“Apa yang terjadi?” ucap Jingga ketika melihat Frans dan Badai tengah saling berhadapan dengan sorot dinginnya it.
Semua yang ada disana hanya diam, tak ada yang bisa menjawab Jingga.
“Kalian tak tahu malu! Ini kantor!” ucap Jingga yang langsung berjalan kembali menuju ruangannya.
Frans yang merasa sangat tertampar oleh ucapan Jingga yang menohok itu, langsung berjalan mengejar Jingga sementara Badai hanya tetap diam ditempatnya.
Sesampainya di ruangan kerjanya itu, Jingga yang mengetahui Frans sudah mengikutinya langsung mendamprat pria itu tanpa jeda.
“Aku kehausan, di ruangan ini tak ada makanan dan dibawah tadi yang kulihat adalah dua bocah lelaki yang tengah menangisi kekalahannya!” ucap Jingga dengan sangat dingin.
“Maafkan aku Nyonyya. Aku tak bisa menhaannya.” Ucap Frans yang sangat menyesali perbuatan
Hallo Allders, baca terus kisahnya yaaa. Jangan lupa untuk tetap menjaga rasa bahagia dan juga tetap menjaga kesehatan yaa.
"Jingga, aku tak breharap apapun lagi selain untuk kita memperbaiki kembali ikatan yang telah rapuh ini!" ucap Badai dengan bola mata yang berkaca-kaca. "Kita? Memperbaiki? Rapuh?" ucap JIngga membalikkan kalimat Badai. "Badai Hankaara, waktu anda sudah habis Tuan. Terimakasih. Kita sudah selesai!" ucap Jingga sambil menarik tasnya dari meja dan segera berjalan meninggalkan ruangannya. Meninggalkan Badai yang masih terdiam di sana dengan mata yang memanas oleh emosi yang melandanya. Sementara itu, Frans langsung berjalan mengikuti Jingga menuju parkiran dimana mobilnya terparkir. Sore ini juga, Jingga meminta Frans untuk menyiapkan data project milik perusahaan Elisa dan data pembiayaan ambassador mereka Jasmin diserahkan ke kamarnya untuk dipelajari. Sepanjang perjalanan, keduanya hanya terdiam. Situasi mendadak menjadi sangat canggung, namun Jingga berusaha tetap tenang dan melupakannya dengan segera karena dia tak mau menggan
Pagi-pagi sekali, Jingga sudah bersiap di halaman rumahnya. Ditemani DUma, Jingga kini menyiapkan layar monitor untuk tutorial senam hamil yang akan dilakukannya. Kehamilan ini adalah yang kedua untuk Jingga, sehingga wanita ini sudah lebih mengetahui cara bersikap dan juga hal lainnya yang harus dilakukan dimasa kehamilannya yang mulai memasuki trimester kedua ini. Meski ada yang berbeda dari kehamilan pertama dan keduanya ini, dimana pada kehamilan pertamanya Jingga tak pernah mengalami moodswing juga morning sickness. Namun untuk keseluruhan Jingga baik-baik saja. Wajah berseri Jingga membuat seisi Arshan Pallace ini menjadi gembira dan sangat hangat. Jika sebelumnya Nyonya mereka selalu mengalami morning sickness yang membuat genting suasana karena Sekretaris Frans akan menjadi sangat rungsing kepada smeua pelayan juga pengawal disana. "Nyonya, kita bisa mulai dari yang ini." ucap Duma sambil menyalakan video yang menunjukkan olahraga ringan
"Nyonya, anda harus beristirahta dulu. Saya akan simpan bukunya!" ucap Frans yang langsung menutupkan buku besar didepan Jingga setelah menandai halaman terakhir yang dibaca wanita tersebut. "Aku masih mau membaca." ucap Jingga menolak bukunya diambil. "Nyonya, sudah cukup. Ingat dengan kehamilan anda. Ini sudah waktunya makan siang." ucap Frans kepada Jingga. Tak berselang kemudian, dua staff helpher Prahara Group datang dengan sebuah troli makanan yang berisi penuh. "Duma? Kenapa disini?" tanya Frans kemudian karena sangat terkejut melihat pelayan tersebut datang dibelakang dua staff helpher yang diperintahkan Frans menyiapkan makan siang Jingga tersebut. "AKu diminta Nyonya datang pada jam makan siang tuan sekretaris Frans." ucap DUma menjawab dengan sangat gugup sekali. Wanita itu jelas tak ingin terlibat maslaah dengan pria tersebut appaun alasannya. "Duma, kemarilah. AKu sangat ingin melihat Frans menikah. Please, Frans n
Jingga tengah melahap makan siangnya yang disodorkan Frans. Wanita ini sangat kesal dengan semua peraturan yang mengurungnya. Setiap melewati jalanan dimana banyak pedagang kaki lima menjajakan jualannya, Jingga hanya bisa menelan ludahnya saja. Karena tak akan pernah diijinkan oleh sekretaris keluarganya itu untuk jajan sembarangan. "Frans, aku mau bakpao ayam dan batagor kuah yang ada di depan balai kota. Terserah! Aku tak mau makan jika kau tak membelikanku bakpao dan juga batagor kuah di sana." ucap Jingga yang mendadak punya ide cemerlang untuk menekan pria tersebut supaya mengabulkan permintaannya. "Nyonya, kita sudah membahasanya. Anda tak diijinkan jajan di tempat itu." ucap Frans dengan sangat lantang. Jingga yang kesal, mencoba menghubungi pelayannya yang bernama Duma itu untuk membelikan makanan tersebut. Diluar pintu ruangannya ini, Badai tengah berdiri dan baru saja akan masuk ketika mendengar keinginan Jingga tersebut. Inisiatif
Jingga sedang membaca majalah ibu dan bayi yang baru dibelinya, ketika seseorang menelpon Frans. Awalnya, Jingga tak terusik sedikitpun oleh bunyi dering tersebut. Namun karena Frans tak kunjung menjawab dan hanya membiarkannya membuat Jingga snagat risih. "Frans! Angkat telponnya atau kau matikan saja ponselmu itu!" ucap Jingga kepada pria tersebut yang langsung mematikkan ponselnya saat itu juga. Alih-alih marah, Frans justru sangat tenang meski Jingga mendelik membesarkan dua bola mata menatapnya. Malam mulai mengayunkan kantuk, membawa Jingga untuk terlelap. Setelah meneguk susu dan menghabiskan camilan malamnya. Jingga pun tak berdaya oleh luapan kantuk yang menyerangnya. Kehadiran Frans sudah mulai membuat Jingga terbiasa, kedekatan keduanya sebelum saat ini terkadang menjadi benteng pemisah yang membuat deburan emosi meluap-luap. Namun kedekatan itu juga membuat Frans lebih tenang melayaninya sebagi seorang majikan. Selesai menyelimuti
Hari berganti bulan, kehamilan Jingga semakin besar. Semua berjalan sangat baik selama kehamilannya ini, janin di kandungannya tumbuh dengan sehat demikian juga ibunya. Meski berat badannya membengkak, namun kecantikan Jingga tak luntur karenanya. Semakin besar perutnya, Jingga kian seksi dimata semua orang. Wanita ini bahkan masih sangat sanggup bekerja meski sudah memasuki trimester ketiganya. Kehebatan Jingga dalam memimpin Prahara Group dalam satu kwartal pertamanya layak diacungi jempol. Perusahan yang kini kian mandiri tanpa pengaruh dari banyaknya anak perusahaan yang mendompleng mmebuat Prahara Group kian meroket di belantika bisnis negara ini. Acara rapat keluarga besar Prahara yang sebelumnya sudah matang direncanakan akhirnya diundur mengingat pertimbangan keamanan dan kesehatan Jingga yang tengah berbadan dua. Kehadiran Badai di Prahara Group, sukses membuat trio pria hebat di belakang layar Prahara Group dikenal publik. Nama F
Kabar kelahiran bayi mungil pewaris utama keluarga Prahara dengan segera tersiar. Rumah sakit tempat Jingga melahirkan bayinya mendadak dipenuhi pengunjung dari kalangan elite bisnis hingga elite pemerintahan negara ini. Bukan hanya itu saja, ratusan awak media kini menjadikan rumah sakit ini sebagai basecamp dadakan karena munculnya banyak sekali public figure di tempat ini. Frans, melipat gandakan pengamanan di ruangan bersalin VVIP tempat Jingga berada. Pria ini juga meminta perawat yang bekerja di ruangan ini melewati sejumlah protokol khusus. Bayi mungil yang lahir setinggi 52cm dengan berat badannya 4,2kg itu nyatanya snagat sanggup membuat kegaduhan di kota ini di awal kelahirannya. "Dia lahir! dan kita belum berhasil menyingkirkannya!" uap Elisa dengan mata menyipit menatap Jasmin. "Ini salahmu Tan, sudah kubilang supaya kau menghabisi Frans juga, karena pria itu adalah tongkat utama di Prahara Group setelah Arshan!" ucap Jasmin sambil melipat
"Frans, bisakah kita pulang?" tanya Santi kepada sekretaris puterinya itu. Mata dingin Frans mengangguk mengiyakannya. "Tunggu sebentar Nyonya Tua, karena Nyonya Arshan dan Tuan Muda masih menunggu pakaian yang akan mereka kenakan saat keluar dari rumah sakit ini." ucap Frans kepada Santi. Jingga sudah menebaknya, sebuah ritual khusus yang menjadi tradisi mendarah daging dalam keluarga Prahara adalah pakaian couple turun temurunnya di publikasi pertama Tuan Muda mereka. Jingga membaca setiap buku yang dituliskna mendiang suaminya di dalam laptop sang suami sejak beberapa waktu lalu. Disana Arshan benar-benar menuntun Jingga untuk menjadikan putera mereka seorang Tuan Muda terbaik di keluarga ini. Setngah jam kemudian, seorang pelayan datang dengan jaket yang serba hitam. Pelayan wanita itu datang berdua dengan sebuha keresek besar di tangannya. "Apa ada yang menguntit kalian?" tanya Frans penuh selidik. "Tidak Tuan Sekretaris,