Share

Di Jodohkan Dengan Mafia
Di Jodohkan Dengan Mafia
Author: Peupeuya

Kehidupan bersama ibu tiri

Pada suatu pagi yang cerah, Valerie Jovanka terbangun dari tidurnya dengan perasaan tidak enak. Ia baru saja bermimpi buruk tentang ayahnya yang menghilang di tengah badai. Dalam mimpi tersebut, Valerie mencoba berteriak memanggil ayahnya, namun suaranya tak mampu terdengar di tengah deru angin yang mengamuk. Terbayang di benaknya wajah ayahnya yang tersenyum lembut seolah mengucapkan perpisahan.

Sambil berusaha mengusir mimpi buruk tersebut, Valerie beranjak dari tempat tidurnya dan bersiap-siap untuk memulai hari itu. Ia melangkah menuju jendela, menarik tirai, dan memandang langit biru yang cerah. Namun, keceriaan langit tak mampu mengusir kegelisahan yang ada di hati Valerie.

Sebelum Valerie sempat melangkah keluar kamar, tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan kasar. Ibu tirinya, Sarah, muncul di pintu kamar dengan ekspresi marah dan matanya menatap tajam ke arah Valerie.

"Apa kamu belum siap?!" bentak Sarah sambil mengepal tangannya. "Segera siapkan sarapan untuk keluarga dan bersihkan rumah! Sudah kubilang jangan membuatku menunggu!"

Valerie merasa terkejut dan tertekan dengan perlakuan Sarah yang selalu kasar padanya. "Baik, ibu," jawab Valerie dengan suara lirih, berusaha menahan tangis yang mulai menggenang di sudut matanya.

Sementara itu, kakak tirinya, Maria, muncul di belakang Sarah sambil tertawa sinis. "Ayo cepat, adik tiri yang malang! Kau tahu kan, jika ibu marah, tak ada yang bisa menyelamatkanmu," ejek Maria dengan nada menggoda, membuat Valerie merasa semakin tertekan.

Valerie menundukkan kepalanya dan berusaha menahan amarah dan kesedihan yang mulai memuncak di dalam hatinya. Ia lalu berbalik dan segera meninggalkan kamarnya, melangkah menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

Di dapur, Valerie mencoba menenangkan diri dengan mengatur nafasnya secara perlahan. Ia tahu bahwa ia harus bersabar menjalani kehidupan ini, hingga ayahnya kembali dan ia bisa merasakan kasih sayang yang selama ini ia rindukan.

Namun, hari ini adalah hari yang berat bagi Valerie. Setelah menyiapkan sarapan, ia berdiri di ambang pintu ruang makan, memperhatikan ibu dan kakak tirinya duduk di meja makan dengan wajah puas. Sarah menatapnya dengan pandangan tajam, sambil mengepalkan tangan di atas meja.

"Ayo, cepat sajikan makananya!" desak Sarah dengan nada keras, membuat Valerie terguncang dan segera melangkah ke arah meja untuk menyajikan makanan yang telah ia siapkan.Setelah menyajikan sarapan, Valerie merasa lelah dan memutuskan untuk pergi ke taman kota untuk melepas penat. Di sana, ia bertemu dengan sahabatnya, Lia, yang datang untuk menghibur Valerie dan mengajaknya mengobrol. Mereka duduk di bangku taman, sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus.

"Bagaimana hari ini, Val?" tanya Lia dengan ekspresi penuh perhatian, menatap wajah Valerie yang tampak lesu.

Valerie menghela nafas panjang sebelum menjawab, "Sama seperti hari-hari sebelumnya, Lia. Aku hanya merasa sangat lelah menjalani kehidupan bersama keluarga tiri. Aku ingin sekali ayah kembali dan melihat perlakuan mereka padaku."

Lia menggenggam tangan Valerie erat, memberikan semangat dan dukungan kepada sahabatnya yang merasa berat menjalani kehidupan bersama keluarga tirinya. "Kau harus kuat, Val. Aku yakin, suatu hari nanti keadaan akan berubah menjadi lebih baik."

Saat mereka asyik bercerita, tiba-tiba saja Maria muncul di depan mereka. "Hei, adik tiri yang malang, apa kau sedang mengadu pada temanmu tentang betapa sengsaranya hidupmu?" ejek Maria dengan senyum sinisnya.

Valerie menundukkan kepala, mencoba mengabaikan ejekan Maria, tetapi sahabatnya Lia tidak tinggal diam. "Maria, cukup! Kau tidak punya hak untuk mengejek Valerie. Dia adalah adikmu, dan seharusnya kau melindungi dia, bukan malah menyakiti perasaannya."

Maria tertawa terbahak-bahak, seolah-olah Lia baru saja mengatakan sesuatu yang sangat lucu. "Oh, sungguh menyenangkan melihatmu berbicara seperti itu, Lia. Tapi sayang sekali, Valerie tidak layak untuk mendapatkan kasih sayang ayah kami. Dan percayalah, suatu hari nanti, ia akan diusir dari rumah ini," ucap Maria dengan nada penuh kebencian.

Lia mengepalkan tangannya, kesal mendengar ucapan Maria. Namun, ia sadar bahwa marah tidak akan mengubah sikap Maria. Ia pun mengalihkan pandangannya kembali pada Valerie, berusaha memberikan dukungan moral. "Jangan pedulikan dia, Val. Kau lebih baik darinya, dan aku yakin suatu saat kebenaran akan terungkap."

Valerie mengangguk, berusaha menguatkan hatinya meski mendengar kata-kata pedas Maria. Ia bersyukur memiliki sahabat seperti Lia yang selalu ada di sisinya, memberikan dukungan dan semangat untuk menjalani hidup yang keras ini.Malam itu, Valerie kembali ke rumah dengan perasaan sedih dan hancur. Hatinya berat karena ejekan Maria tadi siang masih terngiang-ngiang di telinganya. Ia mencoba menemukan kekuatan untuk melawan kekejaman ibu dan kakak tirinya, tetapi ia merasa lemah dan tak berdaya. Dalam kegelapan kamar tidurnya, ia berdoa kepada Tuhan agar ia dapat bertahan dalam cobaan ini dan agar ayahnya segera kembali untuk melindungi dirinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status