Shania sudah dibawa ke ambulans. Mobil melaju ke rumah sakit. Zayden duduk di samping sembari menatap tubuh Shania yang bersimbah darah dan bekas tamparan di wajahnya. Begitu teringat pada penjelasan Audrey barusan, tatapan Zayden seketika menjadi suram.Setibanya di rumah sakit, para staf medis segera mendorong Shania ke ruang gawat darurat. Melihat ini, Zayden hanya menunggu di luar. Sinar lampu yang dingin membuatnya terlihat makin mengerikan.Tidak lama kemudian, Felya tiba di rumah sakit dengan membawa ibu Shania. "Kenapa kalian datang?" tanya Zayden yang cukup terkejut.Felya sontak memelototi Zayden, lalu menimpali, "Ada kekacauan begitu besar di perusahaan. Shania mengalami kecelakaan, mana mungkin kami nggak datang?""Gimana kondisi Shania?" tanya Mia sembari menatap ruang gawat darurat dengan gelisah. Jelas-jelas hari pertunangan sudah dekat, tetapi putrinya malah mengalami kecelakaan seperti ini. Dia tentu panik.Sebelum Zayden sempat menjawab, pintu akhirnya dibuka. Dokter
Mia segera menggenggam tangan Shania, lalu berkata dengan emosional hingga air matanya hampir berlinang, "Shania, kamu sudah bangun? Gimana? Apa ada yang sakit?"Shania mengernyit sembari membalas, "Aku ... baik-baik saja."Felya juga buru-buru menghampiri saat melihat Shania siuman. Dia berkata, "Shania, tenang saja. Beri tahu Bibi, apa yang sebenarnya terjadi?"Shania tidak langsung menjawab, melainkan melirik Zayden sekilas. Kemudian, dia menggeleng sambil menyahut, "Bibi, nggak ada masalah. Aku nggak sengaja terjatuh, aku juga salah."Shania pun menyunggingkan senyuman getir, tetapi sontak menarik napas dalam-dalam karena tidak sengaja menarik lukanya.Hal ini membuat Mia dan Felya merasa geram. Mia berucap dengan sedih, "Shania, jangan bodoh. Kali ini dia berani mendorongmu ke tangga, berarti dia berani melakukan hal yang lebih kelewatan lagi. Aku saja nggak berani membayangkannya. Masa kamu nggak takut mati?"Zayden mengernyit mendengarnya. Ada banyak kecurigaan dalam kejadian in
Felya langsung menyuruh seseorang melaporkan kejadian ini kepada polisi. Tidak lama kemudian, polisi akhirnya tiba.Seperti biasa, polisi menanyakan beberapa hal kepada Shania, juga memeriksa luka di tubuhnya untuk mencatat kesaksian.Karena yang terluka adalah calon istri Zayden sekaligus calon Nyonya Muda Keluarga Moore, polisi pun sangat mementingkan kasus ini."Kami akan menyelidiki kasus ini secepatnya dan memberi kalian jawaban yang memuaskan," ucap si polisi.Kemudian, Zayden berniat mengikuti polisi yang hendak pergi ke Grup Moore untuk mengambil bukti, tetapi Felya malah menghentikannya. "Zayden, kamu temani Shania di sini. Waktu kamu demam, dia juga menemanimu 3 hari 3 malam. Sekarang saatnya kamu merawat dia dengan baik."Langkah kaki Zayden seketika terhenti. Felya menambahkan dengan tegas, "Aku takut kamu bertindak bodoh. Kita sudah sepakat masalah ini diserahkan kepada polisi, jadi jangan ikut campur lagi."Felya khawatir Zayden akan memikirkan cara supaya Audrey bisa ter
Audrey tidak bisa membantah mendengarnya. Dengan demikian, dia didorong masuk dengan agak kasar. Masih ada beberapa wanita di sel ini. Ketika melihat Audrey masuk, tidak ada yang peduli.Sesudah itu, Audrey mencari ranjang kosong dan duduk di atasnya. Ranjang yang dingin dan keras ini sungguh tidak nyaman saat diduduki. Namun, dia tidak sempat memedulikan hal ini lagi.Audrey pulang demi kesembuhan Dash. Dia ingin mencari sumsum tulang yang cocok untuk putranya. Dia seharusnya berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi malah dikurung di sel, bahkan tidak tahu kapan bisa bebas.Audrey merasa dirinya sungguh menyedihkan. Dia perlahan-lahan meringkukkan badannya. Air mata yang hangat tanpa sadar berlinang di wajahnya.....Di dalam bangsal, Zayden duduk di kursi untuk menemani Shania. Meskipun raganya di sini, matanya terus tertuju ke arah lain, seolah-olah pikirannya entah melayang ke mana-mana.Shania tentu tahu pria ini sedang memikirkan hal lain. Setiap kali Zayden m
Audrey mematung di tempat. Bahkan sebelum sempat melawan, Audrey telah terjatuh. "Kalian mau apa?" Audrey tiba-tiba tersadar dan hendak berdiri untuk mempertanyakan mengapa kedua orang ini tiba-tiba menyerangnya. Namun sebelum dia sempat bangkit, kedua orang itu telah menghajar dan menendang Audrey. Audrey kesakitan hingga tidak bisa bersuara."Cepat berlutut dan minta maaf, mungkin kami masih bisa mengampunimu."Audrey ditekan dan dipaksa untuk berlutut, tetapi dia berusaha melawannya. Dia tidak mengerti mengapa kedua orang ini memperlakukannya seperti ini. Namun, Audrey pasti tidak akan berlutut jika tidak melakukan kesalahan. Perlawanan Audrey membuat kedua orang itu menjadi semakin kejam. Mereka memukulinya dengan semakin keras.Audrey dipukul hingga hampir kehilangan kesadaran. Setiap bagian di tubuhnya terasa begitu sakit. Kini dia tampak sangat mengenaskan dan tidak ada harga diri sama sekali. Bahkan, Audrey merasa dirinya akan mati sekarang juga. Namun, wajah Dash langsung tebe
Emilia bergegas menelepon Zayden. Setelah menunggu cukup lama, Zayden baru menjawab panggilannya. Saat ini Zayden baru keluar dari rumah sakit dan bersiap untuk pulang. Berhubung ada keluarga Shania yang bisa berjaga malam, Zayden pun bisa pulang untuk beristirahat. Mendengar ponselnya berdering, Zayden ragu-ragu sejenak sebelum menjawabnya."Zayden, aku Emilia. Apa kamu tahu Audrey ditangkap?" tanya Emilia buru-buru.Mendengar nama Audrey, Zayden hanya mengernyit. "Aku yang menyuruh pihak kepolisian menangani masalah ini, apa ada masalah?"Emilia tertegun mendengarnya. Ternyata orang yang menyuruh polisi menangkap Audrey adalah Zayden? Apa sebenarnya yang sedang dipikirkan pria ini? Apa dia benar-benar percaya Audrey akan melukai orang tanpa sebab?"Aku nggak tahu apa yang terjadi, tapi seharusnya kamu tahu kepribadian Audrey. Dia nggak mungkin melakukan hal seperti itu. Sekarang dia benar-benar dalam masalah, nggak bisa menunda-nunda waktu lagi di tempat seperti itu ...."Tangan Zayd
Lantaran terlalu menderita, Audrey tidak bisa terlelap sama sekali. Dia hanya memejamkan mata dan berusaha menahan rasa sakitnya. Kedua orang itu bisa memukulnya sampai begini, tentu bukanlah sebuah kecelakaan. Audrey sangat paham bahwa dia harus bersikap rendah diri saat dikurung di tempat ini. Dia tidak boleh menyinggung siapa pun sama sekali.Satu-satunya kemungkinan adalah ada yang mengutus kedua narapidana itu untuk menyiksa Audrey. Shania .... Nama yang langsung muncul di benak Audrey sangat memikirkan hal ini. Selain wanita itu, tidak ada lagi orang yang bisa bertindak sekejam itu.Audrey menggertakkan giginya saat memikirkan bahwa dia telah masuk dalam perangkap Shania. Namun, Zayden malah tidak percaya pada Audrey dan tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan sama sekali.Tidak peduli sekeras apa pun Audrey berusaha, dia tidak bisa memikirkan cara untuk terlepas dari masalah ini. Satu-satunya harapan adalah menunggu polisi menyelidiki kebenarannya dan membersihkan nama bai
Berhubung masalah ini menyangkut Keluarga Moore, pihak kepolisian juga sangat berhati-hati. Mereka telah berulang kali memeriksa semua bukti dan menganalisisnya. Hasil yang diperoleh adalah mereka menyatakan bahwa Audrey berkelahi dengan Shania karena masalah asmara, lalu mendorongnya hingga terjatuh dari tangga.Wajah Audrey menjadi pucat seketika. "Aku nggak mendorongnya .... Kalian memfitnah orang!"Kali ini, Audrey benar-benar tidak bisa lagi mengendalikan emosinya. Mana mungkin dia bisa menerima kenyataan bahwa dia tiba-tiba ditetapkan menjadi pelaku kriminal. Namun pihak kepolisian juga tidak sudi berbicara panjang lebar lagi dengannya. Mereka langsung menyuruh orang untuk membawa pergi Audrey tanpa memedulikan emosinya yang histeris.....Setelah Audrey dipindahkan, pihak kepolisian langsung menghubungi pihak terkait untuk memberitahukan hasilnya. Emilia tercengang, dia benar-benar tidak percaya bahwa polisi akan menetapkan Audrey sebagai tahanan secepat ini.Selain itu, polisi