! Aku percaya pada mereka,” lanjutku.Dari yang kuketahui selama ini, Arthur memang bukan sosok yang baik. Aku juga tahu alasan apa yang mendasari Dad melakukan hal itu padanya. Aku pernah mendapati Dad yang merenung, dengan wajah yang sendu saat menceritakan hal itu padaku. Dari sana, aku bisa menyimpulkan jika Dad tidak bermaksud kejam. Ada penyesalan yang Dad pendam seorang diri.Sedangkan untuk Mom, aku sama sekali belum pernah mendengar beliau menceritakan hal itu. Dan, kesempatanku telah hilang. Tidak ada yang akan menceritakan bagaimana perlakuan Arthur pada Mom hingga beliau tega.Kutukan yang Mom lakukan padaku saja, bukan sesuatu yang Mom inginkan, melainkan terpa
“Terima kasih, Paman,” ucapku lirih.Yah, tak jauh dariku, ada Paman Sean yang datang bersama pasangan penyihirnya. Aksi kejar-kejaran yang aku dan Arthur lakukan namun, ….Aku tidak bisa mengeluarkan suara manusiaku. Sepertinya benar, bahwa aku telah berubah ke wujud serigala. Akku tak habis pikir, bagaimana bisa? Apa ada hal yang tidak kuketahui.Dugh! Brak!Terlalu larut dalam lamunan, aku sampai tidak menyadari jika tubuhku terlempar hingga menghantam batang pohon besar. Ah … sakit rasanya. Aku sampai bisa mendengar tulang punggung yang bergemeretuk. Aku berdoa semoga tidak mengalami patah tulang yang parah.Sayangnya, doaku tidak terkabul. Punggungku terasa sakit sampai untuk menggerakkannya saja butuh tenaga yang lebih. Sial!“Kau tidak seharusnya kehilangan konsentrasi karena kedatangan pamanmu itu, Delta! Ah, haruskah nanti aku memberikan monument untuk mengenang, bahwa kau mati di tanganku karena kedatangan Sean?” ujar Arthur. Dia tertawa mencemooh. Mungkin merasa buruk kar
Akibat serangan itu, aku mengalami kesakitan di tangan kanan. Untuk beberapa detik, aku terpekik. Namun, semua itu harus ditahan agar tidak kehilangan kesadaran dan menghabisi Arthur. Dia yang harus kuhadapi, bukan sekawanan rogue atau vampire lagi. Dengan segera kubawa dia ke tempat yang sepi, dan samar aku pernah melewatinya.Meski dengan salah satu kaki yang terluka, aku memaksakan diri untuk membawa Arthur. Tidak bisa kubiarkan dia tetap di tempat itu, sementara ada banyak nyawa yang harus dilindungi. Di sela-sela kesakitan, aku sadar jika firasatku tentangnya sangat mengerikan.“Delta, kau tidak berniat untuk menghabisiku sendirian, kan?” tanyanya. Aku menyalak, membenarkan apa yang dituduhkan padaku, karena itu memang tujuan yang sebenarnya. Mau bagaimana lagi? Aku tidak ingin kehilangan lebih banyak lagi. Cukup keluargaku, jangan Paman Sean juga. Aku yakin jika beliau bisa menghadapi mereka, tetapi tidak Arthur. Meskipun sebelum ini beliau sudah pernah menghadapinya, aku sama s
Untuk seketika, tubuhku menggigil dengan hebat. Dia tertawa terbahak sampai memejamkan mata, dan muluh yang memperlihatkan gigi-giginya. Entah kenapa, aku sampai tidak bisa berpikir jernih hanya dengan mendengar tawanya. Tawa itu, aku rasa bukanlah sembarang tawa. Dia seolah sedang memberitahukan betapa berkuasanya dia saat itu. Juga, betapa aku sama sekali bukan lawan yang pantas untuk dilawan dengan sungguh-sungguh. Arthur, nama manusia serigala yang baru kali kutemui, dan memiliki begitu banyak hal yang menakjubkan. Kalau saja dia seorang alpha di suatu pack dan memerintah dengan baik, mungkin dengan senang hati aku akan memberikannya kesetiaan seumur hidup. Sayang, dia sama sekali tidak berada di jangkauan itu. Dia sama sekali tidak memiliki hal bagus, yang bisa kugunakan untuk memandangnya. “Kau tahu? Dari sekian banyak status, Delta-lah yang paling langka keberadaannya. Kau tahu kenapa?” Dia mulai berbicara lagi. Tak apa, aku beren
Ada banyak hal yang tidak bisa ditebak dari sosok Arthur. Tentang seberapa berani dia dalam memberikan peluang untuk memulihkan tenaga lawannya, juga tentang sikap santainya saat menghadapi siapa pun. Sepengetahuanku, belum pernah ada orang yang begitu santai bertarung dengan tubuh tak sempurna, juga tidak berubah ke wujud serigala. Mau bagaimana lagi? Sebagai manusia serigala, tubuh kami memang seolah diatur sedemikian rupa hingga saat terkuat adalah dalam bentu serigala.Sayangnya, semua itu sepertinya tidak berlaku sama sekali untuk Arthur.Aku yang terus menerus menyerangnya, menyerang dari segala sisi dengan cakar dan taring, juga kecepatan yang bahkan belum kulakukan sebelumnya, tetapi dia hanya bersikap santai. Aku berusaha untuk melukainya hingga sefatal mungkin, tetapi justru yang terjadi hanya sebuah luka kecil. Luka yang dalam beberapa detik saja sudah menutup kembali karena kecepatan tubuhnya dalam meregenerasi sel.
Aku berlari secepat mungkin, dengan sesekali menajamkan indera untuk mengetahui di mana keberadaan Arthur. Apakah dekat, atau sudah jauh. Badan besarnya pasti akan memberikan suara yang jelas saat digunakan untuk mengejarku.Sayangnya, aku salah.Tak ada suara yang tertangkap di inderaku, dan tiba-tiba saja dia sudah berada di sampingku. Wajahnya seram saat menyeringai, dan saat itulah aku kehilangan keseimbangan, lalu tubuhku terlempar dan menghantam batang pohon yang besar. Tendangannya tak main-main. Mungkin rusukku kembali cedera setelah mengalami pemulihan.“Kau berusaha lari dariku? Tidak semudah itu!”Badanku mengalami tremor. Dia terlihat seperti monster besar mengerikan yang melangkah pelan , dan bertujuan untuk mengeksekusiku. Kalau aku tidak salah tangkap, mungkin kali itulah hari terakhirku mengembus napas.Aku yang kebingungan, tidak menghitung waktu berapa lama lagi dia akan menghabisi. Mata kupejamkan, dengan tujuan agar tidak melihat detik-detik kematian yang terpampan