"Bagaimana caranya agar aku bisa memperbaiki hubungan kita? Aku tidak tahan seperti ini. Aku tidak bisa seperti ini terus menerus. Apa yang harus aku lakukan ya, Tuhan?" Reval berucap masih sambil meneteskan air mata.
Hatinya merasakan sakit ketika Marsya sudah tidak menganggapnya lagi. Pikirannya kembali ke memori ketika dia marah terhadap sang istri dan mengatakan sesuatu yang membuat Marsya bersedih. Dia pun mengabaikan sang istri, berbohong kepada sang istri dan lebih memilih tidur di apartemen.Reval menertawakan dirinya sendiri lalu menghapus air matanya. "Mungkin ini balasan buatku. Sesakit ini tidak dipedulikan oleh pasangan. Akhirnya aku merasakan apa yang kamu rasakan. Aku telah berbuat jahat sama kamu, aku yang terlebih dulu mengabaikanmu. Di saat kamu hamil, kamu harus menderita karena aku. Aku benar-benar bodoh. Dan ini balasanku atas kebodohanku sendiri." Reval bermonolog sendiri lalu mengembuskan napas berat.Tidak lama kemudian Reval"Apa mauku? Anda harus mengakuinya kepada tuan Reval kalau ini semua adalah perbuatan Anda!" Farhan mencondongkan badannya ke arah Angel sambil berucap dengan tegas. Angel menyunggingkan senyumnya. "Jangan ngaco kamu! Atas dasar apa aku harus mengakuinya?" sanggah Angel. "Oke, itu terserah Anda, aku tidak akan memaksa. Perbuatan Anda dan teman Anda, tuanku belum mengetahuinya. Aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau tuan Reval mengetahui semua ini. Bukti yang ada di foto ini belum seberapa. Dalam waktu dua kali dua puluh empat Jam, tunggu bukti selanjutnya. Masalah Anda akan mengakui atau tidak kepada Tuan Reval, itu pun terserah Anda. Aku masih bernegoisasi selama tuan Reval belum mengetahuinya. Tapi jika tuan Reval sudah mengetahui semua ini, aku angkat tangan. Anda tahu bagaimana tuan Reval, 'kan?" berondong Farhan lalu menatap tajam wajah Angel. Angel yang mendengarkan ucapan Farhan sedikit menciut karena mendengar nama Reval. Jantungnya berdetak ti
Akhirnya, Farhan mau tidak mau menceritakan semuanya kepada Marsya. Dia pun menceritakan tentang lelaki tersebut. Farhan tidak ingin Marsya benar-benar membenci sang CEO. Yang dia inginkan sang teman sekaligus atasannya sendiri bisa kembali bersatu dengan sang istri. Marsya membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan Farhan. "Asisten Farhan jangan sembarangan bicara. Non Angel tidak mungkin seperti itu. Aku tahu non Angel tidak suka sama aku tapi ...." Marsya menghela napas panjang lalu teringat kejadian sewaktu dia di dorong oleh Angel dan lelaki tersebut tiba-tiba masuk. "Jadi ... mereka bersekongkol?" kaget Marsya lalu menggelengkan kepalanya. "Betul, Nyonya dan ... Angel berhasil membuat tuan Reval membenci, Nyonya. Itu yang diharapkan Angel," urai Farhan. "Kenapa non Angel jahat sekali. Pantas saja mak lampir itu pura-pura baik. Ternyata ada yang mau dia rencanakan." Marsya berucap sambil menatap lurus ke depan. "Mak lampir?" tanya Farh
Marsya merasakan perlakuan sang suami dan berbicara dalam hati. "Ya, Tuhan beri aku kekuatan. Aku berusaha untuk melupakan suamiku." Marsya kembali menangis tersedu-sedu saat sang suami memperlakukannya seperti itu. Reval masih memeluk sang istri, dia benar-benar tidak mau melepaskan pelukannya. Kerinduan yang teramat sangat kepada sang istri membuatnya hanyut. Apa lagi hujan lebat dan petir masih saja bertahan di luar sana. Marsya pun seakan hanyut dalam pelukan sang suami. Perasaan benci seakan hilang dari hatinya. Tidak bisa dipungkiri dia pun merindukan pelukan ini. Pelukan yang selalu nyaman dan hangat, pelukan yang selalu membuat dia tertidur lelap. Mereka saling terdiam, membiarkan semua mengalir begitu saja. Seakan keduanya memang merindukan semua ini. Tanpa terasa sepasang suami istri saling memeluk begitu lama.Suara hujan dan petir seakan mendukung mereka untuk lebih lama berpelukan. Semakin lama semakin hanyut dalam dekapan. Tidak t
"Tapi pilihannya tidak ada yang menguntungkan buatku!" kesal Angel, "Aku yang bilang langsung sama Reval atau pun kamu yang bilang sama Reval. Itu sama saja! Tetap saja Reval tahu dan aku yakin dalam sekejap karirku akan hancur!" lanjut Angel lalu menghela napas panjang. "Kamu baru menyadarinya?" Farhan tertawa mencibir. "Kamu mempermainkanku?" Angel menatap tajam wajah Farhan. "Mempermainkan? Apa Anda merasa dipermainkan olehku?" timpal Farhan, "justru Anda yang telah mempermainkan tuan Reval dan Nyonya Marsya. Sekarang Anda tanggung sendiri akibatnya. Semua perbuatan selalu ada resikonya. Apa lagi perbuatan Anda telah merusak rumah tangga orang lain. Dengan seenak jidat Anda, Anda membuat tuan Reval membenci Nyonya Marsya dan menyebabkan semuanya seperti sekarang. Tapi asal Anda tahu kebohongan tetap saja terungkap dan hati tuan Reval tetap kepada Nyonya Marsya. Karena Anda tidak tepat waktu, aku yang akan mengatakannya. Orang suruhan Anda akan mat
Mau tidak mau Reval mengatakan sesuatu yang tidak ingin dia katakan. Ada ketakutan ketika dia mengatakan hal tersebut. Dia takut sang istri mengatakan sesuatu yang membuatnya hancur. Namun, dia tidak ingin berlarut-larut menghadapi masalah ini. Istri yang sangat dia cintai selalu menghindar jika didekati. Tidak pernah berbicara dan hanya diam. Hanya untuk mengambilkan makan pun Marsya sudah tidak pernah. Apa lagi menemani sang suami tidur. "Maafkan aku, Reval. Aku ...," ucap Marsya lalu terdiam. Reval kemudian melepaskan pelukannya. Dia kemudian menatap wajah sang istri sambil tersenyum dan membenarkan rambut sang istri. Tidak bisa dipungkiri hatinya berkecamuk hebat."Kamu ... kamu masih mencintaiku, 'kan, Sayang?" Reval megusap-usap pipi Marsya.Sementara Marsya yang ditanya seperti itu malah terdiam sambil menatap wajah tampan sang suami. Hati Marsya masih menyisakan sakit untuk Reval. Entah sampai kapan rasa sakit itu hilang.
"Maafkan aku, Reval. Aku ingin berpisah denganmu." Marsya menatap wajah sang suami dengan sendu dan buliran air mata tiba-tiba keluar begitu saja di pelupuk mata.Reval sontak saja membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan sang istri. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali karena tidak percaya dengan apa yang sudah didengarnya. Seketika hati Reval pun hancur berkeping-keping."Sayang apa ... apa maksudmu? Kamu ... kamu lagi bercanda, 'kan?" Reval bertanya dengan terbata. "Dengan aku berkata seperti itu berarti kamu sudah tahu, 'kan isi hatiku. Aku tidak perlu menjawab ya atau tidak," ucap Marsya. "Tidak, Marsya aku tidak akan mau berpisah denganmu. Pokoknya aku tidak mau!" jerit Reval, "kamu mau mengatakan beribu kali pun aku tetap tidak akan mengabulkan permintaanmu yang konyol itu!" lanjut Reval. "Kamu bilang permintaanku konyol?" tanya Marsya lalu menyunggingkan senyumnya. "Itu terserah kamu, kamu mau menganggap permin
"Maafkan aku, Reval atas perbuatanku. Pria ... pria yang ada di foto bersama Marsya adalah suruhanku." Sekilas Angel menatap Reval kemudian menunduk. Dia tidak berani menatap wajah sang CEO. Reval langsung membelalakkan matanya. Dia kemudian membenarkan duduknya dengan tegap dan menatap tajam wajah Angel. Kemarahan langsung terpancar pada wajah sang CEO. "Berengsek kamu, Angel! Perempuan iblis! Perbuatanmu tidak akan pernah aku maafkan karena kamu rumah tanggaku jadi berantakan sialan!" marah Reval lalu bangun dari duduknya, dia bertolak pinggang sambil menatap tajam Angel dengan dada kembang Kempis. Angel yang melihat Reval seperti itu langsung menciut. Dia menundukkan wajahnya dan sama sekali tidak berani melihat ke arah sang CEO. "Kamu sok-sokan baik sama istriku, padahal kamu menusuk istriku dari belakang. Gara-gara kamu istriku ingin berpisah denganku!" marah Reval lalu berjalan menghampiri Angel. "Tuan!" Farhan dengan sigap m
"Asisten Farhan di mana laki-laki itu? Aku ingin menghajarnya atau apa perlu aku membunuh dia!" Reval tersenyum menyeringai sambil melihat Farhan yang sedang berdiri. "Tuan tenang saja lelaki berengsek itu sudah aman. Sepertinya wajahnya akan kembali babak belur," ujar Farhan."Terima kasih, asisten Farhan. Aku pikir kamu tidak becus. Ternyata ...." Reval tidak melanjutkan kata-katanya lalu menggelengkan kepala.Farhan mengganggukan kepalanya sambil tersenyum. "Kecurigaanku benar ternyata ini semua ulah Angel."Reval menarik napas panjang lalu mengembuskannya. "Gara-gara dia semuanya jadi seperti ini. Dia harus membayar mahal atas perbuatannya!" "Benar, Tuan," ucap Farhan. ***Angel sedang berada di mini bar rumahnya seorang diri. Dia menjadi frustrasi karena ulahnya sendiri. Dia menangisi nasibnya karena sebentar lagi karirnya akan hancur. "Reval kenapa kamu kejam sekali? Mengaku atau tidak semuanya sama sa