Share

Keanehan

Kayu-kayu jembatan kecil itu basah. Riak sungai di bawahnya cukup membuat Meydisha ngeri. Dia berhati-hati supaya tidak tergelincir, sementara pandangan di hadapannya kabur karena derasnya hujan.

Kalau saja rumah Pak Luther jauh, dia tidak akan sudi menerjang dinginnya pulau. Namun dari jembatan, terlihat sedikit bagian dinding belakang kantor pusat. Artinya dekat. Artinya dia tidak perlu kerepotan. Namun, nyatanya ini merepotkan. Setelah jembatan, masih ada tanah becek dan semak belukar di kedua sisi.

Dan, Meydisha amat membencinya.

Ujung celana perempuan itu dipastikan tergulung agar tidak basah. Dinding kantor pusat makin dekat. Namun, Meydisha memilih untuk berhenti sebelum sampai karena sesuatu menggugah perhatiannya. Racauan kegelisahan menggumul bersama gemuruh petir berjejal masuk ke telinga Meydisha.

Ia memicingkan mata pada sosok gadis sebaya Meydisha di bawah jendela belakang. Wajahnya pucat dengan lutut ditekuk. Sekujur tubuhnya gemetar hebat. Sedikit khawatir, Meydisha me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status