"Tandatangani berkas ini! Dan jangan menolaknya atau mengatakan apapun karena aku tidak ingin mendengar sedikitpun suaramu!" Max menatap penuh peringatan saat menghampiri Lyra di dapur, dengan sebua kertas ditangannya untuk dia berikan kepada Lyra, yang saat ini tengah membersihkan beberapa piring kotor yang ada di pencucian piring, Lyra sesaat terkejut mendengar suara Max, yang terdengar menghampirinya dari arah belakang punggungnya.Lyra kemudian menoleh menatap ke arah Max, dengan tatapan bingung terutama saat melihat ke arah kertas yang baru saja diletakkan, Max.Melihat itu, Lyra kemudian menghentikan pekerjaannya tanpa bersuara dan membersihkan tangannya sebelum perlahan berjalan menghampiri berkas yang dilemparkan Max di atas meja dapur.Perlahan tangan Lyra terjulur untuk mengambil kertas yang ada diatas meja untuk dia baca Seperti apa yang diminta Max padanya, yang meminta Lyra untuk tidak membuka suara, Lyra melakukan seperti apa yang dikatakan Max, saat Lyra membaca kertas
Di kediaman Raharja, seperti yang terlihat persiapan pernikahan antara Max dan juga Lyra yang akan diadakan dirumah Tuan Raharja telah selesai dipersiapkan, namun tidak seperti pada pernikahan umumnya yang akan diadakan dengan meriah, pernikahan Lyra dan juga Max hanya dilangsungkan dengan sederhana tanpa mengundang satupun tamu untuk menjadi saksi pernikahan mereka.Lyra yang memakai gaun putih sudah duduk di dekat Max dengan berpakaian jas hitam, Max sedikit pun tidak ingin menoleh ke arah Lyra.Lyra tidak mengatakan apapun dan membiarkan Max mengacuhkannya, pikirnya saat ini Lyra masih tidak percaya jika dia benar akan menikah dengan Tuan muda Max hari ini.Tidak lama proses pernikahannya bersama dengan Max dilangsungkan di mana Lyra tidak menyadari apa yang terjadi didepannya, karena saat ini pikirannya hanya tertuju pada nasib tentang pernikahannya bersama Max ke depannya akan seperti apa.Tepukan dipundaknya yang dilakukan kepala pelayan menyadarkan Lyra dari lamunannya, yang mem
Lyra, memandang Tuan Antoni yang memiliki wajah tegas di usianya yang tidak lagi muda, kemudian dengan sedikit takut, Lyra memandang Max yang terlihat berwajah suram di sampingnya.Lyra tahu jika Max pasti tidak menyetujui saran dari Ayahnya, tetapi Lyra hanya mampu menunduk sembari menggigit bibir bawahnya, merasa jika situasinya Saat ini semakin membuatnya terpojok dan akan semakin dibenci oleh Max."Ayah, jangan pernah berpikir untuk aku memiliki anak bersama dengan wanita ini Ayah, dia hanya seorang pelayan yang tidak pantas untuk memberikan keturunan kepada keluarga kita!" dengan tegas Max menolak saran Ayahnya, berpikir jika Lyra bukanlah wanita yang dia inginkan, dan sama sekali tidak memiliki seusatu yang membuatnya menarik selain rupanya.Tuan Antoni, yang mendengar perkataan putranya, tentu saja menatap marah ke arah Max yang berani berkata kasar tentang Lyra, Tuan Antoni memiliki endapat berbeda debangan Max mengenai Lyra, menurutnys Lyra adalah wanita yang pantas untuk mem
"Lyra, apa yang kau lakukan dengan berdiri disitu? Cepat duduk sebelum Nyonya Clara memarahimu!" Tutik kembali memarahi Lyra yang dia lihat hanya berdiri terpaku menatap ke arah Nyonya Clara dengan tidak sopan.Lyra menyadari apa yang baru saja dia lakukan, segera melangkah mendekat untuk mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia di mana, mata Nyonya Clara tidak lepas darinya sembari mengikuti langkah kaki Lyra.Entah mengapa saat ini perasaan Lyra benar-benar tidak nyaman, saat menyadari pandangan mata Nyonya Clara terlihat memiliki maksud kepadanya.Setelah mendudukkan dirinya di kursi, Lyra kemudian mengangkat tatapannya dan menatap ke arah Nyonya Clara dengan takut.Nyonya Clara yang melihat Lyra sudah mendudukkan dirinya di kursi, melirik ke arah para pelayan yang ada di ruangannya, meminta para pelayan tersebut untuk keluar meninggalkannya berdua bersama dengan Lyra, termasuk Tutik yang juga ikut melangkah keluar dan menyisahkannya berdua dengan Clara..Mata Nyonya Clara yang t
Lyra berjalan gontai keluar dari ruangan dimana Nyonya Clara mengajaknya berremu, dengan air mata yang masih menetes dipipinya denagn mata sembab dan pipi yang memerah akibat tamparan yang dilakukan Nyonya Clara kepadanya, Lyra berjalam dengan tubuh yang sakit akibat perlakuan Nyonya Clara barusan kepadanya.Lyra mengusap wajahnya yang masih basah oleh air mata yang masih menetas membasahi pipinya, mencoba menarik nafas dalam agar tangisannya dapat terhenti sebelum seseorang mungkin melihat apa yang terjadi kepadanya.Saat melihat jika tidak ada sarptupun orang yang memperhatikannya, Lyra kemudian berjalan pelan untuk kembali ke kamarnya, Lyra bermaksud untuk membersihkan tubuhnya dan beristirahat sejenak melihat penampilannya ya g berantakan dimana mata dan pipinya yang membengkak akibat tamparan yang diberikan Nyonya Clara kepadanya.Dengan langkah cepat, Lyra berjalan menuju dapur untuk kembali kekamarnya yang berada dibagian dapur kediaman Raharja.Ceklek!Lyra membuka pintu kamar
Melihat Lyra tidak mengatakan apapun padanya, Max kemudian berjalan keluar tanpa berbalik sedikitpun dan meninggalkan Lyra yang masih berdiri terpaku melihat kepergian Max dari dalam kamarnya.'Apakah aku harus melawan Nyonya Clara yang memintaku untuk bercerai dari Tuan Max, tetapi bagaimana jika Tuan Max akan tetap memintaku untuk melayaninya saat kami sudah berpisah!'Lyra bingung, tidak tahu harus mengambil keputusan apa yang akan menentukan masa depannya, di satu sisi dia takut akan ancaman Nyonya Clara padanya, namun di sisi lain dirinya tidak mungkin membiarkan Max terus saja menyentuhnya tanpa adanya status pernikahan di antara mereka.Sudah cukup untuk Max memaksanya melayaninya tanpa adanya hubungan pernikahan di antara mereka, dan hal itu yang selama ini mengganggu pikiran Lyra, mengingat banyaknya dosa yang telah dia perbuat bersama dengan Max, walaupun Itu semua terjadi bukan karena keinginannya melainkan paksaan dari Max, yang tidak mampu untuk Lyra melawannya.Tok Tok To
pandangan mata Tuan Antoni seketika tertuju pada wajah Lyra yang memerah, melihat itu, Tuan Antoni mengerutkan dahi menatap tanya ke arah Lyra."Lyra, apa yang terjadi dengan wajahmu? Bagaimana bisa kamu mendapatkan memar merah seperti itu?" Tuan Antoni melihat dengan seksama kedua pipi Liyra memerah sebelum kembali membuka suara."Jangan coba untuk membohongi Ayah, Ayah tahu jika seseorang melakukan tindakan kasar kepadamu!" Tuan Antoni menggeram marah saat melihat dengan jelas memar di wajah Lyra, yang tidak lain bekas telapak tangan seseorang.Menandakan Jika seseorang telah melakukan tindakan kasar kepada Lyra, dimana dirinya tidak mengetahui siapa yang sudah berani untuk melukai menantunya.Melihat Lyra masih tidak menjawab pertanyaannya, Tuan Antoni kembali mendesak Lyra untuk mengatakan siapa yang sudah melukainya."Lyra, Ayah bertanya kepadamu, tetapi kamu masih tidak ingin menjawabnya. Ayah ingin tahu siapa yang dengan tega melukaimu?" Tuan Antoni menuntut jawab dari Lyra, na
Max, yang melihat Ayahnya Tengah berbincang bersama dengan seorang pelayanan saat ini menjadi istrinya, berjalan mendekat ke arah Ayahnya yang tengah berbincang bersama dengan Lyra."Ayah sebenarnya-.""Ayah, apa kalian sedang membicarakanku?"perkataan Lyra terhenti saat melihat suara Max yang berjalan menghampiri meja mereka.Lyra segera berdiri dari duduknya, untuk menyambut kedatangan Max yang menghampiri Tuan Antoni, dan kemudian memandang ke arah Max yang saat ini membuang muka darinyaTuan Antoni yang melihat Lyra masih berdiri didepannya, meminta Lyra untuk kembali mendudukkan dirinya saat melihat Max sudah duduk di kursinya."Lyra, duduklah kembali, jangan hanya berdiri diam disitu!" titah Tuan Anroni kepada Lyra, yang kemudian Lyra kembali menundukkan dirinya di kursi berhadapan dengan Tuan Antoni dan juga Max.Max melihat teh yang ada di hadapannya hendak mengulurkan tangan hendak mengambilnya, untuk menuangkan di cangkir kosong yang ada di hadapannya, namun niatnya dihenti