Share

Bab 4. Aku Bukan Anak Haram

Beberapa hari kemudian.

"Apa kamu tidak bisa berhenti bekerja di tempat itu, Na? Bibi selalu merasa khawatir saat kamu akan pergi bekerja. Cari pekerjaan yang normal pada umumnya saja, seperti di pabrik. Tidak masalah gaji kecil, yang penting kamu aman, kerja di tempat seperti itu kan tidak aman," ucap Nila. Wanita berusia 40 tahun yang tak lain ialah Bibi Aruna, adik dari sang ibu yang selama ini merawatnya sejak kecil.

Aruna mempunyai banyak hutang budi pada Bibinya itu karena pada saat sang bibi berusia 13 tahun, sang bibi lah yang selalu menjaganya saat sang ibu pergi bekerja.

Usianya waktu itu masih sangat belia, tetapi harus menjalani kehidupan yang sulit karena kesalahan yang dilakukan kakaknya. Jika saja Desi tidak percaya akan ucapan manis buaya darat, Bi Nila pasti mempunyai masa depan. Bersekolah dan bermain dengan teman sebayanya layaknya seorang anak pada umumnya. Bukan malah mengurusi bayi yang lahir tanpa ayah dan harus menjadi yatim piatu.

Bi Nila sempat menikah, tetapi mantan suaminya itu sering kali mengangkat tangan padanya, berjudi dan juga pulang dalam keadaan mabuk, bahkan kerap kali bermain wanita. Mereka bercerai karena sang mantan hampir saja melecehkan Aruna.

Beruntung tidak ada anak dalam pernikahan mereka, Bi Nila pun enggan mempunyai anak dari seorang pria yang kasar dan tidak bermoral.

"Akan bekerja sebagai apa jika aku bekerja di pabrik, Bi? Aku tidak lulus SMA dan umurku juga sudah 27 tahun. Pabrik jaman sekarang mencari karyawan yang baru lulus SMA dan masih belasan tahun. Kalau saja bisa dengan mudah mencari pekerjaan, aku pasti akan pindah. Untuk saat ini pekerjaan inilah yang bisa menghidupi kita."

"Bilang saja dengan jujur kalau kamu menikmati sentuhan-sentuhan pria ber-uang yang berada di sana, kan?" sahut Desi tiba-tiba saat mendengar pembicaraan Aruna dan Nila, sudut bibir kanannya terangkat, "Kerja malam, pulang shubuh. Sudah seperti wanita malam yang menjual tubuh, atau jangan-jangan … kamu memang menjual tubuh di sana?"

"Jaga ucapanmu!" ucap Aruna dengan gigi yang menggertak kesal pada ibunya. Selama ini ia memang tidak pernah akur dengan ibunya karena ibunya tak pernah menganggap keberadaannya dan selalu saja mengucapkan kata-kata tak enak padanya.

"Kalau tidak merasa harusnya kamu tidak usah marah!" ucap Desi, dia yang sejak tadi terduduk menonton TV itu merapatkan kedua tangannya di bawah dada. "Hasil dari benih yang haram, pasti tidak akan baik! Sama sepertimu, kau berasal dari yang haram, bekerja pun di tempat yang haram."

Kedua tangan Aruna mengepal kuat. "Apa kamu tidak malu, Bu? Yang haram itu bukan aku! Tapi perbuatanmu! Kamu mengatakan aku murahan karena berpikir aku menjual diri?!" Aruna mengalihkan pandangannya ke arah lain dan mendecih sinis, kemudian menatap sang ibu lagi yang masih terduduk santai. "Setidaknya wanita malam memberikan sejumlah harga pada pria yang akan menikmati tubuhnya. Sedangkan kamu, Bu? Kamu memberikan tubuhmu secara gratis pada pria yang sudah jelas haram untukmu! Jadi yang murahan itu siapa, huh? Aku atau Ibu? Jelas Ibu!"

"Dasar anak kurang ajar!" Desi mulai naik pitam. Dia beranjak dari duduknya dan berdiri tegak, "Jika tidak ada aku kamu tidak akan lahir ke dunia ini!" Desi menghampiri Aruna dan langsung mendaratkan beberapa pukulan di tubuh Aruna.

"Teh! Udah teh, jangan …." Bi Nila berusaha menengahi, dia menarik tubuh Aruna menjauh dari sang kakak. Membawanya ke arah pintu keluar agar Aruna bisa segera pergi.

"Aku bahkan tidak sudi terlahir dari rahim seorang wanita sepertimu! Dasar wanita murahan!" pekik Aruna. Tubuhnya gemetar setelah mengatai sang ibu.

"Dasar anak tidak tahu diuntung! Masih untung kamu aku lahirkan ke dunia ini! Anak haram tidak tahu berterima kasih!" teriak Desi lagi kembali mengatai Aruna.

Dada Aruna begitu sangat sesak dan nyeri, lagi-lagi kata hinaan terucap dari bibir ibunya sendiri.

"Sudah aku bilang kalau aku pun tidak sudi terlahir dari rahimmu!" teriak Aruna dengan mata yang sudah sangat basah dengan air mata dan berucap dengan nada suara yang gemetar, "Kalau masih menikmati uangku, harusnya tidak usah banyak bicara! Kamu bahkan menikmati juga uangku! Tidak tahu malu!" teriak Aruna lagi.

"Beraninya kamu bicara seperti itu pada ibumu! Kau memang sialan! Sama seperti ayahmu!" teriak Desi lagi.

Suaranya samar-samar saat Nila menutup pintu rumah.

"Ck!" Aruna menyeka air mata di sudut matanya. Dia juga melihat wajah sang bibi yang sudah basah juga dengan air mata. Aruna lalu menyeka air mata di pipi Bibinya kemudian berkata, "Harusnya Bibi menikah lagi, cari suami yang baik. Biar Bibi tidak harus melihat drama aku dan Ibu lagi."

"Ck! Lagi-lagi kamu ngomong kayak begitu lagi. Semua laki-laki itu brengsek! Contohnya ayahmu dan mantan suami Bibi. Bibi tidak akan pernah mau menikah lagi," ucap Nila.

"Tidak semua, Bi. Buktinya Mas Gerald, atasan Aruna di tempat kerja baik. Bibi harus punya kehidupan yang layak, punya suami dan keluarga."

"Gerald yang kata kamu baik juga mencari uang dengan cara yang haram, menjual minuman-minuman haram dan membuat orang yang masuk ke dalamnya kehilangan akal. Ada yang setelah pulang dari sana dalam keadaan mabuk dan mencaci maki keluarganya. Sama seperti mantan suami Bibi dulu. Setelah pulang dari club malam dia pulang dalam keadaan mabuk dan bahkan membawa wanita. Apa itu masih dikatakan baik juga?"

Aruna diam tak menjawab ucapan Bibinya, karena yang dikatakan oleh sang bibi ada benarnya juga.

"Bibi mohon, Na. Cari pekerjaan lain ya? Pekerjaan ini bukan pekerjaan yang baik, Bibi tidak masalah kalau harus hidup seadanya."

"Aku akan berusaha," ucap Aruna seraya tersenyum.

Bi Nila balas tersenyum. "Ya sudah kalau begitu, pergilah. Sebelum ibumu kembali keluar dan mencaci maki kamu lagi."

Aruna mengangguk, dia berjalan pergi dari rumah kontrakan yang berada di dalam komplek itu.

Setelah bekerja di club malam, Aruna mempunyai uang yang cukup untuk menyewa rumah kontrakan yang berada di komplek perumahan yang biasa-biasa saja. Rumahnya pun paling jelek di antara rumah yang lain dan bahkan berada di sudut komplek. Tetapi sejauh ini hanya rumah itu lah yang lebih layak dan luas dibanding rumah kontrakan petak sebelum dulu Aruna bekerja di club malam.

Dulu dia bekerja di tempat katering tetangga yang gajinya tidak seberapa. Tidak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, ibunya enggan bekerja setelah Aruna memutuskan untuk berhenti sekolah.

Waktu itu Desi begitu murka karena Aruna malah berhenti sekolah di tengah jalan. Desi mempunyai banyak harapan Aruna akan lulus SMA dan mendapatkan beasiswa kuliah, lalu bekerja di sebuah perusahaan besar. Kemudian dia bisa santai menikmati hasil kerja Aruna. Tetapi sayang anak yang tidak dia harapkan itu malah berhenti sekolah begitu saja. Desi marah dan enggan bekerja lagi.

Sejak saat itu hanya Aruna dan Bi Nila lah yang mencari uang.

Karena tidak memenuhi kebutuhan hidup, dengan berbekal ijazah SMP Aruna mencari pekerjaan lain. Tetapi pekerjaan apa yang akan dia dapatkan jika hanya dengan bermodalkan ijazah SMP?

Dia mendapatkan penolakan dari satu pabrik ke pabrik yang lain. Hingga suatu hari, dia yang sedang mencari pekerjaan itu dihampiri oleh seorang pria muda yakni Gerald.

Gerald yang begitu tertarik dengan kecantikan Aruna itu menawarkan pekerjaan untuk bekerja di club malamnya sebagai hostess.

Aruna sempat ragu, tapi karena jumlah gaji yang lumayan besar membuatnya mau tidak mau menerima tawaran itu dengan syarat jika para tamu yang datang tidak boleh melakukan sentuhan fisik yang berlebihan dan hanya boleh memegang tangan dan juga merangkulnya saja.

Gerald setuju dan akhirnya, Aruna bekerja di club malam itu sudah hampir 7 tahun lamanya.

Aruna yang kini sedang berjalan keluar dari komplek itu berjalan seraya melihat wajahnya dalam pantulan cermin. Dia menutup bekas air mata di sudut matanya dengan bedak, kemudian merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena tarikan dari sang ibu tadi.

"Sialan! Jika saja dulu si Nathan sialan itu tidak mempermainkanku, hidup seperti ini tidak akan pernah terjadi!" Aruna menghela napas panjang, dia kembali berjalan cepat lagi menuju jalan raya untuk mencari angkutan umum menuju club malam tempatnya bekerja.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status